Sumber Gambar |
“Aku
prihatin padamu!” Sukasrana menatap adiknya iba.
“Teruslah
dengan pendapatmu, Mas. Aku akan berpura-pura tuli.”
“Kenapa
tidak kau buktikan bahwa perempuan artis itu adalah benar kekasihmu?!”
Gerah
dengan kesangsian Suksrana, keesokan harinya mereka berangkat ke Maespati,
hendak menemui Citra. Berbekal alamat yang ditinggalkan, keduanya menumpang
mobil paklik Rahwana dan dua belas jam kemudian
tiba di depan salah satu rumah mewah.
Halaman
rumah itu ramai. Banyak orang berlalu lalang dengan berbagai macam jenis
pakaian kemewahan. Sumantri memindai dan mendapati Citrawatinya berbalut gaun
indah, berbincang dan tertawa bersama pria yang dikenalnya sebagai aktor
terkenal Arjuna dan beberapa pria lainnya. Sejenak jantungnya berdegup, cepat
dan gugup, tapi ia coba melangkah. Dengan tertatih, Sumantri menghampiri.
“Citrawati…”
Panggilnya lembut.
Percakapan
mereka lantas terhenti, mata beralih pada Sumantri. Citra pun demikian, namun
ekspresinya tidak dapat menyembunyikan kekagetan, tapi beberapa detik kemudian
ia besuara…
“Ah
Sumantri, apa yang kau lakukan disini? Cepat ke dapur dan bantu Darmawisesa
menyiapkan makanan!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar