Judul Buku: Cinta Brontosaurus
Penulis: Raditya Dika
Penerbit: Gagas Media
Penyunting: Windy Ariestanty
Desain Sampul: Dwi Anissa Anindhika
Penata Letak: Wahyu Suwarni
Terbit: 2006
Tebal Buku: viii + 152 hlmn; 11.5 x 19 cm
Kategori: Kumpulan Cerita
ISBN: 979-780-059-8
Rating: 3/5
...
Ada satu adegan yang mengharuskan gue berantem ama orang di depan orang banyak. Gue akting dengan segenap jiwa raga.
Dengan menyeimbangkan antara emosi dan karakter.
Dengan masuk ke jiwa sang tokoh.
Dengan total.
Layaknya Tom Krus minum Irex. Uoh!
Setelah syuting selesai, gue tanya ke Mister, salah satu temen yang ada di lokasi syuting.
'Gimana tadi acting gue pas berantem, keren, ya?' tanya gue pede.
'Kayak babi lepas,' jawab dia santai.
****
Sebenarnya sih popularitas Raditya Dika menurut gue (karena bukunya pakai bahasa gue-elo jadi menyesuaikan) membuat beliau nggak membutuhkan lagi yang namanya review buku untuk membuat orang teratarik buat baca, mungkin nih kalo ada yang kasih dua bintang buat buku barunya, orang-orang yang mau baca malah semakin nambah. Bukan apa-apa, penasaran aja kenapa bisa dikasih rating rendah. Saking populernya Bang Dika, nih.
Jujur gue shock waktu tahu buku ini terbit tahun 2006. Berarti sudah lama sekali, sudah sejak gue SMP kelas VII, hal ini membuktikan bahwa Raditya Dika sebenarnya sudah sangat tua tapi entah kenapa hingga kini masih bergaya layaknya anak muda. Ini gue mau bikin review atau menghina penulisnya sih sebenernya wkwk
Walaupun baru nulis review-nya sekarang, sebenernya seinget gue, gue udah pernah baca buku ini waktu gue masih zaman kuliah empat tahun lalu (walaupun udah pakai toga gue masih muda dan unyu kok). Waktu itu bacanya hasil pinjeman. Dan berhubung beberapa waktu lalu gue dihadiahkan buku ini oleh seorang teman dari perpustakaan pribadinya, maka gue memutuskan untuk membaca ulang. Hitung-hitung buat hiburan dan bahan tertawaan, Hidupnya Bang Dika terlalu mengenaskan lucunya untuk dilewatkan. Walaupun review-nya sudah pasti akan out of date, gue bakal tetap update karena seterkenal-terkenalnya Raditya Dika, pasti masih ada orang yang nggak mengenalnya. Tetep kalah pamor sama Aliando yang gantengnya bikin mimisan itu.
Buku ini berisi kumpulan cerita yang didasarkan pada kehidupan nyata. Tentu aja dengan tambahan bumbu komedi di dalamnya. Nggak tahu apakah ada tambahan unsur fiksinya atau tidak, tapi yang jelas isi bukunya sangat menghibur dan juga memberikan pencerahan pada beberapa bagian. Seperti buku Bang Dika yang sudah pernah gue baca sebelumnya, kisah-kisah hidupnya yang dituliskan dalam beberapa bab buku sebagian besar ditutup dengan kata bijak atau bahan renungan. Hal ini membuat gue berpikir bahwa Raditya Dika adalah orang yang selalu menagmbil pelajaran pada setiap hal yang dialaminya. Selalu berkaca pada masa lalu yang sudah pernah dilewatinya. Memalukan ataupun menyedihkan. Bikin gue bertanya-tanya juga apakah hidupnya memang selalu penuh kisah imut imut menggemaskan seperti yang tertulis dalam buku-bukunya?
Gaya penulisan dalam buku ini seperti penulisan diary. Menggunakan bahasa yang santai, kekinian dan mudah dimengerti. Hal yang bikin buku ini asik dibaca untuk menghilangkan penat. Bukunya bisa membuat orang tertewa meski dalam keadaan terlilit hutang pada rentenir sekalipun. Perumpamaan yang diguakan juga buat gue sangat kreatif. Nggak pernah gue kepikiran akan muncul perumpamaan asing dan aneh juga bisa bikin ngakak.
Ada beberapa bab dalam buku ini yang menjadi favorit gue di antaranya:
Cinta Brontosaurus
Berjudul sama dengan judul bukunya. Memberikan pesan yang mendalam tentang makna cinta dan kepolosannya yang terdapat pada anak kecil, serta bagaimana wujudnya pada dunia orang dewasa. Cinta yang primitif kalau kata penulisnya.
Di Balik Jendela
Menurut gue ini bisa disebut sebagai bab yang mengajarkan kita untuk memasang deadline dalam berduka karena cinta. Patah hati boleh, tapi nggak boleh lama-lama. Seperti Raditya Dika yang memutuskan untuk melupakan mantannya sesaat setelah ia turun dari bis.
Venus
Bab ini lebih pada menceritakan betapa ngenesnya ditolak cinta karena perbedaan strata. Tapi pelajarannya adalah bagaimana tentang cara berlapang dada, menerima kenyataan bahwa orang yang kita suka itu sah-sah aja nggak suka balik sama kita.
Kantong Ajaib
Ini juga adalah bab yang paling gue sukai. Quote penutupnya jleb abis dan jujur aja sempat membuat gue memikirkan hubungan gue dengan seseorang yang sekarang lagi chat haha hihi sama gue, tapi untungnya bab ini nggak sampai membuat gue mengambil keputusan yang sama seperti Cyn.
Di saat ini, gue menyadari, mungkin Cyn butuh Doraemon, untuk membantu Cyn membentuk cowok yang dia mau, lengkap dengan kacamata frameless dan jaket yang selalu cowok itu pakai. Di saat ini, gue juga menyadari, mungkin gue butuh Doraemon, untuk mencoba mengerti kenapa orang tidak bisa mencintai seseorang for what he is, not for what he should be.
Bab Satu sampai Seratus juga masuk jajaran favorit karena sukses bikin gue ngakak dengan kebegoan di dalamnya, plus bab Banana juga. Jujur gue penasaran sama si Abu yang hiperaktif itu. Penasaran gimana bandelnya dia dan swear dia berasa imut banget waktu mohon ke Dika buat nggak ngaduin ke nyokapnya masalah barang yang dia pecahin.
Cinta Kucing adalah satu-satunya bab yang bikin gue bersedih. Pada bab ini gue mendapat pelajaran bahwa bagaimana penampilan bisa mempengaruhi kasih sayang yang diberikan. Gue sedih waktu Pupus dibuang. Keinget kucing sepupu gue namanya Sinchi yang pinter banget, kucing atasan gue namanya Valak yang iseng banget dan si Cemong, kucing pacar gue yang gendut, bulet dan nggak bisa langsing. Sungguh bang Dika tega buang Pupus hanya karena tergoda oleh kepersiaan Neko.
Secara keseluruhan bukunya seru walaupun pada beberapa bagian gue temukan typo. Juga pada bab X + Mak Comblang = Y, penggunaan kata gue tiba-tiba jadi gua lalu jadi gue lagi. Emang sih artinya sama, lagian ga beda jauh tapi berasa kurang enak aja bacanya kalo penyebutan diri sendiri berubah gitu padahal orangnya sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar