Berbicara soal cinta, kasih-mengasihi dan sayang
menyayangi, semua orang pasti memiliki perasaan ini bahkan anak kecil yang
belum mengerti maknanya. Setiap orang tanpa kecuali tentu saja memiliki
perasaan sayang yang tersimpan dalam hatinya bagi orang-orang terdekatnya.
Orangtua, kakak dan adik tercinta, kekasih pujaan hati, sahabat terbaik yang
selalu berusaha mendampingi dalam berbagai keadaan, siapa saja. Untuk saya
sendiri tentu saja orangtua selalu masuk dalam daftar teratas dua orang yang
amat penting dalam hidup saya, namun Vika Anindya Mokodompit, satu-satunya adik
yang saya miliki, yang usianya terpaut empat belas tahun dari saya, yang
kehadirannya tidak diduga-duga – bahkan mungkin hampir tidak diharapkan karena
berpikir bahwa Mama saya tidak akan punya anak lagi, adalah adik yang teramat
saya sayangi.
Ia lahir tanggal 16
April 2009 saat saya duduk di bangku kelas XII SMK dan tinggal jauh dari orangtua.
Jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh membuat saya harus tinggal dan
menetap di asrama sekolah selama kurang lebih tiga tahun lamanya, hanya bisa
pulang saat libur semester. Kini ia sudah duduk di bangku kelas II SD, sebentar
lagi genap berusia delapan tahun dengan bobot pipi yang terlalu chubby dan berat badan yang agak
mengkhawatirkan, empat puluh enam kilogram dan tinggi mencapai 140 cm! Terlalu
sehat untuk anak seusia dia, tapi melihat kelincahannya dalam mengikuti
berbagai kegiatan olahraga membuat kami sekeluarga tidak terlalu khawatir lagi.
Beberapa kali sudah sempat konsultasi ke dokter juga dan pihak dokter
mengatakan bahwa ia masih dalam masa pertumbuhan, kelak berat badannya akan
turun dan normal, meski saya yakin bahwa
nanti ia akan setinggi galah, mengalahkan tinggi badan saya.
Awal-awal tahu kalau
mama saya hamil, saya dilanda dilema anak tunggal gagal. Di satu sisi saya
senang karena akhirnya akan ada bayi di rumah tapi di sisi lain saya merasa
tidak rela. Bayangan akan kasih sayang yang akan terbagi dan perhatian yang
akan tercuri menghantui benak saya, membuat saya terkadang iri dengan kelucuan
dan kecerdasannya yang memang sudah terlihat sejak kecil. Orangtua saya pasti
akan lebih sayang padanya dibanding saya!
Namun ternyata pikiran
negatif saya itu tidak terbukti. Mama dan papa memang jauh lebih memperhatikan
Vika karena usianya yang masih kecil dan memang lebih butuh perhatian namun
sama sekali tidak mengurangi kadar dan porsi perhatian mereka terhadap saya.
Secara perlahan namun pasti, saya pun merasa bahwa rasa sayang saya terhadap Vika
pun bertambah dan menumpuk setiap harinya.
Adik
Kecil yang Besar
Karena porsi makan yang
tidak sedikit sejak bayi, Vika tumbuh menjadi anak yang ‘besar’. Gendut adalah
kata yang pas bersanding dengannya tapi karena ia tak suka dipanggil demikian
maka saya akan menggantinya dengan kata chubby.
Melihat perkembangan tubuhnya yang begitu sehat saya selalu merasa gemas
dan terhibur kapan pun melihatnya. Polahnya yang lucu, pipinya yang gembil
dengan mata sipit dan hidung agak pesek, celana pendeknya yang muat di pinggang
saya, keusilannya membongkar perelngkapan make
up saya membuat saya sering dibuat tertawa dan merindukannya.
Sahabat
yang Mengasyikkan untuk Bertukar Cerita
Selain chubby, Vika adalah anak kecil yang
cerewet dan selalu punya banyak cerita. Seperti kebiasaan yang Ayah saya
berikan terhadap saya – membacakan dongeng menjelang tidur, Vika juga mendapat
perlakuan yang sama. Dan ketika saya pulang, dongeng-dongeng tersebut akan
kembali ia ceritakan dengan berbagai ekspresi menggemaskan. Ia pun selalu punya
banyak cerita seru tentang sekolah, teman-teman dan aktivitas hariannya, hingga
keusilannya pada Papa dan nenek saya. Saya yang jauh di perantauan pun menjadi
sangat terhibur ketika bertukar cerita lewat telepon dengannya. Rasa sepi
karena hidup sendiri pun terobati, terasa seperti pulang walau sebenarnya cuma ngadem di kos-kosan.
Selalu
Meneladani Hal-hal Positif yang Saya Lakukan
Terlahir sebagai adik
yang punya jarak usia cukup jauh dari kakaknya, Vika – tanpa diminta, selalu menjadikan
saya sebagai kiblat dalam melakukan sesuatu. Tentu saja ia tetap menjadi
dirinya dengan segala keunikannya, dengan kesukaannya pada kucing, pada ayam
goreng dan citta-citanya menjadi perawat. Namun, kala melihat riwayat
pendidikan saya, ia pun ingin melakukan hal yang sama. Menjadi juara kelas,
ikut berbagai kegiatan sekolah yang menyenangkan, mendapat gelar sarjana di
usia muda, hingga menjadi kutu buku
seperti kakaknya. Hal ini membuat saya makin sayang. bangga terhadapnya, juga
berterima kasih karena telah menjadikan saya role model-nya.
Motivator
Paling Berpengaruh dalam Hidup Saya
Bagaimana caranya
meniru hal-hal yang saya lakukan, karena Vika, saya mendapati diri saya jadi
semakin bersemangat menjalani hari-hari saya dan berusaha sebaik mungkin
memberikan terbaik untuknya dan keluarga. Keinginan saya untuk menuai prestasi
tidak lagi hanya dipicu oleh ambisi pribadi tapi juga keinginan membuat adik
saya bangga, sehingga ia pun akan melakukan hal yang sama. Ia tak harus dan
tentu tak boleh meniru apa yang saya miliki dan apa yang saya capai, tapi
mendapati dirinya begitu bersemangat menempuh pendidikan, begitu berani
berkompetisi, menuai prestasi (karena melihat kakaknya) membuat saya jadi
semakin termotivasi untuk terus menjadi lebih baik lagi.
Mencurahkan kasih
sayang kita harus melakukannya dengan cara yang benar juga pada orang yang
tepat. Orangtua tentu saja menyayangi anak-anaknya, seorang kakak sudah pasti
sayang terhadap adiknya, suami wajiblah menyayangi istrinya, tapi bagi saya,
menyayangi Vika sudah menjadi salah satu hal terbaik dalam hidup saya.
Memilikinya sebagai adik saya adalah suatu anugerah dan menyayanginya juga
diganjar dengan perasaan yang sama, augerah pula.
Karena usianya yang
masih dalam tahap pertumbuhan dan menyerap ilmu pengetahuan maka hadiah yang
paling cocok untuknya adalah BUKU. Buku adalah jendela ilmu dan memberi peran
yang amat besar dan penting bagi anak-anak dan generasi penerus bangsa. Dengan
buku, kecerdasannya bisa semakin terasah, kegiatan belajarnya juga bisa semakin
tertunjang dan tentu saja wawasannya akan semakin bertambah.
Senangnya bisa sahabatan sama adik sendiri, apalagi sama-sama perempuan ya. Nanti pasti bisa diajakin sharing banyak, tuh :)
BalasHapusAnyway itu umur segitu badannya hampir segede aku. Atau akunya yang kecil ya :((
iya Mbak. Bersyukur banget dia lahir, selain bisa nemenin saya yang sejak kecil lebih sering main sama tetangga atau sendirian di rumah, dia juga bisa nemenin mama saya karena saya jarang pulang.
HapusHaha saya juga. Malah lebih berat dia dibanding saya. Beda 6 kg 😂
Aku juga punya adik yang Chubby mbak, wkwk asikk dan lucu... tapi mudah-mudaahan gedenya gak gitu teruss.. :D
BalasHapusHaha iya mas. Kasian kalo sampe gede tetep gendut. Ntar diledekkin temen2nya dan susah cari baju
HapusLucu adenya, namanya juga hampir sama kaya aku wkwkw
BalasHapusBtw,badannya gedean dia dibanding aku yg udh kelas 3 sma:(
Hehe makasiih.
Hapussama dek, saya juga kurus dibanding dia wkwk
Hehe makasiih.
Hapussama dek, saya juga kurus dibanding dia wkwk
MANTAPPPSSS ,
BalasHapus