Catatan harian yang semakin renta dan tua

Sabtu, 31 Oktober 2015

,
Sumber Gambar
Jam 24.00! Vera menggeliat dari kasur kemudian mendesis sebal. Kenapa harus di saat seperti ini? Kenapa harus di jam ini?

Kebelet pipis di jam dua belas malam. Menyeramkan! Vera sedang libur semester dan memutuskan mengunjungi neneknya di desa, daerah yang jauh dari keramaian kota. Tinggal di rumah sederhana dengan kamar mandi yang terpisah sekitar sepuluh meter di belakang rumah. Vera tidak keberatan dengan keadaan itu, hanya saja, Vera adalah salah satu dari sekian banyak penyuka film horror yang sayangnya, penakut. Film-film horror yang sering ia tonton telah memberikan sugesti kepada dirinya bahwa semua tempat di muka bumi ini pasti berhantu, terutama kamar mandi!

Vera melirik Sari, sepupunya. Sudah tidur, tidak enak jika dibangunkan. Akhirnya, dengan keberanian yang dipaksakan, Vera berjalan keluar menuju kamar mandi. Ruang tamu sepi sekali dan agak gelap. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari lampu teras lewat ventilasi. Dapur juga sepi, hanya ada peralatan makan, peralatan masak, tempat cuci piring dan... tidak tidak! Jangan membayangkan hal aneh!

"Tenang Vera, tenang. Lo cuma mau pipis." Vera menenangkan dirinya sendiri. Tidak lama kemudian, sampailah ia di depan pintu belakang rumah yang akan membawanya ke arah kamar mandi. Vera menarik napas lalu membuka pintu secara perlahan. Kreek...

Sepi! Hanya ada kamar mandi yang diterangi lampu bohlam kuning pudar. Vera melangkah, tapi tiba-tiba...

"Huhuhu.." Apa itu? Seperti suara orang menangis. Jantung Vera berdegup kencang.

Vera melangkah lagi, "hihihi". Astaga ya Tuhan apa lagi itu? Perasaan Vera mulai tak keruan.

Lagi, Vera melangkah. "Kresek..kresek.." ada suara orang sikat gigi! Vera mulai berkeringat dingin.

Vera kembali berjalan lalu.. "hap!" Tiba-tiba di depannya muncul sesosok berbaju putih, berambut panjang berantakan dengan wajah putih sekali, mata dengan lingkaran hitam super besar yang nyengir dengan mulut berlumuran darah semua. Vera pingsan seketika!

Jumat, 30 Oktober 2015

,
Selamat pagi. Selamat berakhir pekan. Gue balik lagi bersama postingan untuk label EKC. Gue akui gue emang kehabisan bahan ide untuk meramaikan kembali lapak sunyi ini. Mmmm.. bukan abis sih idenya. Ada beberapa cerita miris romantis yang sebenarnya melintas di dalam kepala gue, tapi entah kenapa jari gue males banget ngetiknya *curhat

Khusus musim ini, kita dikasih tema "First Love Character". Awalnya gue agak kaget, ini gue disuruh beberin siapa cinta pertama gue, gitu? Cowok pertama yang gue cinta setelah bokap gue? Astaganaga kebongkar dong rahasia kelam perjalanan kisah cinta gue yang berbatu ini. Eh tapi Alhamdulillah ternyata bukan. Kita diminta menguraikan siapakah tokoh pertama dalam novel yang membuat kita jatuh cinta.

Sebelum masuk ke penyebutan nama atau penjabaran karakter *bahasa gue 😂, mari terlebih dahulu kita cari tahu apa itu karakter novel.

Menurut @nulisbuku #karakter adalah elemen penting dalam cerita selain konflik dan setting. Konflik udah kita bahas minggu kemarin, jadi munfkin setting bisa kita bahas di minggu berikutnya (padahal bukan gue yang nentuin temanya haha). Nah, kata nulis buku, karakter itu adalah salah satu bagain terpenting. Kenapa? Karena karakter adalah dia yang mengalami apa yang diceritakan. Karakterlah yang menciptakan konflik, menjalaninya dan menyelesaikannnya, sebagaimana konflik adalah bagian utama dari cerita (sumpah gue kesulitan banget ini).

First Love Character atau First Love Novel Character. Adalah tema yang sukses bikin gue garuk-garuk kepala. Bukan karena temanya nggak bagus, tapi lebih karena tema ini adalah tema yang memaksa kita untuk kembali ke masa lalu, membuka kenangannya dengan paksa. Tema ini adalah tema yang bikin gue sukses flashabck seketika #dengansetengahmati. Tema ini adalah tema yang membuat gue harus berusaha mengingat novel pertama yang gue baca itu apa dan harus berlapang dada menerima hasil bahwa gue nyaris nggak inget apa-apa �

Novel pertama yang gue baca (berdasarkan hasil galian memori dengan daya ingat gue yang pas-pasan) adalah "Gue Suka Gaya Lo." Gue lupa apa penerbitnya, siapa penulisnya dan bahkan bagian penting yang sedang kita bahas, karakternya. Mampus dah! Gue cuma ingat covernya berwarna hijau lembut, bukunya kecil dengan tingkat ketebalan kira-kira seperti Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh-nya Dee Lestari. Novelnya lucu, cakep, manis dan bisa bikin lo ketawa bahagia.

Oke, ralat. Mungkin bukan sepenuhnya lupa juga. Gue inget beberapa hal tapi swear gue bener-bener lupa siapa nama karakter itu. Sumpah! Gue bener-bener lupa. Yang ada di kepala gue saat gue berusaha mengungat siapa nama karakter itu adalah Rey - jelas bukan itu namanya. Kenapa? Percaya atau nggak, saat ini, saat gue mengetikkan bahwa nama yang gue inget adalah nama Rey, otak gue yang nggak cemerlang ini secara tiba-tiba membisikkan bahwa nama karakter itu adalah Bimo. Iya! Namanya Bimo. It's sooo magic.

Bimo. Cowok kuliahan dengan tampilan nggak rapi namun enak dilihat. Rambutnya sebahu (jujur gue nggak suka cowok gondrong, kesannya maksa banget jadi cewek sangar) tapi untuk Bimo, gue menjadikannya sebagai pengecualian.

Gimana nggak? Bimo adalah sosok cowok yang sangat menyayangi adiknya, taat beribadah, serta selalu terlihat cool dengaj caranya. Pokoknya dia itu something banget. Anak kuliahan plus adalah salah satu anggota MAPALA. Eits, bukan mahasiswa paling lama, tapi Mahasiswa Pencinta Alam. Tahu, kan mahasiswa pencinta alam itu apa? Itu loh yang sering mendaki gunung lewati lembah kayak ninja Hattori. Tahu, kan Ninja Hattori itu apa? Kalo nggak tahu, coba deh tanya Spacetoon.

Nah, itulah dia. Bimo adalah cowok tercuek yang pernah ada (dalam dunia novel). Dia itu cowok yang kelihatan dari luar cenderung nggak peduli sama hal sekitar, bahkan saat ceweknya nyaris diambil dideketin orang (sahabat sependakiannya sendiri), padahal sebenarnya dia teramat peduli sama hal itu, tapi nggak ditunjukin. Cowok yang kelihatannya nggak sayang sama pacarnya tapi aslinya takut banget bakal kehilangan. Cowok cool yang manja-manjaan dan ledek-ledekan cuma sama pacarnya doang. Cowok yang kalo nembak nggak pake prolog, kata pengantar, preambule dan kawan-kawannya itu. Pokoknya nembak ya nembak aja gitu. Nggak pake ijin ijin dulu buat mengungkapkan perasaan dan keinginan. Diterima pun nggak ada tuh agendal langsung pelukan atau bahkan ciuman kayak yang sering nongol di sinetron. Pokoknya pas diterima yaudah berarti pacaran. Tanpa wajah bahagia, excited ataupun merona. Datar aja gitu kayak tembok. Tapi justru disitulah letak seninya, yang bikin gue jatuh cinta 

Sabtu, 24 Oktober 2015

,
Selamat pagi minggu. Seneng banget bisa posting lagi. Postingan pertama untuk EKC-Ngeblog yang udah berjalan selama kurang lebih 13 minggu ini.

Untuk tema kali ini gue dapet request khusus dari seseorang buat posting. Sebenarnya dari kemarin-kemarin juga udah pengen posting tapi karena gue nggak ikutan dari awal, nggak enak rasanya kalo tiba-tiba nongol. Terima kasih buat seseorang itu yang udah mengizinkan gue buat bergabung sekaligus menghadirkan kembali semangat menulis gue.

Berbicara soal konflik, tentu aja setiap hari kita pasti ketemu sama beliau. Baik dalam kehidupan nyata maupun dalam kehidupan 'buatan manusia' atau dalam cerita-cerita fiksi novel.

Konflik adalah salah satu hal yang bisa membuat hidup lebih berwarna. Begitu juga di dalam novel, nggak ada konflik nggak seru dan pasti ceritanya akan terasa membosankan. Karena hidup bukan melulu soal bahagia.

Konflik ada banyak macamnya. Konflik percintaan, keluarga, persahabatan, bahkan dalam usaha mewujudkan impian. Buat gue konflik yang paling gue suka di sebuah novel adalah konflik cinta segitiga. Kenapa? Rasanya kurang greget aja gitu kalo ada dua orang yang saling mencintai, memiliki hubungan khusus terus nggak ada 'pengganggu' dalam hubungan itu. Walaupun pengganggu ini sebenarnya ada banyak jenisnya juga. Seperti restu orang tua, masing-masing pribadi yang mulai berubah atau bahkan jarak yang memisahkan. Tapi bagi gue konflik cinta karena adanya orang ketiga adalah salah satu yag terseru. Gimana hubungan mereka diuji dengan kehadiran seseorang yang mungkin saja bisa membuat salah satu di antara mereka membandingkan pasangannya dengan orang itu, mencari kelemahan salah satu, dan menilai siapa yang lebih baik dan lebih pantas untuk dipertahankan.

Selain konflik di atas, gue juga suka konflik yang bertemakan "jatuh cinta diam-diam". Kenapa? Karena gue adalah salah satu tokoh dalam kehidupan nyata yang sering jadi pelakunya haha. Bagaimana di pencinta itu hanya bisa memperhatikan orang yang dicintainya dari jauh dan mendoakan kesehatan serta impian orang itu dari jauh. Novel dengan konflik kayak gini bikin gue menanti-nanyikan happy ending buat si pencinta. Dan gue sangat sangat menikmati saat saat ia bisa memperoleh kebahagiannya.

Contoh novel dengan konflik cinta segitiga yang pernah gue baca dan menurut gue sangat menyenangkan adalah Fairish.

Novel karya Mbak Esti Kinasih ini adalah salah satu novel yang sangat gue suka. Bercerita tentang murid baru bernama Davi yang 'pacaran' dengan Fairish - si cewek biasa aja dari sekolah. Hubungan yang bikin banyak orang protes mati-matian. Hubungan yang bikin Alfa berusaha sekuat tenaga untuk bikin Irish putus dengan Davi. Walaupun awalnya itu hanya karena ingin balas dendam atas kematian sepupunya yang notabenenya adalah mantan pacar Davi dan hubungan Irish-Davi juga cuma pura-pura, tetap saja, pada akhirnya mereka memang benar-benar saling jatuh cinta dan bertarung untuk.mempertahankan orang yang mereka cintai.

Sedangkan untuk novel dengan konflik jatuh cinta diam-diam, gue punya Sunset Bersama Rosi-nya Om Tere Liye serta Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin-nya. Dua novel ini recommended banget.


Sunset bersama Rosie menceritakan tentang bagaimana satu kejadian mendadak tak terencana mengubah segalanya. Bercerita tentang bagaiamana bom di Jimbaran membawa Tegar kembali pada perjalanan masa lalu yang begitu menyakitkan. Bagaimana kejadian itu membuat Tegar kembali harus menelan pil pil pahit bahwa memang sebenarnya ia tak pernah bisa melupakan Rosie, sahabat kecil yang ia cintai bertahun-tahun malah memutuskan untuk menikah dengan laki-laki yang bahkan hanya dikenalnya dalam hitungan bulan. Bagaimana peristiwa itu telah mengubah Tegar menjadi sosok yang bahkan tega membiarkan orag yang sangat mencintainya tersakiti bahkan sampai berkali-kali.
Yang kedua untuk konflik ini adalah Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Gue rasa sih banyak yang tahu tentang novel ini. Berkali-kali gue lihat judul novel ini dijadikan bahan untuk tulisan. Bercerita tentanh seorang anak perempuan dari keluarga kurang mampu yang oleh takdir dipertemukan dengan sosok laki-laki penyelamat hidupnya. Laki-laki yang telah mengubahnya menjadi salah satu perempuan paling cantik dan cerdas di muka bumi ini. Laki-laki yang usianya terpaut kurang lebih sepuluh tahun dengannya namun ia cintai bagai mereka bukanlah dua orang yang bisa disebut sebagai om dan keponakan. Laki-laki yang diam-diam ia cintai yang ternyata juga diam-diam jatuh cinta kepadanya. Sumpah! Ini adalah salah satu novel dengan konflik jatuh cinta diam-diam yang paling menyakitkan.

Kira-kira segitu postingan pertama gue untuk EKC-Ngeblog ini. Semoga pas dan nggak keluar jalur, ya 