Sumber Gambar |
Beberapa
menit kemudian, ia bergabung di meja makan di mana sudah ada Ibu, Mbak Tika dan
Tina – adiknya yang masih duduk di bangku SMA yang menuggunya.
Makan
siang hari itu berlangsung menyenangkan. Dengan bersemangat Tina menceritakan
persiapan acara Habis Gelap Terbitlah Terang yang akan diselenggarakan
sekolahnya minggu depan. “Sekolah jadi kelihatan lebih hidup dengan berbagai
macam kesibukan. Temen-temen Tika sibuk nyiapin kebaya, belajar dan latihan
buat lomba. Kakak-kakak OSIS juga pada sibuk nyiapin acara mulai dari ngirim
undangan ke sekolah lain sampe nyiapin panggung buat pemilihan “Putri Sekolah”.
“Pemilihan
Putri Sekolah? Kayak Putri Kampus atau Miss Indonesia gitu, ya?” Tanya Mbak
Tika.
“Iya
Mbak.” Jawab Tina. “Coba kalau Mbak Tini ikut pasti kepilih.”
“Mbak
Tini-mu ini sama sekali nggak cocok ikut ajang begituan. Pake high heel aja nggak bisa apalagi naik
panggung. Isi kepalanya aja yang lumayan.” Mbak Tika berkomentar sekaligus
menyindir.
Tini
hanya berdehem pelan sambil mengeluarkan sebuah map dari ranselnya, “aku sih
nggak apa-apa Mbak nggak naik panggung, dapat beasiswa S2 di Oxford aja udah
berasa jadi Putri Sejati.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar