Sumber Foto: Koleksi Pribadi |
Judul Buku: A List of
Cages
Penulis: Robin Roe
Penerbit: Penerbit
Spring
Tahun Terbit: 2017
Penerjemah: Yudith
Listiandri
Penyunting: RoseMia
Penyelaras Akasara:
Mery Riansyah
Ilustrasi dan Sampul:
Junweise
Penata Sampul:
@teguhra
Cetakan Pertama:
Januari 2018
Tebal Buku: 372 hlmn;
20 cm
ISBN:
978-602-6682-12-3
Adam begitu gembira
bisa bertemu lagi dengan Julian saat bekerja sebagai pendamping psikolog
sekolah. Meskipun duduk diam bukanlah hal yang mudah bagi ADHD-nya, tapi Adam
tidak bisa mengeluh.
Awalnya, Julian
adalah anak yang seperti yang Adam kenal lima tahun lalu. Julian masih anak
yang ramah, masih suka menulis cerita, dan menyukai buku cerita bergambar untuk
anak-anak. Namun kemudian, Adam menyadari Julian menyembunyikan sesuatu.
Hanya saja, meskipun
Adam berniat untuk membantu, rahasia itu bisa saja membuat mereka kehilangan
nyawa….
****
Sebelum mengenal Adam, Julian
adalah anak yang bahagia. Keterbatasan yang dimilikinya tak pernah sedikit pun
menyurutkan kasih sayang kedua orangtuanya. Ayah Julian sangat sayang dan suka
menepuk-nepuk kepalanya sebelum tidur, Ibu Julian adalah seorang penyanyi
dengan suara paling indah bagi Julian. Namun, kepergian keduanya yang begitu
mendadak membuat Julian terpukul. Ia tidak menyangka, dua orang yang begitu
menyayanginya bisa meninggalkannya, tanpa siapa-siapa. Hidup Julian berubah drastis.
Ia jadi pendiam dan tidak bergairah melakukan hal apapun termasuk hal yang ia
sukai.
Beruntung, kehadiran Adam dan
Ibunya yang baik hati kembali menghidupkan
Julian. Meski masih dengan rindu dan luka menganga setelah kehilangan,
secara perlahan Julian kembali menemukan dunianya. Perlahan ia kembali ceria,
dan mulai kembali menulis buku cerita. Adam berperan sebagai kakak laki-laki
yang amat penyanyang, Ibu Adam adalah ibu angkat yang begitu perhatian. Namun
malang, seolah tak habis penderitaan karena kematian orangtuanya, keluarga baru
Julian kembali direnggut dari hidupnya. Kemunculan Russel yang mengaku sebagai
paman Julian, sekaligus sebagai orang yang paling berhak mengasuhnya telah
mengubah segalanya. Russel membawa Julian pergi dari rumah Adam, mengurungnya
di sebuah rumah besar mewah hampir tak berpenghuni dengan sederet peraturan
tidak normal juga perlakuan tidak normal lainnya.
Julian harus kembali melalui hari
penuh mimpi buruk. Mimpi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Cambukan,
makian, dan siksaan demi siksaan harus ia pendam demi mempertahankan hidupnya.
Julian kembali menjadi anak yang tidak bersemangat, sulit mengikuti pelajaran,
kesulitan dalam memahami banyak hal, termasuk dirinya sendiri. Julian kehilangan
dirinya.
****
Sejak BAB pertama, sebagai
pembaca, saya sudah menduga bahwa buku ini akan mengarahkan kita kepada isu parenting, yang sudah banyak
diperbincangkan dalam buku lainnya, pun dalam beberapa contoh kasus yang
melibatkan anak di bawah umur di berbagai media. Hanya saja, ternyata, menonton
berita yang sepintas dikabarkan televisi, atau mendengarkan cerita yang beredar
di antara orang-orang, tidak sama dengan membaca dan membayangkannya.
Karena, selain sisi parenting, buku ini juga memuat cerita
tentang bagaimana kondisi lingkungan, pola asuh, dan kondisi psikologis seorang
anak dapat mempengaruhi hidup dan pertumbuhannya. Julian diceritakan sebagai
sosok yang memiliki kekurangan dalam sisi akademik dibandingkan anak normal
pada umumnya, yang diperparah dengan kesalahan pola asuh, yang berakibat pada
Julian yang tidak mengenali dirinya, dan tidak menganggap berarti dirinya
sendiri. Orang-orang yang normal adalah hal asing baginya. Bercanda dengan
teman sebaya, merupakan hal aneh. Memahami pelajaran yang seharusnya mudah
menjadi hal tersulit untuk ia lakukan.
Selain pola asuh, unsur
kekerasan, yang juga diikuti oleh kekerasan seksual yang dialaminya membuat ia
berubah menjadi sosok anak yang secara fisik pertumbuhannya abnormal, secara
psikologis pun demikian.
Buku ini menjadi semacam warning bagi para pembaca, khususnya
orangtua/wali agar senantiasa memperhatikan hal sekecil apapun perubahan yang
terjadi pada anak-anak atau lingkungan sekitarnya. Ketika ada anak usia remaja
pada umumnya senang ber-selfie ria, mulai
merasakan cinta monyet pada kakak kelasnya, suka jalan-jalan mencari tempat
yang bagus untuk update feed di Instagram,
menekuri hobi seperti membaca buku atau berolahraga, dan ada anak lain yang
tidak suka melakukan hal-hal di atas, lebih nyaman jika berjalan sendirian,
tidak suka ada di kerumunan, kesulitan menemukan teman kelompok belajar di
kelasnya – bukan berarti ia mengalami masalah pertumbuhan atau masalah
psikologis, tapi bukan berarti juga semuanya baik-baik saja. Perlu ada
perhatian lebih, perlu ada pendekatan berbeda, agar kita bisa benar-benar
menemukan dan memastikan bahwa segalanya betul-betul baik-baik saja seperti
kelihatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar