Kota
Pangkalpinang adalah salah satu Daerah Pemerintahan Kota di
Indonesia yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus merupakan ibu
kota Provinsi. Kota dengan luas
wilayah 118,408 km2 ini
terletak di bagian timur Pulau Bangka dan terbagi dalam 7 kecamatan yaitu Taman
Sari, Rangkui, Pangkalbalam, Gabek, Bukit Intan, Girimaya, dan Gerunggang.
Etnis Melayu dan Tionghoa suku Hakka dari Guangzhou kebanyakan membentuk kota
dengan julukan BERARTI (BERsih, Aman, Rapi, Tertib, Indah) ini, ditambah
sejumlah suku pendatang seperti Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa,
Madura, Banjar, Bugis, Manado, Flores, da Ambon.
Penjajahan Belanda di Indonesia yang
berlangsung selama kurang lebih tiga ratus lima puluh tahun meninggalkan
jejak-jejak bisunya yang beberapa di antaranya terletak di kota Pangkalpinang.
Keberadaan beberapa peninggalan sejarah ini menjadikan Kota Pangkalpinang
sebagai kota wisata sejarah yang amat sangat sayang untuk dilewatkan. Berikut
terdapat delapan pilihan lokasi bersejarah yang dapat kita gunakan sebagai
destinasi wisata ke Kota Pangkalpinang
Museum
Timah Indonesia berlokasi di Jl. Jenderal A. Yani No. 17 dan tercatat sebagai
satu-satunya di Asia. Awalnya adalah rumah dinas Hoofdt
Administrateur Banka Tin Winning (BTW) atau rumah pejabat perusahaan timah Banka Tin Winning. Museum ini
mencatat sejarah perjalanan panjang pertimahan di Bangka Belitung, didirikan
pada tahun 1958 saat banyak ditemukan benda-benda tradisional yang digunakan
para penambang zaman dahulu, terutama pada masa penjajahan Belanda. Persemian
Museum Timah Indonesia dilakukan pada 2 Agustus 1997 dengan tujuan untuk
memerkenalkan sejarah timah Bangka Belitung kepada masyarakat luas.
Selain
menyimpan sejarah pertimahan, museum ini juga menyimpan sejarah lainnya dimana
beberapa kali dijadikan lokasi perundingan atau diplomasi antara pemimpin
republik yang diasingkan ke Bangka dengan Pemerintah Belanda dan UNCI (United
Nations Commissions for Indonesia) yang kemudian melahirkan Roem Royen
Statement pada 7 Mei 1949.
Mengunjungi
Museum Timah Indonesia akan menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang
kepingan sejarah Indonesia yang tidak pernah kita pelajari di masa sekolah.
Selain itu bentuk bangunan dan arsitekturya yang klasik akan membuat kita
seolah terdampar pada masa lalu.
Nah selain punya
perusahaan pertimahan, pada zaman dulu Pangkalpinang juga punya rumah sakit
yang pada tahun 1920 digunakan sebagai balai pengobatan bagi karyawan Banka Tin
Winning yakni Rumah Sakit Bakti Timah. Rumah Sakit Bakti Timah adalah salah
satu rumah sakit tertua di Bangka Belitung sampai kemudian mengalami
nasionalisasi pada tahun 1953.
Rumah sakit ini
sempat dikenal dengan nama Rumah Sakit Tambang Timah Bangka (TTB) sebelum
akhirnya dilakukan restrukturisasi dan dinamai dengan Rumah Sakit Bakti Timah.
Berlokasi di utara Rumah Residen, rumah sakit ini juga merekam salah satu jejak
sejarah pertimahan di Bangka Belitung.
Menurut
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.13/PW.007/MKP/2010, tanggal 8 Januari 2010)
dan dilindungi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Wisma
Timah I ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya Kota Pangkalpinang dengan
ciri khas bangunan berbentuk limas.
Pada Tahun 1922 rumah ini
difungsikan sebagai rumah dinas asisten residen Belanda ketika
pemerintahan kolonial Belanda menerapkan Bestuurhervorming Wet yang
pembagian tiga tingkat daerah otonom yaitu provinsi ordonansi (provinsi), regensche
ordonansi (kabupaten), dan staatsgmente (kota) ordonansi.
Pada masa pemerintahan residen Bangka, Starhamer HM (1931-1934 M), Kepulauan
Bangka Belitung ditetapkan menjadi Residentie en Orderherichgheiden dengan
pulau utama Bangka sebagai residen dan pulau Belitung beserta pulau-pulau kecil
lainnya sebagai onder afdelingen yang dipimpin oleh seorang
Asisten Residen.
Di bagian Timur gedung
Wisma Timah I terdapat landraad (kantor pengadilan), asistent
resident cantoor (kantor asisten residen) yang bersebelahan di bagian
Selatan dengan resident cantoor (kantor residen). Kantor ini
juga pernah dijadikan sebagai kantor sementara Gubernur Kepulauan Bangka
Belitung ketika provinsi ini baru dibentuk. Mengunjungi Timah Wisma I akan
mengajak kita untuk sedikit menyelami pemerintahan Hindia Belanda di Provinsi
Bangka Belitung yang terangkum pada setiap sudut bangunan Wisma Timah I.
