Dinding-dinding itu kokoh. Tinggi
seperti tak berujung. Kupandang ke atas, yang ada hanya gelap. Di depan pun
gelap. Satu-satunya cahaya hanya obor kecil yang kini kugenggam. Seperti
labirin. Orang-orang bilang, jangan menjauh dari dinding jika tidak ingin tersesat.
Kuraba sisi kananku, tidak ada apa-apa. Sementara sisi kiri, yang
menyentuh kulit hanya angin. Gawat. Sepertinya aku tidak mempraktikkan nasehat itu dengan benar. Panik. Takut. Seketika
aku berlari namun ada suara yang mengikuti. “Mati...mati...,” katanya. Aku
diburu. Aku akan dibunuh!
Di salah satu sudut
Rumah Sakit Jiwa, Laila menjerit. Ia tersesat dan akan mati di tangan arwah
wanita yang ditebasnya karena cemburu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar