Catatan harian yang semakin renta dan tua

Sabtu, 28 Mei 2016

,
Yeayyy... Alhamdulillah bisa kembali lagi dengan review. Kemarin sempat kebingungan setelah postingan perdana berlabel Book Review, apakah label itu akan bertahan pada angka satu postingan. Ternyata nggak. Bulan Mei tahun ini benar-benar berkah. Saya bisa punya cukup banyak bahan bacaan yang akan membantu saya mengasah review's skill saya yang masih abal-abal ini. 

Kali ini saya akan membahas salah satu Novel terbitan Bentang Pustaka yang sangat keren dan juga merupakan jenis novel yang baru pertama kali saya punyai dan baca: Novel Grafis. Jujur, agak ragu buat me-review-nya karena Novel ini masuk kategori tidak biasa dan belum biasa saya baca but I decided to give it a try. Btw, saya dapat novelnya dari ikutan lomba #fanfiksiserattripama dalam bentuk cerita mini dari Bentang Pustaka sendiri. Ceritanya ada disini *malah promosi wkwk
Judul Buku: Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati
Karya: Sujiwo Tejo
Penyunting: Maulida Ulil
Perancang Sampul: Febrian Satria Bayuargo
Pemeriksa Aksara: Akhmad Zulkarnain
Penata Letak & Penyelaras Akhir: Agung S.W., refresh.atelier, & Nuruzzaman
Penerbit: PT. Bentang Pustaka
Jenis Buku: Novel Grafis
Tahun Terbit: 2016
Cetakan Pertama: Februari 2016
ISBN: 978-602-291-142-5
Tebal Buku: viii + 188 hlmn; 24 cm

****

Tak Tok Tak Tok

Kereta kuda yang dikusiri Sumantri memboyong Dewi Citrawati, calon permaisuri Bosnya, ke Negeri Maespati. Konon, jalan ke Maespati memang suka tak terduga. Di tengah jalan, Sumantri melihat mawar jatuh. Hatinya kasmaran. Siapa yang peduli mawar itu berwarna hitam atau merah, begitu pula jika putih..., kecuali perasaannya tidak bekerja. Dan seperti umumya orang yang kasmaran, Sumantri buta jalan. Menurut nalurinya, setiap jalan yang impossible, itulah jalan ke pernikahan.

O, Citrawati ketakutan. Kuda-kuda itu belum pernah dilatih melewati jalan yang tak masuk akal!
Tapi, bagi Sumantri, jalan yang tak masuk akal adalah jalan yang indah.
Jalan yang indah adalah jalan menuju pernikahan.
Dan jalan menuju pernikahan itu ...
tidak ada latihannya.
La la la ...

****

Berkisah tentang Sumantri dan Sukasrana dari Dusun Agra Sekar, dua putra Resi Suwandagni dari istrinya yang seorang Bidadari dari Khayangan Maniloka: Dewi Darini. Suatu hari, terdengar suara-suara dari langit. Suara para raksasa! Sumantri ketakutan! Ia pun berlari sambil membawa adiknya Sukasrana - yang selalu tertidur, untuk bersembunyi. Mereka lari jauh sekali, hingga Sumantri kelelahan, mereka pun bersembunyi di hutan. Akan tetapi, meski sudah jauh berlari, suara-suara itu masih tetap bisa mengejar. Para raksasa bermunculan satu persatu. Sumantri, yang begitu mencintai Sukasrana akhirnya memutuskan untuk melawan para raksasa. Dan, alangkah terkejutnya Sumantri bahwa ia bisa mengalahkan para raksasa itu.

Kemenangan itu menghantui pikirannya. Hari berlalu, dan pikiran itu masih tetap menghantuinya. Ia pun menemui Resi Suwandagni. Sang Ayah memerintahnya untuk pergi ke atas langit.

Di atas langit ada Alengka. Sumantri pergi diantar oleh tukang perahu, tapi mereka tidak berhenti disitu. Mereka terus menuju ke atas langit Alengka, ke Maespati yang dipimpin oleh Prabu Arjuna Sasrabahu. Meski, perjalanan ke Maespati selalu tak terduga, Sumantri bisa masuk dengan mulus tanpa hambatan dikarenakan oleh Aji Sepi Angin atau Aji Panglimunan Resi Suwandagni bekerja sangat efektif. Tapi, belum sempat Sumantri melewati pintu terakhir untuk masuk Maespati, sudah ada titah dari Yang Mulia Prabu Arjuna Sasrabahu: Pergi ke Magada dan rebut Dewi Citrawati untuk jadi permaisuri di Maespati.

Sumantri menuruti titah Sang Prabu. Ia berangkat ke Maespati untuk merebut Dewi Citrawati. Tapi ternyata, disana sudah ada banyak penantang yang kesemuanya tidak bisa mengalahkan Prabu Darma Wisesa hingga Gong tanda Sayembara berakhir ditabuh oleh Citranggada, adik Dewi Citrawati. Tetapi kemudian, Sumantri muncul. Menantang Prabu Darma Wisesa yang dituruti dengan terpaksa karena Dewi Citrawati tidak mau menikah dengan Prabu Darma Wisesa jika tantangan Sumantri tidak diterima.

Perang tak terelakkan. Berkali-kali Sumantri kewalahan. Namun akhirnya, ia memenangkan peperangan. Diboyongnya Dewi Citrawati menuju Maespati. Tapi tidak ada yang menduga bahwa perjalanan itu akan memicu peperangan selanjutnya.

****

Menilik dari cover-nya sudah dapat ditebak bahwa Serat Tripama adalah sebuah cerita wayang yang mengandung unsur komedi. Laki-laki dan perempuan yang boncengan di motor bebek diikuti kurcaci di belakangnya, berwajah tokoh wayang namun berpakaian modern seolah mengatakan bahwa ini adalah cerita wayang yang kekinian. Memiliki cita rasa tahun 2016. Suasana malam, awan dan bintang-bintang membuat buku ini sepintas terlihat seperti buku dongeng. Begitu pun untuk sinopsis. Saat membacanya, yang terbayang di pikiran saya adalah seseorang sedang menceritakan suatu dongeng cinta di depan saya dengan ekspresi lucu dan berubah-ubah. Dan dari sini, sudah terasa letak seni bercerita dari novel ini.

Cerita yang diangkat adalah cerita dalam seni perwayangan. Pertunjukan wayang adalah pertunjukan boneka tersohor di Indonesia. Warisan budaya, maha karya dalam seni bertutur dan bercerita terbaik yang pernah ada.  Jujur saja, saya belum pernah membaca novel yang seperti ini sebelumnya atau menonton pertunjukan wayang secara langsung baik wayang orang maupun wayang kulit. Tapi, membaca Serat Tripama seolah sudah mewakilkan. Saya sangat menyukai cara penulis menceritakan rentetan kejadian dan cara para tokoh berinteraksi dan berbicara satu sama lain. Serat Tripama telah sukses memunculkan rasa penasaran saya terhadap pertunjukan wayang. Jadi pengen nonton langsuuuunggg

Gaya bertutur yang digunakan juga sangat menyenangkan. Tidak terkesan monoton dan membosankan, apalagi bikin mengantuk. Penggunaan beberapa istilah modern membuat Serat Tripama tidak terasa kaku, cenderung unik dan berbeda Sepanjang membaca tidak henti-hentinya saya tertawa.  Namun, meski demikian, dari balik guyonan-guyonan yang ada, selalu ada quote menarik di dalamnya. Buku ini tidak melulu soal komedi. Berikut beberapa kutipan favorit saya:


"Bersama waktu, pingsan ada selesainya. Bersama waktu, capek juga ada selesainya."

"Hidup ini komedi. Semua akan lucu pada akhirnya."

"Apa kita kaum perempuan ini cuma diharuskan suka kepada laki-laki yang juara? Yang darahnya tak perah muncrat. Apa lelaki yang jadi juara selalu baik kepada istirnya? Apa lelaki yang giginya rompal pasti jelek kalau jadi suami?"

"Perikahan itu katanya kebahagiaan. Kebahagiaan pasti dicapai melalui jalan yang tidak masuk akal."

Selanjutnya, karena ini novel grafis atau novel dalam bentuk komik, untuk art-nya saya suka. Meski ada beberapa gambar yang membuat saya harus memicingkan mata begitu membacanya demi mencari arti dan memahami apa yang diceritakan, art dalam novel ini memiliki ciri khas tersendiri. Berbeda jauh dengan art yang terdapat pada manga-manga Jepang. Bagi saya, art pada manga Jepang seolah selalu tampil cantik, imut, indah sedangkan pada Serat Tripama kita tidak menemukan kesan demikian. Yang dibawa oleh novel ini adalah cerita. Gambarnya bercerita meski kadang hanya terlihat berupa sketsa kasar. Eh bukan bermaksud menjelekkan manga Jepang lho, ya. Saya juga salah satu spesies otaku dan penyuka manga apalagi manga shoujou hihi 

Poin paling plus dari novel ini adalah soundtracksnya. Lagu-lagu yang ada pada novel ini juga bukan jenis lagu instrumental yang sering kita dengarkan untuk menemani kita membaca. Lagunya berlirik, bernada, bercerita dan diiringi oleh alat musik modern. Setiap lagu juga mewakilkan beberapa peristiwa penting yang merupakan inti dari cerita Serat Tripama.Saya nggak akan menyebutkan soundtracksnya disini. Nanti bisa cari tahu langsung dari novelnya :D

Saat membaca cerita ini, saya benar-benar memfokuskan perhatian saya pada setiap dialog maupun gambar untuk lebih memahami cerita dan saya meneukan ada satu kesalahan penulisan pada halaman 138. Nama Sang Prabu Arjuna Sasrabahu tercetak menjadi Prabu Arjuna Sasrobahu. Selebihnya, saya sangat suka ceritanya. Rating 4/5 :))







Kamis, 26 Mei 2016

,
"Let's try 'something old but new'! Kalimat inilah yang pertama kali terlintas dalam benak saya ketika berencana untuk menulis review sebuah novel. Pengalaman dan kemampuan menulis saya masih sangat jauh di bawah dan sejak dulu review adalah jenis tulisan yang selalu saya hindari karena merasa tidak mampu menggambarkan isi buku yang telah saya baca. Tapi, kali ini saya memberanikan dan menantang diri saya sendiri dan untuk review pertama, Rencana Besar karya Tsugaeda menjadi pilhan saya.

Teorinya, orang akan mau gerak karena ada iming-iming sesuatu yang baik. Nyatanya tidak begitu, orang lebih sering memilih bertindak atau tidak bertindak karena tidak mau kena hukum - Reza, hlm 265

Judul Buku: Rencana Besar
Penulis: Tsugaeda
Penyunting: Pratiwi Utami
Perancang Sampul: Upiet
Pemeriksa Aksara: Yusnida & Dewi Surai
Penata Aksara: Gabriel
Kategori Buku: Novel
Penerbit: PT. Bentang Pustaka
Tahun Terbit: 2013
Cetakan Pertama: Agustus 2013
ISBN: 978-602-7888-65-4
Tebal Buku: vi + 378 hlm; 20,5 cm

****

RIFAD AKBAR
Pemimpin Serikat Pekerja yang sangat militan dalam memperjuangkan kesejahteraan rekan-rekannya.

AMANDA SUSENO
Pegawai berprestasi yang mendapat kepercayaan berlebih dari pihak manajemen.

REZA RAMADITYA
Pegawai cerdas yang tiba-tiba mengalami demotivasi kerja tanpa alasan jelas.

Lenyapnya uang 17 miliar rupiah dari pembukuan Universal Bank of Indonesia menyeret tiga nama itu ke dalam daftar tersangka. Seorang penghancur, seorang pembangun, dan seorang pemikir dengan motifnya masing-masing. Penyelidikan serius dilakukan dari balik selubung demi melindungi reputasi UBI.