Dari ketiga tempat
bersejarah ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa Pangkalpinang selain kota
wisata sejarah juga merupakan kota yang memiliki andil dalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
4. Rumah Residen
Rumah Residen atau Residenthius
te Pangkalpinang Op Bangka adalah rumah dengan arsitektur bergaya
Eropa dengan banyaknya pilar-pilar tinggi, pintu utama tinggi dan besar dan
dilengkapi dengan banyaknya jendela besar yang berfungsi sebagai sirkulasi
udara. Bangunan ini juga lengkap dengan bagunan inti dan paviliun. Daya
tarik yang paling cantik dari Rumah Residen ini bukan hanya dari bentuk dan
arsitektur bangunannya tetapi juga pada Meriam Kuno abad ke-19 yang terdapat di
depan rumah. Rumah Residen juga merekam banyak sejarah Kota Pangkalpinang.
Awalnya rumah ini berfungsi sebagai administratur pemerintahan sipil distrik
yang dikepalai oleh controlleur Pangkalpinang.
![]() |
Sumber Foto |
Rumah ini dikenal sebagai
Rumah Besar di kalangan masyarakat dikarenakan pilar-pilarnya yang besar dan
menjulang tinggi. Terletak di kawasan Civic Centre Pangkalpinang Rumah Residen
juga merupakan salah satu Bangunan Cagar Budaya Kota Pangkalpinang.
Taman Sari adalah fasilitas
pendukung yang terletak di sisi barat Rumah Residen rancangan Van Ben
Benzenhorn, berupa areal luas dengan kontur tanah naik turun dan dilengkapi
dengan berbagai fasilitas bermain dan tanaman. Pada lokasi taman juga dibangun
tugu berbentuk miniatur Monumen Nasional (Monas) yang diberi nama Tugu
Pergerakan Kemerdekaan yang diresmikan oleh Drs. Mohammad Hatta pada bulan
Agustus 1949. Tugu ini melambangkan perjuangan masyarakat Indonesia dalam
memperoleh kemerdekaan yang terangkum dalam prasasti "Surat Kuasa
kembalinya Ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta" yang tertulis di tugu.
Keberadaan Kerkhof atau
Pendem Belanda merupakan salah satu bukti dan peinggalan sejarah di Indonesia
dan berkaitan erat dengan kehidupan orang-orang asing yang pernah datang,
menetap dan berpulang di tanah Indonesia. Keberadaan timah di Bangka Belitung
telah menjadikan provinsi ini sebagai salah satu distrik tujuan eksplorasi
timah di Indonesia.
Kerkhof terletak di Jalan
Sekolah (sekarang Jl. Hormen Maddati) di Kel. Melintang, Kec. Rangkui. Terdapat
kurang lebih 100 nisan bertuliskan Bahasa Indonesia, Jepang dan Belanda.
Keunikan dari kawasan ini adalah merupakan pemakaman khas Belanda dengan makam
tertua atas nama Ny. Irene Mathilde Ehrencron yang wafat 10 Maret 1928.
7. Masjid Jamik
Masjid Jamik juga adalah Cagar
Budaya Kota Pangkalpinang. Didirikan pada tanggal 3 Syawal 1355 H atau
bertepatan dengan tanggal 18 Desember 1936 oleh penduduk Kampung Dalam dan
Kampung Tengah Tuatunu, masjid Jamik menjadi salah satu masjid terbesar di
Pangkalpinang. Dengan luas kurang lebih 900 m2, masjid ini dapat menampung
sekitar 2.000 jama'ah.
Keunikan dari masjid ini terletak
pada tangga depan yang dibangun dengan bentuk setengah lingkaran dan dihiasi
oleh lima tiang penyangga yang mengandung arti Rukun Islam, sedangkan antara
tembok depan dan bagian atapnya dihiasi oleh enam tiang penyangga kecil yang
berarti Rukun Iman. Keunikan ini bagi saya pribadi mengandung arti bahwa ibadah
setiap muslim didasarkan pada dua patokan utama yakni Rukun Islam dan Rukun
Iman.
8. Gereja GPIB Maranatha
Pangkalpinang
Gereja protestan ini pada
masa pemerintahan Residen J.E Edie (1925-1928 M) dan diberi nama Kerkeraad der Protestanche Gemeente
to Pangkalpinang. Dibangun
pada sisi timur Rumah Residen gereja ini memiliki ciri khas dengan menara jam
yang besar serta Pastori yang dibangun di sekeliling gereja. Jam yang terdapat
pada menara ini masih berfungsi, digerakkan oleh mesin jam otomatis produksi NEDERLANDSCHE FABRIEK VAN
TORENUURWERKEN B.E IJSBOUTS ASTEN dengan
nomor 3061 tahun ANNO 3061. Keberadaan gereja ini menjadi
bukti sejarah penyebaran Agama Kristen di Indonesia.
Wisata sejarah adalah salah satu
agenda yang dapat kita lakukan untuk mengisi waktu luang sekaligus menambah
wawasan dan pengetahuan. Selain jalan-jalan, kita akan membawa pulang potongan
kehidupan Indonesia di masa lalu lewat berkunjung ke tempat-tempat bersejarah
yang ada di kota ini.
haduh, lihat museumnya jadi kepengen ke sana, nanti pinjam pintu doraemonlah
BalasHapusIndonesia adalah bekas jajahan memang, jadi heritagenya kebanyakan bangunan bekas belanda. sama seperti di Medan
Bangett! Museumnya emang paling menggugah selera untuk belajar sejarah plus jalan-jalannya.
HapusWah iya? Di Medan apa aja yang menarik dan masih peninggalan zaman Belanda?
Jadi makin kangen Pangkalpinang. :D
BalasHapusOrang Pangkalpinang, ya? Aku juga ada temen yang tinggal di BaBel :))
Hapus