Catatan harian yang semakin renta dan tua

Rabu, 29 Maret 2017

,
Judul Buku: Harimau! Harimau!
Penulis: Mochtar Lubis
Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Terbit Ulang Pertama Kali: 1992
Cetakan Kedelapan: 2013
YOI,: 149.10.8.92
Desain Sampul: Ipong Purnama Sidhi
Tebal Buku: vi+214 hlmn.; 17 cm
ISBN: 978-979-461-109-8
Rating: 4/5

Harimau! Harimau! Telah mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama sebagai buku penulisan sastra terbaik tahun 1975.

Buku ini dapat dibaca sebagai sebuah cerita petualangan di rimba raya oleh sekelompok pengumpul damar yang diburu oleh harimau yang kelaparan. Berhari-hari mereka menyelamatkan diri mereka dan seorang demi seorang di antara mereka jatuh menjadi korban terkaman harimau.
Di tingkat lain, juga terjadi petualangan dalam diri masing-masing anggota kelompok pengumpul damar ini. Di bawah tekanan ancaman harimau yang terus-menerus memburu mereka, dalam diri mereka masing-masing, yang mempertinggi pula kesadaran mereka tentang ketakutan dan kelemahan-kelemahan pra anggota kelompok mereka yang lain. 

Di antara mereka malahan sampai pada kesadaran bahwa sebelum membunuh harimau yang memburu-buru mereka, tak kalah pentingnya ialah untuk membunuh terlebih dahulu harimau yang berada dalam setiap anak manusia. 

Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan sebuah terjemahan dalam bahasa Jepang sedang dilakukan pula.

****

Disebutlah anggota kelompok pengumpul damar yang amat akrab seperti keluarga. Wak Katok yang terdengar kemahsyurannya karena beragam ilmu yang ia kuasai; berburu, pencak silat, hingga ilmu guna-guna, Pak Haji yang dihormati karena gelar hajinya, Pak Balam, Sutan, Sarip. Talib dan yang termuda Buyung. Suatu hari, ketujuh lelaki ini pergi ke hutan untuk mengumpulkan damar. Seperti kebiasaan mereka, setiap kali mereka mengumpulkan damar, mereka selalu menginap di huma Wak Hitam yang terletak di tengah hutan. Wak Hitam ini walau sudah tua dan ditakuti, ia adalah lelaki yang terkenal banyak istri. Istri termudanya, Siti Rubiyah yang amat cantik pun tinggal bersamanya di hutan.

Hal yang membuat beberapa anggota kelompok ini menerka-nerka untuk apa istrinya yang jumlahnya banyak itu padahal Wak Hitam sudah tua.

"Itu kan adat manusia, semakin tua seorang lelaki, semakin ia ingin punya bini muda. Dan perempuan tua ingin punya suami muda. Untuk menahan umurnya sendiri - hlmn 33"

Siti Rubiyah amatlah cantik. Kulitya kuning langsat dan rambutnya hitam panjang hingga batas pantat. Naluri lelaki pun membuat Sanip, Sutan, Talib hingga Wak Katok kerap membayangkan tubuh wanita muda itu. Namun, berbeda dengan Buyung, ia sama sekali tidak tergoda. Hatinya sudah lama direbut Zaitun, teman masa kecilnya yang kini sudah ia cintai dan membuat hatinya senantiasa berbunga-bunga.

Namun, siapa pun pasti akan luluh jika bertemu wanita yang mengeluhkan kesusahan hidupnya, apalagi jika ditambah bonus rupawan wajahnya. Siti Rubiyah yang biasanya hanya diam dan melaksanakan tugasnya sebagai istri, tiba-tiba saja meminta pertolongan pada Buyung. Tanpa diminta, mengalirlah cerita kekejaman yang sering Wak Hitam lakukan padanya dan betapa ia terpaksa menikah dengan lelaki tua itu. Buyung, yang memang masih muda dan murni hatinya tak kuasa melawan perasaan ingin melindungi yang terbit dalam hatinya untuk Siti Rubiyah.

Meski timbul keraguan karena kekuatan Wak Hitam yang terkenal tiada tandingannya, Buyung tetap tak dapat mengelakkan hatinya dari keingina menolong dan membebaskan Siti Rubiyah dari kesusahan hidupnya. Hanya saja, ternyata tak sampai disitu. Pertolongan yang ia berikan terhadap Siti Rubiyah baru sebatas janji, yang terjadi adalah mereka justru melakukan hal yang tida seharunya - salah satu dosa besar yang akan membuat Tuhan murka.

Selesai mengumpulkan damar, Buyung dan kawan-kawannya harus kembali ke kampung. Berat hati Buyung meninggalkan Siti Rubiyah bersama Wak Hitam yang sakit-sakitan, namun akan sangat aneh dan mengundang curiga jika ia tetap tinggal disana. Ia tak ingin teman-temannya tahu, terlebih sesuatu yang sudah terjadi antara dirinya dan Siti Rubiyah adalah hal yang harus disembuyikannya. Akan malu ibunya jika tersiar berita bahwa ia telah berzina dengan istri orang dan lagi, Buyung takut membayangkan tanggapan Zaitun terhadapnya.

Akhirnya rombongan itu pulang. Namun naas, di perhentian pertama tempat bermalam, sebuah kemalangan menimpa mereka. Pak Balam yang pamit hendak buang air di sungai tiba-tiba menjadi terkaman buas harimau. Dan setelahnya, segalanya menjadi lebih rumit dari seharusnya. Pak Balam yang sempat diselamatkan walau dalam keadaan memprihatinkan tiba-tiba meracau tak jelas tentang dosa. Ia berkata bahwa harimau yang menerkamnya adalah harimau utusan Tuhan yang bertugas untuk membunuh para pendosa. Ia pun mulai menguak aib-aib dirinya, bahkan temannya sendiri, juga meminta teman-temannya untuk mengakui semua dosa dan kesalahan mereka agar tidak berakhir menjadi seperti dirinya. Ia meminta mereka mengakui segala dosa yang telah mereka lakukan satu per satu. Sementara itu, Buyung sama sekali tida berniat menyingkap rahasia antara dirinya dan Siti Rubiyah.

****

Membaca sastra klasik selalu menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Selain terkendala bahasa, buku-buku sastra klasik selalu menggunakan diksi yang indah, mendalam dan terkadang menguji batas pemahaman. Saya membaca buku ini hanya bermodalkan nama penulisnya saja, tanpa membaca sinopsisnya. Walau awalnya sempat ragu (bukan pada penulisnya tapi pada kemampuan saya membaca buku sastra), saya bersyukur sudah membaca buku yang sangat bagus ini.

Buku ini memuat konflik yang sederhana namun dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bukan pada affair yang terjadi antara Buyung dan siti Rubiyah, atau Buyung dengan Zaitun, atau konflik persahabatan. Namun lebih mengarah pada konflik mental tokoh-tokohnya.

Dibuka dengan sejarah dan penjelasan yang cukup panjang untuk karakter masing-masing tokoh, buku ini terasa agak membosankan di awal. Namun, durasi pembukanya yang cukup panjang itu justru membuat saya penasaran dengan cerita seperti apa yang menanti ke depannya. Judulnya juga teramat memikat. Harimau! Harimau! terdengar amat filosofis dan mengandung makna tak terduga. Dan benar saja. Hal itu terbukti oleh betapa sukanya saya dengan cerita ini.

Diksi yang diguakan dalam buku ini terdengar indah, tidak sulit dicerna walau terkadang saya harus membaca satu kalimat sebanyak dua kali untuk dapat memahamia denga tepat adegan seperti apa yang sedang diceritakan sebenarnya. Terdapat cukup banyak kesalahan pengetikan namun tidak fatal, bukunya tetap asyik dinikmati karena saltiknya belum pada tahap 'bertebaran dimana-mana'. Pesan yang tersirat maupun tersurat amat jelas dalam buku ini adalah tentang cara manusia memaknai hidup dan kehidupan, menjalaninya dan berinteraksi dengan makhluk-makhluk di sekelilingnya. Mengajarkan betapa keangkuhan dan kesombongan, serta kecongkakan pada akhirnya hanya akan mendatangkan kemalangan.

Buku ini juga mengajarkan kita tentang arti menjadi gengsi yang elegan da gengsi yang mencelakakan. Juga tentanf makna persahabatan, persaudaraan, tolong menolong, gotong royong, terlebih juga tentang prasangka buruk - perasaan yang kerap kali merasuki hati manusia jika sudah dipenuhi dengan hal-hal negatif di sekelilingnya. Selain itu, buku ini juga menawarkan petuangan berburu dan diburu yang seru dan menegangkan. Saat-saat mencekam, gelap dalam hutan gelap dengan sepasang mata yang bersiap menerkam dari arah mana saja tentu merupakan pengalaman yang takkan terlupakan bagi siapa yang mengalaminya.

Ada beberapa kutipan menarik yang saya petik dari buku ini yakni:

1. Mengapa demikian susahnya membela yang benar dan yang menjadi korban kezaliman? Bagaimana mungkin begitu sukar menjelaskan kebenaran? Dan mengapa harus diperlukan keberanian luar biasa untuk melakukan sesuatu kejujuran biasa? - hlmn 69

2. Orang yang membiarkan orang lain melakukan kejahatan dan dosa, sedang dia mampu menghalaginya, sama besarnya dosanya dengan orang yang melakukan dosa itu. Apalagi jika dia tahu, bahwa karena perbuatan dosa itu, dia sendiri mendapat keuntungan - Pak Balam, hlmn 101

3. Karena orang yang mencoba membuka kebenaran dibenci dan dimusuhi oleh mereka yang bersalah dan berdosa. Banyak orang yang takut hidup menghadapi kebenaran, dan hanya sedikit orang yang merasa tak dapat hidup tanpa kebenaran dalam hidupnya - hlmn 104-105

4. Tak seorang pun juga merasa senang menelanjangi dirinya sendiri. Jangankan di depan orang lain, meskipun pada dirinya sendiri, ketika orang seorang hanya sendiri dengan dirinya, tak ada yang suka bertentangan mata dengan hati nuraninya

5. Dalam hidup tak selamanya orang dapat bersedia menghadapi segala kemungkinan, dan mengambil risiko selalu perlu - hlmn 118

6. Jarang sekali orang timbul belas kasihan terhadap orang yang tak berdaya. Kebanyakan orang bersikap kejam dan hendak menindas orang yang tak berdaya - hlmn 132

7. Untuk dapat terus hidup manusia bersedia berbuat banyak sekali. Tidak saja mengorbankan kesenangan diri, harta dan kekayaan, akan tetapi menjual kehormatannya sendiri pun banyak orang yang bersedia melakukannya - hlmn 154

8. Orang tak boleh memikirkan atau membiarkan pikiran-pikiran yang merugikan tumbuh dalam kepalanya. Karena pikiran-pikiran demikian dapat mempengaruhi diri orang. Dan terjadilah hal-hal yang tak dikehendaki atau ditakuti - hlmn 169-170

9. Di mana kita bertemu dengan yang jahat, dan hendak merusak kita, atau merusak orang lain, merusak orang banyak, maka kita yang paling dekat wajib melawannya. Masa harus kita tunggu dulu diri kita yang kena bala maka kita baru bangkit melawannya? Masa kita berdiam diri selama diri kita yang tak kena? - Buyung, hlmn 181-182

10. Kita tak hidup sendiri di dunia manusia sendiri, sendiri tak dapat hidup sempurna, dan tak mungkin hidup sebagai manusia, tak mungkin lengkap manusianya. Manusia yang mau hidup sendiri tak mungkin mengembangkan kemanusiaannya. Manusia perlu manusia lain - Pak Haji, hlmn 198

11. Tuhan ada, anak-anak, percayalah. Tapi jangan paksakan Tuhamu pada orang lain; seperti juga jangan paksakan kemanusiaanmu pada orang lain. Manusia perlu manusia lain... manusia harus belajar hidup dengan kasalahan dan kekurangan manusia lain - Pak Haji, hlmn 198

12. Sedang Tuhan dapat mengampuni segala dosa jika yang berdosa datang padanya dengan kejujuran dan penyesalan yang sungguh. Apalagi kita, manusia yang biasa dan daif ini, di mana kekuasaan kita untuk menjadi hakim yang mutlak, dan menjatuhkan hukuman tanpa ampun kepada sesama manusia? - Pak Haji, hlmn 199

Dari setiap pesan-pesan tentang kemanusiaan yang ada, satu hal yang paling melekat dalam hati saya, yang juga sudah sering diingatkan dan pernah diajarkan sejak kita masih kecil hingga dewasa bahwa manusia selalu membutuhkan kehadiran manusia lain di sampingnya. Tidak ada satu makhluk pun yang dapat hidup sendiri di muka bumi yang luas ini.

Sabtu, 25 Maret 2017

,
Judul Buku: The School For Good and Evil: Dunia Tanpa Pangeran
Penulis: Soman Chainani
Penerbit: HarperCollins Publishers
Tahun Terbit: 2014
Ilustrasi: Iacopo Bruno
Pengalih Bahasa: Kartika Sofyan
Penyunting: Agatha Tristanti
Desain: Yanyan Wijaya
Penerbit di Indonesia: PT. BIP
Tahun Terbit di Indonesia: 2015
ISBN 10: 602-249-949-6
ISBN 13: 978-602-249-949-7
Rating: 4/5

Sophie dan Agatha sudah berhasil pulang ke Gavaldon, menjalani "bahagia selamanya" versi mereka. Namun, hidup tak seperti dongeng yang mereka harapkan.

Agatha diam-diam berharap seandainya ia memilih akhir bahagia yang lain bersama pangerannya. Permohonan rahasia itu membuka kembali pintu menuju Sekolah Kebaikan dan Kejahatan. Tak disangka, dunia yang dulu pernah ia ketahui bersama Sophie ternyata telah berubah.

Penyihir dan putri, tukang tenung dan pangeran, bukan lagi musuh. Ikatan baru telah terbentuk, menghancurkan hubungan lama. Namun di balik hubungan rumit antara Kebaikan dan Kejahatan ini, perang sedang dipersiapkan. Musuh yang sangat berbahaya tersembunyi di balik topeng wajah yang mereka kenal. Saat Agatha dan Sophie berjuang untuk memulihkan kedamaian, sebuah ancaman tak terduga bisa menghancurkan segalanya dan semua orang yang mereka cintai. Kali ini, ancaman itu datang dari dalam diri mereka sendiri....

"Sebuah petualangan dongeng yang menegangkan dan berbahaya."
R.L.STINE., penulis serial laris Goosebumps

****

Sophie dan Agatha berhasil pulang ke Gavaldon dalam keadaan utuh dan sehat. Seluruh penduduk menyambut meriah kebebasan mereka. Sophie dan Agatha seketika menjelma menjadi idola, dimintai tanda tangan di mana-mana bahkan dibuatkan patung. Namun, seperti gosip yang bisa terlupa dengan cepat, kepopuleran Sophie dan Agatha pun menjelma sejarah. Sekuat tenaga Sophie berusaha mengembalikan posisinya dan Agatha ke tempat semula, dimana ia dipuja dan dianggap sebagai pahlawan.

Namun, belum sempat itu terwujud, kabar mengejutkan datang dari Ayahnya. Stefan akan segera menikahi Honora - wanita gempal yang telah merebut Ayahnya bukan hanya darinya tapi juga dari Ibunya.

"Ibu menyayangiku, tidak peduli seberapa lemahnya dirinya setelah melahirkan aku, tidak peduli seberapa sering ia menyaksikan suaminya pergi dan menghilang di balik pintu rumah sahabatnya sendiri - Sophie, hlmn 27"

Kebenciannya pada sang Ayah membuat Sophie marah dan murka, tapi keinginannya untuk tetap menjadi baik dan tidak berubah jadi penyihir botak (lagi) membuat ia menekan kemarahannya dan merelakan perikahan itu. Berusaha tegar, Sophie memasang senyum pada kedua calon adik tirinya bahkan menyambut Agatha dengan wajah riang saat datang ke pesta perikahan Ayahnya. Namun, sebelum janji pernikahan berhasil diucapkan, sebuah kejutan tak terduga tiba-tiba saja terjadi. Sebuah peremohonan tak terencana telah berhasil mengacaukan segalanya. Ratusan anak panah secara tiba-tiba menyerang tempat diadakannya pesta, merobohkan tenda dan mengejar-ngejar Sophie - hendak membunuhnya!

Untuk menyelamatkan diri, Sophie dan Agatha memilih bersembunyi di gereja. Namun hal itu tidak berarti banyak. Sophie hanya akan berakhir terus terkurung disana karena anak-anak panah itu selalu saja menghujaninya tiap kali ia berusaha keluar.

"Siapa pun yang ingin mmebunuhnya rela menunggu selama apa pun - hlmn 40"

Tidak berhasil membunuh Sophie, pembunuh yang entah siapa itu mengubah sasaran. Yang diserang bukan hanya Sophie lagi melainkan seluruh penduduk Gavaldon. Jika mereka tidak menyerahkan Sophie, maka seluruh Gavaldon akan jadi korbannya. Ketakutan yang melanda membuat masyarakat akhirnya menyerahkan urusan Sophie pada para sesepuh. Dengan dalih melindungi, tiga pria tua berjanggut itu ternyata justru ingin menyerahkan Sophie pada Sang Pembunuh.

Agatha, sebagai sahabat yang teramat menyayangi Sophie - bahkan lebih memilihnya dibanding Tedros, pangerannya (Sekolah Kebaikan dan Kejahatan), berusaha keras menyelamatkan Sophie. Pelarian dan penyelamatan mereka pun menuntun mereka kembali ke dunia dongeng, ke Sekolah Kebaikan dan Kejahatan, namun keadaan disana telah berubah. Jika dulu dua sekolah mendidik murid-murid untuk menjadi pangeran dan putri, serta para penyihir, maka kini Sekolah Kebiakan dan Kejahatan telah menjelma menjadi Sekolah Putri dan Sekolah Putra. Akhir bahagia Sophie dan Agatha ternyata telah melukai Tedros begitu dalamnya, membuat ia merasa terbuang dan dendam terhadap perempuan - makhluk yang telah merebut Sang Putri dari pelukannya.

"Kalian membuat para pangeran menjadi tidak penting. Kalian membuat mereka tak terpakai. Dan sekarang kalian membuat mereka mengikuti pemimpin baru demi membalas dendam - Lady Lesso, hlmn 100"

Bagaimana ini? Keinginan Agatha adalah kembaili bertemu dengan Tedros. Tapi kini pangerannya itu justru berbalik  memusuhi kaumnya, kaum perempuan. Bencananya, perubahan ini tak hanya terjadi di antara dua menara sekolah itu tapi juga meluas hingga ke seluruh daratan dunia dongeng. Buku dongeng Sophie dan Agatha benar-benar telah menginspirasi para putri di seluruh jagad demikian dahsyatnya. 

****

Kisah dua sahabat Sophie dan Agatha dibuka kembali. Kata tamat yang dulunya dituliskan Storian terhapus dan berubah menjadi kata bersambung. Ending seri pertama buku ini memang agak terasa aneh tapi buat saya kalau dipandang dari sisi ikatan emosional persahabatan, seharusnya sudah pas. Namun ternyata penulisnya memiliki ide lain untuk tetap mempertahankan eksistensi Sophie dan Agatha.

Akhir kisah Sophie dan Agatha ternyata justru membuka awal baru bagi Tedros dan itu sangat masuk akal. Logika pertalian hidup manusia dimana setiap keputusan yang kita ambil dalam hidup tak hanya mempengaruhi hidup kita tapi juga orang lain berlaku dalam cerita ini. Dan jujur saja untuk buku kedua ini, petualangan Agatha dan Sophie terasa lebih asyik untuk dinikmati.

Sifat ambisius Sophie tentang dirinya sebagai seorang putri memang belum sepenuhnya hilang, tapi Sophie telah menjelma sosok yang benar-benar berbeda. Ikatan persahabatan dan hubungan emosional antara dirinya dan Agatha benar-benar terasa. Bisa dikatakan, dalam buku ini kisahnya lebih menyentuh. Persahabatan Hester, Dot, Anadil dan Agatha juga patut diacungi jempol. Contoh persahabatan yang murni kalau menurut saya, walau terkadang Hester mengeluarkan kalimat sarkastik dan ucapan seolah ia benci Agatha, justru disini ia terasa amat meyayangi putri-yang-mirip-penyihir itu. Sophie juga, walau Agatha adalah satu-satunya orang yang bisa membuatnya baik hampir pasti adalah alasan terbesar ia bertahan mendampingi Agatha, tak dipungkiri ia juga begitu menyayanginya.

Seperti pada buku pertama, alur dalam cerita ini juga twist banget. Tidak tertebak dan banyak memberikan kejutan tak terduga. Walau di awal sikap Tristan terhadap Storian sudah memberikan clue serta membuka wajah Yara lebih cepat, tapi hal ini tetap saja membuat saya kagum dengan kepiawayan penulis mengolah dongeng dan cerita fantasi menegangkan.

Unsur persahabatan adalah hal yang paling melekat dalam buku ini, disusul warna keserakahan kekuasaan bahkan cinta. Kejujuran juga menjadi tumpuan penting dalam membina hubungan baik dengan siapa saja yang ditekankan dalam buku ini. Selain itu, sikap objektif dalam memberikan penilaian, komentar juga cara pandang terhadap sesuatu adalah hal yang sangat dibutuhkan. Sesuatu yang baik boleh jadi tak sebaik kelihatannya dan hal buruk yang ditangkap indra juga bisa saja bahkan lebih baik dari yang kita duga.

Ada beberapa kesalahan penulisan dan juga terjemahan yang bolong dalam buku ini taapi tidak banyak dan sama sekali tidak mengganggu. Kutipan-kutipan menarik juga ada yang saya ambil yakni:

1. Sewaktu kau masih kecil, bagimu sahabat adalah segalanya. Tetapi setelah kau menemukan cinta sejatinya... semua berubah. Persahabatanmu tidak akan pernah sama seperti sebelumnya. Karena tidak peduli seberapa besar usahamu untuk menjaga keduanya, kesetiaanmu hanya akan bisa tertanam pada salah satunya - Tedros, hlmn 396

2. Teman sejati saling membiarkan satu sama lain tumbuh dewasa. Teman sejati tidak menghalang-halangi satu sama lain untuk mencintai. Teman sejati tidak berbohong - Agatha, hlmn 488"

3. Teman yang dibentuk atas kebohongan bukanlah teman - Tedros, hlmn 497

4. Permohonan adalah hal yang sangat kuat jika kau rela melakukan apa pun untuk mewujudkannya - Evelyn Sader, hlmn 502 

Rabu, 22 Maret 2017

,
Judul: Cheese In The Trap
Genre: Romansa, Drama
Penulis: Kim Nam Hee, Go Sun Hee
Sutradara: Lee Yoon Jung
Stasiun Televisi: tvN
Pemain:

Kim Go Eun as Hong Seol
Park Hae Jin as Yoo Jung


Seo Kang Jun as Baek In Ho
Lee Sung Kyung as Baek In Ha


Nam Joo Hyuk as Kwon Eun Taek

Bora

Cheese In The Trap adalah serial televisi Korea Selatan tahun 2016 yang didasarkan pada Webtoon dengan judul yang sama, yang direalisasi Naver dari tahun 2010. Bercerita tentang dua siswa dengan kepribadian berbeda yang menjalin hubungan romantis. Hong Seol bekerja paruh waktu karena ia berasal dari keluarga miskin, sementara Yoo Jung adalah siswa kaya dengan kepribadian psikopat.

****

Sejak masih SD, SMP, SMA bahkan hingga sudah jadi mahasiswa pasti ada saja laki-laki atau perempuan yang memegang gelar famous. Dalam drama ini, Yoo Jung adalah pria tampan dan tinggi yang terkenal tidk hanya karena fisiknya saja tapi juga oleh kecerdasannya. Ia juga memiliki pembawaan yang kalem. Hanya saja, Hong Seol salah satu juniornya sama sekali tidak melihat hal itu. Meski di depan orang banyak Yoo Jung cenderung menampilkan senyum dan sapaan ramah, bagi Hong Seol itu hanyalah topeng. Ada satu sisi gelap dalam diri Yoo Jung yang tak bisa dilihat teman-temannya namun bisa dilihat oleh Hong Seol.

Namun, yang bisa Hong Seol lakukan hanyalah menghindar karena entah karena magnet apa, Yoo Jung selalu saja terkesan membuntutinya. Mulai dari memilih kelas yang sama hingga beramah tamah yang teramat padanya. Pertemuan tak terduganya dengan sosok laki-laki tampang bernama Baek In Ho pun semakin membuat ia waspada terhadap Yoo Jung. Menurut In Ho yang sama sekali tak Hong Seol ketahui bagaimana caranya bisa mengenal Yoo Jung, pria kalem itu adalah sosok yang menyeramkan.

Jujur saja awal lihat cast-nya agak malas nontonnya. Fakta bahwa Park Hae Jin berperan sebagai tokoh utamalah yang jadi alasannya. Sejak kemunculannya dalam drama You Who Came From The Stars yang juga dibintangi Kim Soo Hyun beberapa tahun lalu, saya sudah memendam rasa tidak suka terhadapnya. Bukan karena fisik atau apa tapi karena karakternya yang amat menyeramkan. Cenderung terlihat sebagai psikopat. Sebenarnya ini merupakan reward yang oke buat Park Hae Jin karena itu artinya ia amat berbakat dan total dalam dunia seni peran, sukses memerankan tokoh antagonis seperti Dinda Kanya Dewi tapi kalau Dinda, sebaliknya saya malah makin suka. Berbeda dengan Park Hae Jin malah makin anti.

Tapi karena rekomendasi teman saya yang bilang kalau dramanya asyik akhirnya saya beranikan untuk tonton dan ternyata emang seru. Berkisah tentang roman dua anak kuliahan tapi nggak hanya berhenti sampai disitu saja. Momen kuliahnya benar-benar terasa. Ada dosen killer dan pelit nilai yang bikin mahasiswa pada berebutan  mau masuk kelas dosen lain, ada tugas kelompok; diskusi dan presentasi, tugas individu, pemberian beasiswa bagi mahasiswa berprestasi hingga berbagai macam jenis teman kuliah.

Kakak senior yang nggak malu ambil kelas bareng junior dan bergantung juga pada junior dalam hal tugas kelompok dan diskusi, teman yang cenderung diam dan nggak aktif di kelas, teman yang cerewet sampai semua hal dikomentari, teman yang biasa saja dan seperti mahasiswa pada umumnya; nugas, kampus, kuliah, hangout hingga sahabat yang selalu setia mendampingi dalam keadaan apapun. Bisa dibilang karakter dan tokoh-tokoh dalam drama ini adalah faktor yang membuat dunia perkuliahan jadi asyik dan berwarna. Walau memang ada satu hal 'mengerikan' di antaranya yakni tokoh stalker yang ambisius. Tokoh Youn Goon juga sukses berperan sebagai mahasiswa kaya yang sok dan menyeramkan juga punya kelainan.

Selain cerita yang dibentuk oleh tokoh-tokohnya, karakter yang kuat juga sisi negatif beberapa tokoh juga amat berperan sekali dalam drama Cheese In The Trap ini. Selain itu, kehidupan tokoh non-mahasiswa; kakak beradik Baek In Ho dan Baek In Ha juga sangat saya sukai. Kalau dari sisi menariknya hidup, maka hidup Baek In Ho-lah yang paling menarik minat saya. Walau kemisteriusan Yoo Jung juga membuat bertanya-tanya, tapi sifatnya sudah bikin saya anti duluan.

Eksekusi terhadap Yoo Jung - si manusia yang selalu merasa benar juga asyik. Fakta menyakitkan yang datang dari orang amat dekat denga kita memang lebih ampuh untuk menyadarkan kita. 

Poin penting yang dapat kita petik dari drama ini adalah bagaimana kita menjadi diri sendiri dan tidak selalu berkata YA pada setiap permintaan orang lain. Juga, meremehkan orang lain juga bukan hal yang bagus untuk diterapkan dalm kehidupan sosial kita.

Selasa, 21 Maret 2017

,
Berbicara  soal cinta, kasih-mengasihi dan sayang menyayangi, semua orang pasti memiliki perasaan ini bahkan anak kecil yang belum mengerti maknanya. Setiap orang tanpa kecuali tentu saja memiliki perasaan sayang yang tersimpan dalam hatinya bagi orang-orang terdekatnya. Orangtua, kakak dan adik tercinta, kekasih pujaan hati, sahabat terbaik yang selalu berusaha mendampingi dalam berbagai keadaan, siapa saja. Untuk saya sendiri tentu saja orangtua selalu masuk dalam daftar teratas dua orang yang amat penting dalam hidup saya, namun Vika Anindya Mokodompit, satu-satunya adik yang saya miliki, yang usianya terpaut empat belas tahun dari saya, yang kehadirannya tidak diduga-duga – bahkan mungkin hampir tidak diharapkan karena berpikir bahwa Mama saya tidak akan punya anak lagi, adalah adik yang teramat saya sayangi.


Ia lahir tanggal 16 April 2009 saat saya duduk di bangku kelas XII SMK dan tinggal jauh dari orangtua. Jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh membuat saya harus tinggal dan menetap di asrama sekolah selama kurang lebih tiga tahun lamanya, hanya bisa pulang saat libur semester. Kini ia sudah duduk di bangku kelas II SD, sebentar lagi genap berusia delapan tahun dengan bobot pipi yang terlalu chubby dan berat badan yang agak mengkhawatirkan, empat puluh enam kilogram dan tinggi mencapai 140 cm! Terlalu sehat untuk anak seusia dia, tapi melihat kelincahannya dalam mengikuti berbagai kegiatan olahraga membuat kami sekeluarga tidak terlalu khawatir lagi. Beberapa kali sudah sempat konsultasi ke dokter juga dan pihak dokter mengatakan bahwa ia masih dalam masa pertumbuhan, kelak berat badannya akan turun dan normal, meski saya  yakin bahwa nanti ia akan setinggi galah, mengalahkan tinggi badan saya.

Awal-awal tahu kalau mama saya hamil, saya dilanda dilema anak tunggal gagal. Di satu sisi saya senang karena akhirnya akan ada bayi di rumah tapi di sisi lain saya merasa tidak rela. Bayangan akan kasih sayang yang akan terbagi dan perhatian yang akan tercuri menghantui benak saya, membuat saya terkadang iri dengan kelucuan dan kecerdasannya yang memang sudah terlihat sejak kecil. Orangtua saya pasti akan lebih sayang padanya dibanding saya!

Namun ternyata pikiran negatif saya itu tidak terbukti. Mama dan papa memang jauh lebih memperhatikan Vika karena usianya yang masih kecil dan memang lebih butuh perhatian namun sama sekali tidak mengurangi kadar dan porsi perhatian mereka terhadap saya. Secara perlahan namun pasti, saya pun merasa bahwa rasa sayang saya terhadap Vika pun bertambah dan menumpuk setiap harinya.

Adik Kecil yang Besar

Karena porsi makan yang tidak sedikit sejak bayi, Vika tumbuh menjadi anak yang ‘besar’. Gendut adalah kata yang pas bersanding dengannya tapi karena ia tak suka dipanggil demikian maka saya akan menggantinya dengan kata chubby. Melihat perkembangan tubuhnya yang begitu sehat saya selalu merasa gemas dan terhibur kapan pun melihatnya. Polahnya yang lucu, pipinya yang gembil dengan mata sipit dan hidung agak pesek, celana pendeknya yang muat di pinggang saya, keusilannya membongkar perelngkapan make up saya membuat saya sering dibuat tertawa dan merindukannya.

Sahabat yang Mengasyikkan untuk Bertukar Cerita

Selain chubby, Vika adalah anak kecil yang cerewet dan selalu punya banyak cerita. Seperti kebiasaan yang Ayah saya berikan terhadap saya – membacakan dongeng menjelang tidur, Vika juga mendapat perlakuan yang sama. Dan ketika saya pulang, dongeng-dongeng tersebut akan kembali ia ceritakan dengan berbagai ekspresi menggemaskan. Ia pun selalu punya banyak cerita seru tentang sekolah, teman-teman dan aktivitas hariannya, hingga keusilannya pada Papa dan nenek saya. Saya yang jauh di perantauan pun menjadi sangat terhibur ketika bertukar cerita lewat telepon dengannya. Rasa sepi karena hidup sendiri pun terobati, terasa seperti pulang walau sebenarnya cuma ngadem di kos-kosan.

Selalu Meneladani Hal-hal Positif yang Saya Lakukan

Terlahir sebagai adik yang punya jarak usia cukup jauh dari kakaknya, Vika – tanpa diminta, selalu menjadikan saya sebagai kiblat dalam melakukan sesuatu. Tentu saja ia tetap menjadi dirinya dengan segala keunikannya, dengan kesukaannya pada kucing, pada ayam goreng dan citta-citanya menjadi perawat. Namun, kala melihat riwayat pendidikan saya, ia pun ingin melakukan hal yang sama. Menjadi juara kelas, ikut berbagai kegiatan sekolah yang menyenangkan, mendapat gelar sarjana di usia muda, hingga  menjadi kutu buku seperti kakaknya. Hal ini membuat saya makin sayang. bangga terhadapnya, juga berterima kasih karena telah menjadikan saya role model-nya.

Motivator Paling Berpengaruh dalam Hidup Saya

Bagaimana caranya meniru hal-hal yang saya lakukan, karena Vika, saya mendapati diri saya jadi semakin bersemangat menjalani hari-hari saya dan berusaha sebaik mungkin memberikan terbaik untuknya dan keluarga. Keinginan saya untuk menuai prestasi tidak lagi hanya dipicu oleh ambisi pribadi tapi juga keinginan membuat adik saya bangga, sehingga ia pun akan melakukan hal yang sama. Ia tak harus dan tentu tak boleh meniru apa yang saya miliki dan apa yang saya capai, tapi mendapati dirinya begitu bersemangat menempuh pendidikan, begitu berani berkompetisi, menuai prestasi (karena melihat kakaknya) membuat saya jadi semakin termotivasi untuk terus menjadi lebih baik lagi.

Mencurahkan kasih sayang kita harus melakukannya dengan cara yang benar juga pada orang yang tepat. Orangtua tentu saja menyayangi anak-anaknya, seorang kakak sudah pasti sayang terhadap adiknya, suami wajiblah menyayangi istrinya, tapi bagi saya, menyayangi Vika sudah menjadi salah satu hal terbaik dalam hidup saya. Memilikinya sebagai adik saya adalah suatu anugerah dan menyayanginya juga diganjar dengan perasaan yang sama, augerah pula.

Karena usianya yang masih dalam tahap pertumbuhan dan menyerap ilmu pengetahuan maka hadiah yang paling cocok untuknya adalah BUKU. Buku adalah jendela ilmu dan memberi peran yang amat besar dan penting bagi anak-anak dan generasi penerus bangsa. Dengan buku, kecerdasannya bisa semakin terasah, kegiatan belajarnya juga bisa semakin tertunjang dan tentu saja wawasannya akan semakin bertambah.
,
Judul Buku: The School for Good and Evil – Sekolah Kebaikan dan Kejahatan
Penulis: Soman Chainani
Ilustrasi: lacopo Bruno
Tahun Terbit: 2013
Penerbit: HarperCollins Publishers
Pengalih Bahasa: Kartika Sofyan
Penyunting: Agatha Tristanti
Penata Letak: Veranita
Desain: Yanyan Wijaya
Terbit di Indonesia: 2014
Penerbit: PT. BIP
ISBN-10: 602-249-756-6
ISBN-13: 978-602-249-756-6
Rating: 4/5

Tahun ini, Sophie dan Agatha digadang-gadang menjadi murid Sekolah Kebaikan dan Kejahatan yang legendaris, tempat anak laki-laki dan perempuan dididik menjadi pahwalan dan penjahat dalam dongeng. Dengan gaun pink, sepatu kaca, dan ketaatannya pada kebajikan, Sophie sangat yakin akan menjadi lulusan terbaik Sekolah Kebaikan sebagai putri dalam dongeng. Sementara itu, Agatha, dengan rok terusan warna hitam yang tak berlekuk, kucing peliharaan yang nakal, dan kebenciannya pada semua orang, tampak wajar dan alami untuk menjadi murid Sekolah Kejahatan.

Namun, ketika kedua gadis itu diculik oleh Sang Guru, terjadi sebuah kesalahan. Sophie dibuang ke Sekolah Kejahatan untuk mempelajari kutukan kematian; sementara Agatha masuk ke Sekolah Kebaikan bersama para pangeran tampan dan putri cantik mempelajari Etiket Putri. Bagaimana jika ternyata kesalahan ini adalah petunjuk pertama untuk mengungkap diri Sophie dan Agatha yang sesungguhnya?

Sekolah Kebaikan dan Kejahatan menawarkan petualangan luar biasa dalam dunia dongeng yang menakjubkan, di mana jalan satu-satunya keluar dari dongeng adalah... bertahan hidup. Di Sekolah Kebaikan dan Kejahatan, kalah bertarung dalam dongengmu bukanlah pilihan.

****
Ketika para orang tua dan anak-anak di Gavaldon mempersipkan penangkal demi menghalau penculik tak kasat mata, yang akan membawa anak-anak siapa pun itu sesuai dengan keinginannya, sebaliknya, Sophie justru sudah lama menantikan hal ini. Sikap Sang Ayah yang seolah tak lagi menyayanginya dengan berusaha menikahi Honora, wanita gemuk dengan tumpukan lemak pada tubuhnya, dan berusaha memberinya dua adik tiri laki-laki, Sophie memutuskan akan ikut dengan sukarela ketika nanti dijemput Sang Guru.

“Biar saja si pengecut itu menikahinya setelah aku pergi – Sophie, hlmn 33”

Dengan penampilannya yang rupawan dan sikap yang selalu baik, Sophie yakin ia akan masuk dan menjadi murid Sekolah Kebaikan dan berakhir bahagia bersama pangeran tampan layaknya Cinderella. Keberadaan Agatha – sahabatnya, sebagai kebalikan Sophie, tidak cantik dan tidak baik pun semakin menambah rasa percaya diri Sophie. Namun, kepercayaan dirinya mengkhianatinya. Bukan mengantarkannya ke menara Sekolah Kebaikan dengan anggun dan sempurna, ia justru diculik dan dilemparkan ke Sekolah Kejahatan yang jelek dan suram.

Agatha yang tidak percaya tentang cerita-cerita dongeng dan keberadaan Sekolah Kebaikan dan Kejahatan ini pun harus mengakui bahwa keraguannya selama ini salah. Sekolah itu benar-benar ada dan kini ia menjadi orang asing yang jelek di antara kerumunan putri cantik dan pangeran tampan.

“Bahkan staf pengajar yang lebih tua pun tampak elegan dan cenderung mengintimidasi. Agatha selalu berusaha meyakinkan diri bahwa kecantikan itu tak ada gunanya karena bersifat sementara. Di sini terbukti kecantikan itu bertahan selamanya – hlmn 65”

Merasa salah tempat, Agatha lantas berusaha membuktikan bahwa ia jahat dan tak pantas berada di Sekolah Kebaikan. Penampilan teman-teman sekolahnya dan sikap jijik yang mereka tunjukan membuat Agatha semakin ingin keluar dari sana.

“Bahkan di Sekolah Kebaikan, yang semua orang harusnya baik dan mengasihi, dia tetap sendirian dan dianggap hina. Dia seorang penjahat, tak peduli kemana pun ia pergi – hlmn 87”
 
Terasing dan tersingkir serta keinginan yang kuat untuk keluar dari Sekolah Kebaikan membuat Agatha terus berusaha mencari cara. Mulai dari mengelilingi gedung sekolah hingga menyusup ke tempat-tempat tak seharusnya yang justru membawanya ke suatu tempat mengerikan. Kenyataan akan kegelapan yang tersembunyi di balik menara kedua sekolah itu membuat Agatha bertekad bahwa ia dan Sophie harus pulang ke Gavaldon. Ia harus menemui Sang Guru.

“Kalau tidak, mereka akan jadi fosil dongeng – hlmn 90”

Begitu pun Sophie, gadis cantik itu berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan dirinya pada posisinya semula dan membuktikan bahwa Agathalah yang jahat. Namun, begitu mereka berusaha untuk bertukar sekolah, keduanya kembali diseret ke sekolah masing-masing. Teman-temannya semua jelek, menyeramkan dengan kutil pada beberapa bagian tubuh dan binatang peliharaan menjijikkan. Ia tampak sangat berbeda dan seperti Agatha, Sophie pun dikucilkan dan dianggap suatu kesalahan.

“Pangeran-pangeran pasti kebingungan kalau melihatmu. Penjahat biasanya tidak kelihatan seperti putri raja – Dot, hlmn 74”

Sophie pun ingin keluar dari sekolahnya. Namun, tujuannya berbeda. Bukan pulang, ia ingin ke sekolah kebaikan karena memang disitulah tempatnya.

