“Aku ingin menanyakan
sesuatu padamu.” Ucapmu tiba-tiba.
“Apa
itu? Tanyakanlah sesukamu.” Jawabku.
“Menurutmu…
apa yang mati namun tetap akan selalu hidup, dan yang hidup namun dia mati?”
“Pertanyaan
macam apa itu? Aku sama sekali tidak mengerti maksudmu. Apa kau sedang
mengujiku?”
“Tidak.
Tidak sama sekali.” Jawabmu sambil tertawa kecil tanpa suara.
“Lalu,
apa maksudmu dengan pertanyaan ‘aneh’ itu? Kau tidak sedang merencanakan
sesuatu, kan? Lagipula apa maksud tawamu barusan? Kau mengejekku?” tanyaku
dengan nada menuduh.
Tidak
ada jawaban.
Aku
menunggu beberapa saat. Namun kau diam. Bisu. Lidahmu seolah kelu untuk
berucap. Aku masih menunggu. Kali ini sambil menatapmu.
Masih
tidak ada jawaban.
Kau
hanya menatap lurus tanpa fokus. Tatapanmu hampa. Tanpa arah. Saat itu, kau
terasa asing bagiku. Sosok yang tak ku kenal, yang sama sekali belum pernah ku
temui.
Ku
alihkan pandanganku. Tiba-tiba jantungku berdegup cepat, lebih cepat, dan
semakin cepat dari sebelumnya. Tubuhku gemetaran. Aku ketakutan. Ada apa ini?
Ada apa denganku? Apa yang aku takutkan?
Namun
sesaat kemudian kau tersenyum dan berkata tanpa menatapku “Boleh aku minta
sesuatu darimu?”
Dalam
hati aku jengkel. “Apa ini? Apa maksudmu sebenarnya? Kau sedang
mempermainkanku?” tanyaku dengan nada kesal.
Kau
menatapku tanpa suara. Matamu mengisyaratkan sesuatu. Sesuatu yang aku tahu
pasti apa itu. Jawaban. Matamu meminta jawaban. Aku menyerah. “Baiklah.
Mintalah.”
“Suatu
saat nanti, bisakah aku menjadi ‘sesuatu’ seperti itu bagimu?” Kau menyebutkan
permintaanmu yang semakin aneh dan terasa ganjil di telingaku.
“Apa
maksudmu?” Tanyaku. “Kau jangan membuatku bingung.”
“Baiklah!
Lupakan.” Jawabmu, sambil
tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar