Judul
Buku: 2 Menantu
Penulis:
V. Lestari
Penerbit:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Desain
Sampul dan Isi: Iwan Mangopang
Terbit:
2011
Tebal
Buku: 560 hlmn; 18 cm
ISBN:
978-979-22-9855-0
Rating:
4/5
DUA pemuda
pengangguran berangan-angan bisa cepat kaya dengan mudah. Hanya bermodalkan
ketampanan dan kepintaran merayu , mereka mencari anak orang kaya untuk
diperistri.
Lalu dua gadis kakak-beradik
calon pewaris kekayaan berhasil dipikat. Keduanya tidak cantik, malah bisa
dibilang berwajah jelek, tapi fisik tidaklah penting. Ambisi kedua pemuda
tersebut terhambat ayah kedua gadis yang curiga bahwa hartalah motivasi mereka.
Meski menentang, persetujuan terpaksa diberikan sanga ayah karena kedua
putrinya mengancam akan bunuh diri.
Rencana jahat 2 menantu tersebut
tidak berhenti setelah meracuni sang ayah sebelum satu tahun usia pernikahan
mereka. Anggota keluarga yang lain harus disingkirkan agar harta keluarga bisa
dikuasai. Mereka lupa, bahwa mati hidup seseorang tidak berada di tangan
manusia…
****
Aditya Warman
adalah seorang programmer di salah
satu perusahaan IT. Sudah sejak lama ia terbaring koma di rumah sakit
dikarenakan suatu kecelakaan. Kepalanya dipukul dari belakang oleh seseorang
yang tidak diketahui siapa. Ketika dalam keadaan koma, Aditya mendapat
kesempatan untuk berjalan-jalan di rumah sakit sebgai roh. Ada banyak hal yang
ia temui, pun rahasia-rahasia yang ia ketahui dari hasil pegembaraannya sebagai
roh itu. Ia juga bertemu dengan Pak Simon, salah satu pemilik perusahaan
farmasi yang cukup bonafid. Laki-laki itu juga dalam keadaan koma, jadi ia juga
bertemu Aditya sebagai roh.
Ketika
mengembara di rumah sakit sebagai roh, secara tidak sengaja Simon mengetahui
bahwa ternyata selama ini ia diracuni oleh kedua menantunya – Dadang dan
Kurnia. Ternyata juga, selama ini dua pria itu tidak mencintai putrinya, Eva
dan Evi, melainkan hanya mengincar harta mereka saja. Tapi, kini, nyawanya
sudah di ujung tanduk. Sudah tidak ada harapan bahwa ia bisa melindungi
keluarganya.
Pertemuan Simon
dengan Aditya memberikan mereka kesempatn bagi keduanya untuk bertukar cerita.
Dan, lewat kesempatan itulah Simon meminta bantuan Aditya untuk menyampaikan
peringatan tentang Dadang dan Kurnia pada keluarganya.
Adit sadar, tapi
Simon meninggal. Adit punya janji yang harus ia tunaikan pada Simon. Tapi,
karena pertemuan mereka tidak terekam dalam memori otak, begitu sadar, Aditya
lupa pada janjinya.
****
Buku ini adalah
buku yang direkomendasikan sepupu saya yang juga seorang kutu buku. Katanya,
ini karya V. Lestari pertama yang ia baca, dan ia sukses jatuh cinta dan
langsung nge-fans sama sang penulis.
Oleh karenanya, saya memutuskan untuk ikut membacanya juga, walau sebenarnya
waktu baca blurb saya nggak begitu
tertarik.
Konflik di buku
ini disajikan di depan, di awal bab, jadi udah ketahuan duluan dan membuat
ceritanya jadi mudah tertebak. Karena di bab 1 Aditya sudah jadi roh, kemudian
disusul dengan pertemuannya dengan Simon yang sudah jadi roh juga, kalau
dikaitarkan dengan isi blurb-nya,
pembaca sudah bisa menebak bahwa Simon akan minta tolong pada Aditya. Dan, hal
itu akan menjadi misi utama Aditya begitu ia sadar dari koma. Yang jadi main idea buku ini gitulah. Yang nggak
diketahui, adalah bagaimana cara Aditya melindungi keluarga Simon, atau minimal
memberi mereka peringata sementara kenal saja nggak. Saya menebak bahwa proses
itu akan berlangsung lama dan dramatis, tapi ternyata nggak juga.
Proses
penyampaian warning oleh Aditya ke
keluarga Simon berlangsung lancar dan nyaris nggak ada halangan berarti. Tapi,
yang bikin buku ini agak tebal sih menurut saya pribadi karena tambahan
bumbu-bumbu cinta antara Aditya dan perawat pribadinya, Siska. Juga hal-hal
tentang rumah tangga Aditya juga pertemanannya dengan sesame programmer di perusahaan tempat ia
bekerja. Tapi tenang aja, bukunya nggak akan nyerempet isu pelakor yang lagi
viral saat ini kok ;).
Selain itu,
meski konfliknya udah jelas, bukan berarti bukunya langsung plek cuma bahas itu
aja. Di pertengahan, ada sedikit ‘sejarah’ keluarga Simon dan juga bagaimana
ceritanya Eva dan Evi bisa menikah dengan Dadang dan Kurnia meski tanpa
persetujuan Ayahnya. Jadi, kofliknya nggak bolong dan jadi jelas dengan
lengkap. Hanya saja, jujur, saya kurang menikmati gaya penulisannya. Bukan
karena jelek, tapi mungkin memang nggak sesuai sama selera saya.
Di awal sampai
pertengahan, Dadang dan Kurnia belum beraksi jelas. Tapi, kemudian setelahnya
pergerakan keduanya sudah mulai dimunculkan dan itu menjadi bagian serunya.
Saya lebih suka bab dimana ada interaksi kedua menantu itu dengan
istri-istrinya disbanding yang lain sebenarnya. Karena lebih menuju konflik
yang ada dan rasanya lebih seru. Pada beberapa bagian, saya kerap didera rasa
bosan. Tapi, ketika istri Simon sudah mulai waspada, ceritanya jadi seru dan
bikin penasaran.
Dan, endingnya
sangat memuaskan. Saya suka banget sama penyelesaian konfliknya, juga
keterkaitan antara Kurnia dan Frans. Puas banget deh. Lebih dari itu, buku ini
mengandung pesan moral yang amat baik. Bahwa keserakahan nggak akan memberikan
kita hasil yang memuaskan. Ia hanya akan semakin menjerumuskan kita dan membuat
kita membuat kita mendapatkan balasan yang lebih menyakitkan.
x
makasih reviewnya, akan aku beli termasuk suka dg tulisannya mbak lestari ini
BalasHapusmantap riviewnya sist
BalasHapusmampiryah www.satumanado.com
Kebanyakan buku2 v lestari memang begitu alurnya. Solusi masalahnya sih gampang, tp ceritanya dibikin melebar dulu :D. Beberapa bukunya aku suka kok. Tp blm banyak baca buku dia. Aku lbh suka s mara gd soalnya :D.
BalasHapus