“Aku harus berada di sekolahmu dan kau harus berada di sekolahku. Seperti yang sudah kita bicarakan. Ingat, kan?” – Sophie, hlmn 96”

“Kenapa aku harus pulang? Aku punya apa di Gavaldon? – Sophie, hlmn 96”

****
Ide ceritanya unik dan megusung tema yang menarik. Setiap orang pasti kenal dengan yang namanya dongen dan kisah cinta Cinderella bersama kereta labunya, Rapunzel dan rambut panjangnya serta dongeng-dongeng yang menekankan kebajikan lainnya. Pada buku ini, dunia tersebut digambarkan sebagai tempat yang dapat dikunjungi dengan beberapa penduduk asli dan penduduk pendatang yang berasal dari pembaca. Hanya saja, berbeda dengan happy ending yang selalu didapatkan para pemeran utama dalam dongengnya, dalam kisah ini diceritakan bahwa di balik bahagia mereka, ada pihak-pihak yang menderita dan tidak mendapatkan tempatnya.

Awalnya agak sedikit bosan dengan opening ceritanya, dialog antara Sophie dan Agatha juga terkadang membingungkan, namun memasuki bab petualangan ke negeri dongengya, kisah dua sahabat ini berlangsung seru. Sejak awal sudah bisa menebak siapa yang akan digiring ke Sekolah Kejahatan dan siapa yang akan mendarat dengan anggun di Sekolah Kebaikan, namun alur cerita selanjutnya sama sekali tidak tertebak.

Pergantian situasi dan kondisi antara kedua tokoh juga membuat pembaca dapat menilai dari sisi yang objektif karena perbedaan aktivitas dan kegiatan maupun mata pelajaran antara kedua sekolah dijelaskan dengan terperinci. Walau jujur saja terkadang saya sedikit sulit membayangkan kondisi latar dna settingnya. Terlalu dongeng dan mungkin imajinasi saya nggak sampai wkwkw

Di luar itu, kisahnya berjalan mulus dengan beberapa jalan terjal yang dilalui tokoh-tokohnya. Karakter Sophie dan alur yang mengirinya sebenarnya membuat cerita ini terasa labil dan seolah bingung akan kemana, tapi ketika mendekati bab ending, pemahaman bahwa cerita dan karakternya memang sengaja dibuat seperti itu akan sampai. Dan itu yang bikin ceritanya twist dan menegangkan.

Saya suka dengan kejutan menjelang bab-bab terakhirnya, eksekusinya berbelit tapi manis. Terasa agak lama karena cerita yang lumayan panjang tapi pendaratan Sophie dan Agatha serta segala hal yang terjadi pada Sekolah Kebaikan dan Sekolah Kejahatan karena kehadiran keduanya terasa asyik dan menyenangkan.

Selasa, 14 Maret 2017

,
Judul: The Legend of The Blue Sea
Sutradara: Jin Hyeok
Penulis Skenario: Park Ji Eun
Channel: SBS
Jumlah Episode: 20
Tanggal Rilis: 16 November 2016-19 Januari 2017

Daftar Pemain:

Lee Min Ho as Heo Joon Jae
Jun Ji Hyun as Shim Chung
Lee Hee Joon as Joo Nam Doo

Shin Hye Sun as Cha Shi Ah
Serial ini terinspirasi oleh legenda Jeoseon klasik tentang seorang nelayan yang menangkap dan melepaskan putri duyung. Drama ini menceritakan kisah cinta antara anak seorang keluarga bangsawan di era Jeoseon dan sosok putri duyung.

Bagaimana bisa putri duyung dari masa Jeoseon bertahan di zaman modern di kote Seoul? Shim Chung adalah putri duyung yang menyadari bahwa dirinya telah dipindahkan ke zaman modern. Dia ditangkap oleh Heo Joon Jae, seorang pria tampan namun dingin yang juga putra seorang bangsawan dari dinasti Jeoseon.

Tapi di saat ini, Joon Jae bekerja dengan Joo Nam Doo, seorang penipu ulung yang mengajari Joon Jae jadi penipu jenius. Namun teman Joon Jae, Cha Shi Ah, yang bekerja sebagai peneliti di KAIST, mungkin merupakan satu-satunya harapan agar Shim Chung bisa bertahan hidup di dunia barunya.

Sumber

Merupakan drama yang digubah lewat dongeng yang amat terkenal, Fairy Tale. Bercerita tentang putri duyung yang mengejar cintanya pada pria manusia, yang membuatnya nekad memperoleh sepasang kaki, naik ke daratan lalu mengejar si pria tanpa tahu 'bencana' apa yang sudah menantinya di daratan. Ancaman menjadi buih jika si pria tidak membalas cintanya, dan seperti pada kisah si putri duyung yang malang, ancaman ini pun terlambat diketahui Shim Cheong, sang putri duyung. Ia tetap berusaha mengejar cinta Heo Joon Jae yang bahkan memiliki setitik perasaan padanya pun hampir tidak ada. Dengan bumbu cerita klasik zaman Jeoseon, kisah putri duyung disini pun jadi sedikit lebih rumit.

Namun, walau mengusung ide cerita yang sudah mainstream, plotnya sama sekali jauh dari kata tersebut. Kalau dideskripsikan dalam satu kata, maka buat saya The Legend Of The Blue Sea terlihat amat cantik. Cantik oleh keapikan alur, tokoh, karakter dan juga konflik yang ada. Diselingi dengan adegan historical romance membuat dramanya juga makin unik.

Pengulangan konflik di masa lalu, ide cerita reinkarnasi-nya memang terbilang sudah umum ditemukan pada drama-drama Korea lainnya. Hanya saja, untuk penempatan tokoh dan konflik yang ada, dalam drama ini buat saya adalah yang paling bagus yang pernah saya tonton. Walau jujur di awal-awal saya merasa bahwa Lee Min Hoo terasa kurang total aktingnya, begitu pun dengan Jun Ji Hyun. Tapi saat pertengahan, pendapat itu tertutupi oleh betapa saya menikmati cerita yang terbangun dalam drama ini, Penokohannya juga amat saya sukai.

Gebarakan demi gebrakan baru bisa memberikan kejutan menjelang akhir episode tapi justru hal tersebutlah yang membuat saya bertahan dan berusaha keras menamatkan drama ini walau jaringan internet kurang memadai. Bisa dibilang, saya sangat-sangat terlambat menamatkan drama ini tapi sama sekali nggak menyesal. Euforia atas kejutan dalam cerita yang diberikan mugkin jadi sedikit bekurang, tapi kepuasan karena sudah menontonnya justru bertambah. Suka bangetlah sama dramanya.

Adegan komedi yang ada juga sangat menghibur, walau ada teman saya yang bilang bahwa karkater yang dipernakan Jun Ji Hyun disini agak rada-rada, tapi darinya kita belajar bahwa kecantikan tidak hanya terbentuk dari fisik dan kecerdasan tapi juga dari ketulusan hati dalam mencintai,

Sejak awal hingg menjelang akhir cerita, kita akan disuguhkan oleh adegan dan sifat yang terkesan berulang tapi tidak membosankan. Justru semakin lama semakin menarik. Lewat drama ini, kita belajar arti mencintai dengan tulus, menyayangi sahabat sepenuh hati, mengutamakan keluarga lebih dari apapun dengan dilandasi kejujuran, juga nasihat tersirat bahwa zaman dan masa boleh saja berubah tapi keserakahan tetap akan menemukan jalannya jika kita tidak senantiasa membentengi diri dengan rasa syukur.

Sabtu, 11 Maret 2017

,
Judul Buku: Moslem Millionaire - Menguasai Cinta Dan Harta Dalam 365 Hari
Penulis: Ippho Santosa
Penerbit: PT. Elexmedia Komputindo
Tahun Terbit: 2013
Artistik: Achmad Subandi
Desain Sampul: erick_my_10@yahoo.com
Kategori: Bisnis & Motivasi
ISBN: 978-602-02-0354-6
Rating: 4/5

Ternyata cinta itu dekat dengan harta! Dengan kata lain. cinta itu mengayakan! Buku ini juga membahas:

  • Mengapa cinta dunia itu dibolehkan?
  • Cinta dunia seperti apa yang dibolehkan?
  • Benarkah pintu rezeki dan pintu bahagia itu berdekatan?
  • Menjemput rezeki besar yang tak pernah terbayangkan
  • Memperkuat dampak dari 7 Keajaiban Rezeki
  • Memahami amal-amal yang mengundang rezeki
  • Melipatgadakan motivasi dan produktivitas tim
  • Memelihara integritas dan loyalitas tim
  • Keyakinan yang tak tergoyahkan
  • Keluar secepatnya dari masalah dan kegagalan
  • Mempercepat terwujudnya impian
  • Cara mudah menjemput jodoh dan keturunan
Nah, jika Anda mendambakan kehidupan yang bertabur cinta dan harta, mungkin buku ini adalah jawabannya. Pastikan keluarga Anda membacanya. Dan tunggulah keajaiban dalam 365 hari atau kurang!

****

Bukunya lucu dan menggemaskan. Kenapa? Kok bisa, padahal kalau baca dari judulnya, bukunya selintas seperti buku motivasi yang memandang sepele masalah hidup dan kehidupan, kayak buku sok tahu yang cuma jual kalimat pemotivasi sesaat yang nggak mendatangkan bukti. Tapi sungguh, bukunya lucu.

Buku motivasi yang dibalut komedi. Bukan humor ala komika yang mengocok perut, hanya humor halus dan beberapa sindiran serta sentilan lucu yang akan membuat kita tersenyum karena memang itu lucu. Tersenyum, bukan tertawa.

Dengan bab-bab yang diberi judul manis - semanis cinta yang memang sebagian besar mendominasi buku ini, Moslem Millionaire adalah tipe buku motivasi yang ringan dibaca, bisa kapan saja bahkan saat sambil ngobrol. Bukan karena bukunya nggak cukup menarik perhatian sehingga kita bisa sesekali bicara dan tidak perlu terlalu menaruh perhatian terhadap bukunya, tapi memang betul-betul karena suasana santai dan gaya penulisan yang asyik dan bersahabat. Sehingga, kita tanpa perlu terlalu serius membacanya, akan mendapati diri menyerap dengan mudah apa yang disampaikan. Tanpa perlu menggunakan banyak kalimat bijak atau sindiran menhohok, buku ini sudah punya ciri khas dan quote-nya sendiri.

Membahas tentang hal-hal terkait cinta dan betapa universal perasaan yang wujudnya bisa kita temukan pada setiap perbuatan. Buku ini bukan memuat tips-tips bagaimana caranya menjadi Muslim yang kaya raya, tapi justru menekankan bahwa setiap muslim itu sudah kaya asal ia menyadarinya. Ibaratnya, banyak harta bisa bikin kita kaya, tapi kaya hanya dengan harta saja itu nggak cukup. Oleh karenanya, dalam kekayaan kita itu, kita butuh cinta.

Memuat materi tentang cinta dan harta, kita tidak diajarkan untuk mencintai harta yang kita miliki, tapi menuangkan cinta pada setiap harta yang kita punya. Harta tidak hanya berbatas pada kemampuan finansial saja; keluarga yang lengkap, anak, istri, suami, rumah, mobil, semuanya adalah harta yang dititipkan untuk kita. Oleh karenanya sudah semestinya kita memperlakukannya dengan penuh cinta.

Tak hanya cinta, karena harta juga ditekankan disini, buku ini menjadi seperti nasihat tertulis dari seseorang yang telah berpengalaman dalam mengelola harta dan kekayaannya, yakni bisnis. Tapi bukan tips berbisnis yang kaku, hanya seperti teman cerita dan berbagi tapi asyik untuk dinikmati. Buku ini mencerminkan bisnis bukan hanya sebagai alat memperkaya diri tapi juga sebagai sarana dalam menuangkan cinta pada diri sendiri. Ini juga tercermin dalam beberapa pengalaman hidup dan kesuksesan yang dibagi penulis juga beberapa kalimat yang mengandung unsur promosi produk yang menjadi bisnis sang penulis di dalamnya. Walau begitu, hal itu nggak begitu mengganggu.

Ada beberapa kutipan menarik yang saya ambil dari buku ini, yakni: 
1. Cinta yang benar akan mengayakan. Sebaliknya, cinta yang salah akan menyusahkan. Sungguh, dunia ini bukan dihancurkan oleh nuklir dan kapitalisme, melainkan oleh keserakahan. Sungguh, dunia ini memadai untuk miliaran manusia, namun tidak akan memadai untuk satu orang yang serakah - hlmn 18

2. Camkan baik-baik, pria sejati sanggup hidup susah. Namun pria sejati, terhadap keluarganya, tidak akan mau memberikan kehidupan yang susah - hlmn 23

3. Berhentilah beralasan. Ingatlah, jenius dalam excuse, biasanya idiot dalam eksekusi. Gagap dalam excuse biasanya fasih dalam eksekusi. Action!

4. Memang sih, kalau sudah rezeki, nggak bakal kemana. Tapi kalau kita nggak kemana-mana, ya nggak ketemu-ketemu rezekinya - hlmn 36

Selain kutipan nyentilnya, buku ini juga memuat beberapa cara menghadapi masalah dan problema hidup terkait dengan 'pengejaran harta dan kesuksesan'. Intinya, buku ini adalah teman santai yang mengajak kita pada kebaikan dan senantiasa berbuat baik. Menebarkan cinta pada setiap intisari kehidupan kita.

Jumat, 10 Maret 2017

,
Judul Buku: Kau, Aku, Dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Desain Ilustrasi Sampul: eMTe
Tahun Terbit: 2012
Tebal Buku: 512 hlmn; 20 cm
ISBN: 978-979-22-7913-9
Rating: 4/5

Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, berharap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaannya.

Apakau Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini sama spesialnya dengan miliaran cinta lain? Sama istimewanya dengan kisah cinta kita? Ah, kita tidak memerlukan sinopsis untuk memulai membaca cerita ini. Juga tidak memerlukan komentar dari orang-orang terkenal. Cukup dari teman, kerabat, tetangga sebelah rumah. Nah, setelah tiba di halaman terakhir, sampaikan, sampaikan ke mana-mana seberapa spesial kisah cinta ini. Ceritakan pada mereka.

"Seperti biasa, Tere Liye selalu bisa mencungkil hal-hal istimewa dari kehidupan yang tidak pernah menarik perhatian."
Belinda, calon dokter gigi

"Tentang cinta pertama yang begitu memukau, mengajari tetapi tidak menggurui."
Ayu Aditya Saputri, calon guru SLB

"Jika selama ini sering dijejali cerita cinta termehek-mehek, maka Borno da Mei adalah orisinal cerita cinta tentang pengorbanan yang tidak akan membuat kita menjadi mellow."
Ariza, guru TK

"Novel yang berbeda. Mengangkat profesi yang tidak pernah ada di novel mana pun. Kisah cinta yang sederhana, indah, dan klasik."
Umi Futikhah, guru

"Saya berdoa semoga saya bisa menjadikan anak lelaki saya "bujang berhati paling lurus" seperti Borno."
Putri, buruh pabrik

****

"Cinta itu seperti musik yang indah. Cinta sejati akan membuatmu tetap menari meski musiknya telah lama berhenti"

Buku ini berkisah tentang Borno anak pengemudi sepit yang karena takdir harus berpisah dengan Bapak yang ia kasihi, Bapak Borno meninggal karena tersengat ubur-ubur di Sungai Kapuas. Hal itu menyebabkan Borno hanya tinggal berdua dengan Ibunya. Beruntung, ia masih bisa menyelesaikan pendidikannya hingga SMA.

Waktu berlalu, Borno butuh pekerjaan. Beberapa kali ia berganti profesi. Mulanya ia bekerja di pabrik karet, meski tidak tahan dengan baunya, ia tetap bertahan. Sayang, keadaan ekonomi yang memburuk membuat banyak pabrik karet gulung tikar, salah satunya pabrik tempat Borno bekerja. Membuat ia harus rela kehilangan pekerjaannya.

Namun, ia tidak putus asa. Keteguhannya mempertemukan ia dengan Syahbandar yang baik hati, yang membantu ia mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga loket di dermaga feri, Walau ditentang habis-habisan oleh Bang Togar dan pengemudi sepit lainnya, dianggap pengkhianat karena telah bekerja untuk orang-orang yang menyebabkan sepit kehilangan kepopulerannya, Borno tidak gentar. Ia tetap bekerja sebagaimana seharusnya. Namun, kecurangan yang dilakukan beberapa rekan kerjanya membuat ia berpikir ulang, apalagi setelah mendengar nasihat Ibu.

