Hai bintang…
Bagaimana
kabarmu? Lama tak bertamu. Kau masih ingat aku, kan? Si pecinta langit barat.
Aku kembali. Seperti biasa, untuk berbagi. Ada begitu banyak yang ingin aku
ceritakan padamu. Cerita yang belum pernah aku ceritakan sebelumnya. Tentang
dia… dia yang begitu jauh, dia yang tak terengkuh. Aku tidak tahu sejak kapan
ia menjadi dia yang aku dambakan, yang selalu aku ingat bahkan di tengah
kesibukanku yang padat. Aku hanya tahu, dia sudah berhasil melantunkan kembali
melodi indah itu di telingaku. Orang kedua yang (kembali) tanpa disadari telah
mengisahkan begitu banyak kisah indah di masa depan. Kisah di Negeri Angan.
Sebenarnya
ini semua kecerobohanku. Jika aku tidak sebegini pelupanya, sampai tidak sadar
telah meninggalkan kuntum kecil di salah satu pot bunga di rumahnya, mungkin
tidak akan begini jadinya. Kuntum kecil yang semakin hari tumbuh. Kuntum kecil
yang begitu mencintai hujan, kuntum kecil yang begitu suka berada berlama-lama
di bawah guyurannya. Hingga akhirnya ia jadi sebesar ini.
Kau
tahu, Bintang. Menyukainya bukan perkara mudah, begitu pula melupakannya.
Keduanya sama-sama menyakitkan. Sama-sama meninggalkan jejak di tiap sisi
bagian terdalam. Mengingat dan merindukannya apalagai. Keduanya selalu menoreh
sayatan kecil perih di sudut hati. Benar-benar buah simalakama. Tapi mau
bagaimana lagi? Mungkin harapku juga sudah terlalu tinggi. Aku sudah terlalu
asyik dengan dunia mimpi. Bahkan sampai tak sadar bahwa setiap malam kau selalu
ada di sisi, menungguku berkeluh. Aku
minta maaf, ya jika sudah mengacuhkanmu. Aku sama sekali tidak bermaksud
begitu. Aku harap kau mengerti.
Baiklah
Bintang. Aku tidak ingin menganggu ritual malam panjangmu. Jangan bosan
menungguku, selamat bermalam minggu.
Gorontalo,
25 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar