Catatan harian yang semakin renta dan tua

Minggu, 18 Mei 2014

,


Sudah hampir seminggu berlalu sejak pertengkaran Vivian dan Rafael. Vivian sama sekali tidak berniat untuk menghubungi Rafael. Tepatnya tidak mau. Sedangkan Rafael, ia gengsi. Sama sekali tidak merasa bersalah. Ia hanya merasa bahwa Vivian-lah yang salah karena mengusirnya secara tidak terhormat dari apartemen gadis itu, jadi Vivian yang seharusnya meminta maaf, bukan dirinya. Egois memang.
Hari ini hari minggu. Vivian berniat untuk berbelanja bulan. Persediaan bahan makanan di dalam kulkasnya sudah menipis. Kebutuhan-kebutuhannya yang lain juga sudah mulai habis. Ia memutuskan untuk berbelanja di supermarket dekat apartemennya.
Ketika sedang memilih-milih jeruk, ia dikagetkan oleh colekan seseorang di bahu kirinya. Serentak ia menoleh.
“Hei.” Sapa si pencolek sambil tersenyum, memamerkan giginya yang putih dan rapi.
Vivian mengerutkan keningnya. Heran dengan kemunculan cowok berwajah oriental yang tiba-tiba saja mencoleknya bahkan meyapanya dengan akrab.
“Masih inget gue?” Tanya cowok itu.
Vivian mencoba mengingat-ingat, tapi ia tidak bisa. Mungkin ingatannya sudah tertutup gara-gara pertengkarannya dengan Rafael. “Sorry, but do I know you?” Tanyanya. Ia sama sekali tidak merasa kenal dengan laki-laki di depannya ini.
I think yes you do.” Jawab laki-laki itu. “Niel you know, Daniel.” Ujarnya kemudian.
Seketika wajah Vivian cerah. Ia ingat.
“Ah iya. Daniel temennya Ael kan?” Tanyanya memastikan.
Cowok itu yang ternyata adalah Daniel, teman Rafael yang pernah bertemu dengannya di restoran waktu itu mengangguk dan tersenyum. “Belanja?” Tanyanya retoris.

Jumat, 16 Mei 2014

,
_Kehebohan_

Dengan langkah cepat Bara berlari sambil menggenggam tangan Bina. Di belakang mereka puluhan orang dengan kamera mesing-masing tangan menyusul mereka. Mengejar tepatnya. Bara dan Bina sedang dikejar-kejar paparazzi. Tadinya, Bara berniat untuk makan siang saat ia tak sengaja menangkap sosok Bina dan temannya yang dikenalinya sebagai Bianca sedang dicegat wartawan di salah satu mall. Melihat Bina yang sudah tersudut dengan berondongan pertanyaan para wartawan, tanpa pikir dua kali lagi Bara langsung menerobos kerumunan itu dan membawa Bina bersamanya. Ia sudah tidak sempat melihat Bianca. Ia akan mencoba menghubungi Bimo dan meminta sohibnya itu menjemput Bianca, namun ia dan Bina harus menyelematkan diri terlebih dahulu. Tidak mungkin ia menghubungi Bimo sekarang.
Sementara Bina, ia sudah tidak tahu lagi apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ia tidak tahu kemana Bara akan membawanya dan ia juga tidak berniat bertanya. Sejak ia dicegat dan diinterogasi seperti maling tadi, ia merasa kakinya tidak lagi berpijak di bumi. Setengah melayang ia mengikuti langkah-langkah bersar dan panjang Bara yang ternyata mengarah ke tempat parkir.

Begitu sampai di Range Rover-nya, Bara segera membukakan pintu untuk Bina dan dengan cepat berputar kea rah jok pengemudi dan melajukan mobilnya menjauh dari kerumunan para wartawan. Dikemudikannya mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak tahu harus kemana sekarang. Yang ia tahu ia hanya perlu melarikan diri. Mobilnya berhenti tepat di basement kantor. Dimatikannya mesin mobil dan turun serta membantu Bina. Dengan menggunakan lift khusus CEO dan para manajer perusahaan, dibawanya Bina menuju ke ruangannya. Ia sempat bertemu dengan Vivian dan Indra. Keduanya menatapnya dan Bina dengan pandang bertanya. Tidak mengherankan. Penampilannya dan Bina sudah seperti orang yang baru mengalami ‘kecelakaan kecil’. Pakaian kusut, wajah kusut dan keringat yang bercucuran. Tapi ia tidak peduli. Vivian dan Indra bukan tukang gosip. Jadi bisa dipastikan berita ini tidak akan sampai di telingan siapapun.
,
Haiiiiiiiii...........Haiiiiiiiiiiiiiiii............

Mau share info lomba nih. Di Gorontalo, tanggal 14 kemarin ada Roadshow Tulis Nusantara. Semacam sosialisasi gitu tentang lomba ini dan sarana buat belajar nulis yang baik. Workshop Menulis lah istilahnya. Gue juga ikutan. Nah Roadshownya ini diadakan di 12 kota di Indonesia. Jakarta, 3 Mei, Kendari, 7 Mei, Palangkaraya, 11 Mei, Gorontalo 14 Mei, Bandung, 17 Mei (hari ini kan, ya), Magelang, 21 Mei, Yogyakarta, 24 Mei, pamekasan, 28 Mei, Medan, 31 Mei, Riau, 4 Juni, Batam, 7 Juni, dan Bengkulu 11 Juni. Nah buat yang mau ikutan, langsung aja. Gratis kok. Nggak pake tiket, dapet konsumsi pula haha... (maklum gue anak kost, jadi doyan gratisan) :D

Oke balik lagi ke topik. Lomba ini temanya "Menjelajah Inspirasi Kearifan Budaya Indonesia". Wah bagus banget ya temanya. Pas banget sama Indonesia yang dijuluki Negeri 1000 Pulau dan gudangnya budaya (ini julukan gue sih)....

Nah....nah... buat pemenangnya, bakal ada hadiah. Hadiahnya ratusan juta rupiah. Mupeng nggak, mupeng nggak? Mupeng, doooooonnngggg...

Buat yang juara I nanti apalagi. Bisa ikut belajar nulis ke Beijing, China lo. Tambah mupeng kaaaaaaaannn?? Lomba ini langsung dari Ditjen EKMDI KEMENPAREKRAF lho...

Udah sekian aja bagi-bagi infonya. Gue pamit dadah

Jumat, 02 Mei 2014

,
Dalam menulis kita mengenal istilah outline. Buat yang udah kuliah trus lagi nyusun proposal atau skripsi pasti tahu. Di novel juga kayak gitu. Ada outline-nya. Outline adalah kerangka cerita. Acuan yang digunakan sama penulis agar ceritanya nanti nggak melantur kemana-mana. Outline juga memudahkan penulisnya apalagi yang daya ingatnya lumayan buruk atau nggak terlalu bagus.
Dalam kasus gue, gue adalah penulis abal-abal yang nggak pernah pake outline dalam setiap tulisan-tulisan gue. Entah itu cerbung atau novel. Saat ini gue lagi ikut lomba novel di www.bulan-narasi.com. Hadiahnya, tablet sama novel kita bakal diterbitin. Pesertanya banyak tujuh ratus lebih orang yang ikut. Peluang buat menangnya juga jadi sedikit. Dan kita disuruh buat nulis jurnal tentang perkembangan naskah kita. Ini juga bagian dari jurnalnya sih sebenernya hehe
Dan… hampir semua penulis yang ikut, adalah penulis yang menggunakan outline dalam novelnya. Bisa dibayangin. Mereka adalah penulis-penulis yang tahu dengan jelas dan pasti ceritanya mau dibawa ke mana. Sedangkan gue, gue adalah penulis yang ceritanya itu bergantung dari ketersediaan ide. Tiap kali puny aide baru, yang ada di kepala gue Cuma sinopsis sama ending-nya.