"Kau tahu, Borno. Tempat bekerja kau sebelumnya, meski bau, membuat orang lain menutup mulut saat kau lewat, hasilnya wangi. Halal dan baik. Dimakan berkah, tumbuh jadi daging kebaikan. Banyak orang yang kantornya wangi, sepatu mengilat, baju licin disetrika, tapi boleh jadi busuk dalamnya. Dimakan hanya menyumpal perut, tumbuh jadi daging keburukan dan kebusukan - hlmn 42"

Dengan pertimbangan matang, Borno pun memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Tawaran pekerjaan baru pun datang; menjadi pengemudi sepit. Tapi Borno tidak mau, ia tak ingin melanggar pasan Bapaknya yang sejak dulu selalu mewanit-wanti agar ia tak menjadi pengemudi sepit seperti orangtuanya. Tapi, beberapa nasihat bijak yang datang lewat Koh Acong, Cik Tulani dan Pak Tua membuat Borno kembali mempertimbangkan pilihan itu.

"Haiya, apalah artinya kalimat itu Borno? Aku selalu bilang pada dua anakku yang sekarang sekolah di Surabaya, 'Kalian orang kalau sudah besar, jangan jadi pedagang toko kelontong macam Kokoh.' Tapi kalau mereka orang ternyata jadi pedaganag besar di Jawa sana, mau bilang apa? Malah bagus itu - Koh Acong, hlmn 51"

"Woi, kau ini jangan memperumit masalah, Borno. Lihat, Cik kau ini selalu bilang pada si buyung, 'Nak, Ayah hanya tamat SD, kau setidaknya tamat SMP, anakmu kelak lulus SMA, dan cucuku nanti berijazah sarjana.' Lantas kalau si buyung ternyata bisa bergelar doktor, apakah dia jadi anak durhaka, dibakar api neraka, karena tidak mendengarkan wasiatku saat kecil? - Cik Tulani, hlmn 52"

"Jamak itu Borno. Lazim sekali seorang petani bilang ke anaknya. 'Nak, jangan jadi petani, tidak bisa kaya.' Seorang guru SD bilang ke anaknya, 'Nak, jangan jadi guru, hidupnya susah, makan hati pula.' Seorang kuli kasar bilang ke anaknya, 'Nak, jangan pernah jadi kuli, keringat diperas, gaji tak memadai.' Tetapi maksud mereka tidaklah demikian. Hakikat sejati pesan itu adalah agar kau jadi lebih baik. - Pak Tua, hlmn 53"

Kembali, dengan pertimbangan matang-matang, Borno memutuskan mengikuti saran Ibu, Koh Acong, Cik Tulani dan Pak Tua. Ia pun menjadi pengemudi sepit!

Borno adalah anak yang suka berbicara sejak kecil, menanyakan banyak hal yang tidak lumrah ditanyakan orang banyak. Seperti bertanya dimana letak hulu Sungai Kapuas dan berapa panjangnya, pertanyaan tentang cinta juga kerap terbesit dalam kepalanya. Siapa sangka, oleh profesi barunya sebagai pengemudi sepit, Borno justru menemukan jawabannya.

Pada gadis cantik peranakan Cina, berbaju kurung dan membentangkan payung merah, jantung hati Borno ditancapkan untuk pertama kalinya. Dan seperti pucuk dicinta ulam pun tiba, Borno tak sengaja menemukan sebuah surat beramplop merah yang tertinggal gadis itu di dasar sepitnya. Namun, setelah berusaha keras menemukan sang gadis demi mengembalikan surat tersebut, Borno justru menemukan kenyataan pahit bahwa surat itu hanyalah amplop angpau yang sering dibagikan saat perayaan imlek!

****

Kisah cinta yang amat manis. Latar belakang keluarga Borno, bagaimana ia menjalani kesahariannya serta latar tempat kejadian cerita ini juga membuatnya makin unik. Tak hanya membahas soal cinta, buku ini juga memberikan pengetahuan dan sedikit gambaran tentang kehidupan masyarakat pesisir Sungai Kapuas yang terletak di Kalimantan Barat. Bagaimana merea melakukan aktivitas dan sikap kekeluargaan dan gotong royong yang amat kental disana.

Cerita buku ini murni romansa antara dua orang yang saling jatuh cinta, tapi kehidupan Borno dan bagaiaman ia menjalaninya setiap hari, sikap positif yang ia miliki memang betul-betul membuatnya menjadi pemuda dengan hati paling lurus di tepian Sungai Kapuas.

Seperti pada buku-buku Tere Liye lainnya, selalu ada pesan menarik yang saya petik darinya. Begitu pun yang ada pada buku ini. Sebagian besar memang mengarah pada cinta dan bagaiaman cara mengelola perasaan yang terkadang hadir secara semena-mena namun membuat bahagia dalam hati itu. Tapi itulah yang membuat buku ini menjadi lebih manis namun nggak bikin eneg kayak kue kebanyakan gula. 

Banyak kutipan dan pesan-pesan tentang cinta, namun kisah cintanya sama sekali nggak menye-menye. Walau dimulai lewat hal klasik; pandangan pertama, perkembangan alurnya sama sekali nggak biasa. Sempat terpikir bahwa buku ini mengandug unsur cinta tak direstui karena perbenturan budaya dan latar belakang kkeluarga, tapi ternyata hal itu tidak terbukti. Beberapa kali saya dibuat terkejut oleh surpirse yang tak pernah saya duga. Kejutan yang membuat saya mendesah 'wah' dan tersenyum saking sukanya.

Walau endingnya nggak sesuai ekspektasi dan keinginan hati, saya tetap suka. Terima kasih karena tidak memberikan sad ending seperti yang terdapat pada Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

Ada banyak sekali kutipan menarik yang sarat pesan yang hampir 80% datang dari Pak Tua -  ada dalam buku ini:
1. Dalam banyak urusan, kita terkadang kita sudah merasa selesai sebelum benar-benar berhenti - Pak Tua, hlmn 44

2. Orang paling bersyukur di dunia ini adalah orang yang selalu makan dengan tamunya. Sebaliknya, orang yang paling tidak tahu untung adalah orang yang selalu saja mengeluhkan makanan di hadapannya - Pak Tua, hlmn 121

3. Cinta adalah perbuatan. Kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta. Tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi - Pak Tua, hlmn 168

4. Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya - Pak Tua, hlmn 194

5. Terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan - Borno, hlmn 210

6. Cinta bukan kalimat gombal, cinta adalah komitmen tidak terbatas, untuk selalu mendukung, untuk selalu ada, baik senang maupun duka - hlmn 221

7. Kau tahu hikmah terbesar sakit, Borno? Bagi bayi, sakit adalah tahapan naik kelas. Sakit sebelum bisa merangkak, sakit sebelum bisa berdiri, sakit sebelum bisa berjalan. Bagi kita yang jelas tidak mengulum jempol lagi, sakit adalah proses pengampunan, Borno - hlmn 250

8. Percayalah, sepanjang kita punya mimpi, punya rencana, walau kecil tapi masuk akal, tidak boleh sekalipun rasa sedih, rasa tidak berguna itu datang mengganggu pikiran - Borno, hlmn 282-283

9. Cinta selalu saja misterius. jangan diburu-buru atau kau akan merusak jalan ceritanya sendiri - hlmn 288

10. Jangan sekali-kali kau biarkan prasangka jelek, negatif, buruk, apalah namanya itu muncul di hati kau. Dalam urusan ini, selalulah berprasangka positif. Selalulah berharap yang terbaik. Karena dengan berprasangka baik saja hati kau masih ketar-ketir memendam duga, menyusun harap, apalagi dengan prasangka negatif, tambah kusut lagi perasaan kau - Bang Togar, hlmn 299

11. Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya untuk menyugesti, bertannya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu - Pak Tua, hlmn 428

12. Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik, padahal boleh jadi kenyatannya tidak seperti itu, menyakitkan - Pak Tua, hlmn 429

13. Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gulai kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita berid dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus menggumpal membesar - Pak Tua, hlmn 429-430

Dari sekian banyak ungkapan tentang cinta, perjalanan hidup Borno ada satu hal penting yang saya petik dari buku ini yakni percaya pada diri sendiri, meski dengan segala keterbatasan yang ada, asal terus berusaha pasti akan ada jalannya. Tak hanya untuk urusan karir dan impian tapi juga perkara cinta.