Akan tetapi, bagaimana jika kasus tersebut hanyalah awal dari sebuah skenario besar? Keping domino pertama yang sengaja dijatuhkan seseorang untuk menciptakan serangkaian kejadian. Tak terelakkan, keping demi keping berjatuhan, mengusik sebuah sistem yang mapan, tetapi usang dan penuh kebobrokan ....

****

Novel ini bercerita tentang penyeledikian atas raibnya dana sebesar Rp 17 miliar dari laporan keuangan Universal Bank of Indonesia oleh Makarim Ghanim - pakar manajemen sumber daya atas permintaan oleh Wakil Direktur Utama Universal Bank of Indonesia, Agung Suditama. UBI sebagai penguasa pasar di beberapa segmen reputasinya harus terjaga dan oleh karenanya Agung meminta agar penyelidikan ini dilakukan secara diam-diam. Makarim awalnya ragu tapi akhirnya ia memutuskan untuk menerima tawaran tersebut dengan syarat diberi akses data internal UBI untuk membantu penyelidikannya.

Setelah kesepakatan terjadi, Makarim segera mempelajari dokumen laporan kontrol intermal UBI yang diterbitkan khusus untuk penyelidikan. Dokumen tersebut menyebutkan tiga nama yang dicurigai sebagai tersangka yakni Rifad Akbar, Amanda Suseno, dan Reza Ramaditya, ketiganya memegang peranan penting dalam UBI.

Rifad Akbar selaku Asisten Manajer Treasury (AMT) dan Ketua Serikat Pekerja UBI di Jawa Timur dicurigai menggelapkan dana tersebut digiring oleh motif rasa tidak sukanya terhadap manajemen yang dianggap mengeluarkan kebijakan semena-mena dan hanya membuat para pegawai menderita serta dana untuk membiayai kegiatan Serikat Pekerja UBI yang tidak sedikit membuat manajemen menduga bahwa Rifad menggunakan uang perusahaan.

Selanjutya, Reza sebagai Asisten Manajer Operasional (AMT) - orang kedua  di kantor setelah kepala cabang mengalami demotivasi kerja yang drastis dan hal ini dianggap potensial untuk mendorong seseorang melakukan tindak kejahatan, serta Amanda Suseno yang memegang jabatan sebagai Asisten Manajer Marketing (AMM) untuk wilayah Surabaya serta pegawai UBI yang namanya hampir selalu disebut dimana-dimana karena prestasi dan dedikasinya untuk UBI diduga menyalahgunakan kepercayaan lebih yang telah diberikan oleh manajemen.

Penyelidikan Makarim berlangsung lancar dengan hampir tanpa hambatan. Kesimpulan pada laporannya menyebutkan bahwa salah satu nama dari tiga orang di atas adalah pelaku fraud yang sebenarnya. Akan tetapi, segalanya tidak seperti yang Makarim duga. Penyelidikan untuk kasus besar yang dirasa terlalu mudah itu ternyata menyimpan misteri. 

Perusakan sistem untuk megelabui, kasus pembunuhan, tujuan mulia yang hampir kandas, keterlibatan salah satu jaringan terlarang yang ironisnya merupakan suatu skenario yang telah disusun oleh seseorang!

****
Cover
Sejak pertama kali Novel ini tiba, btw, saya dapat novelnya secara gratis dari ikut KUMIS yang diselenggarakan oleh Warung Blogger dan salah satu hal membahagiakannya novelnya sudah ditanda tangani oleh penulisnya ^_^, hal pertama yang saya lakukan adalah mengagumi cover-nya.

Dua tangan yang memegang tali puppet sedikit banyak telah menjelaskan isi keseluruhan dari novel secara singkat dan jelas. Tangan kanan puppet  yang terangkat mengindikasikan bahwa boneka kayu tersebut sedang digerakkan oleh seseorang. Dan warna merah nyaris serupa darah yang digunakan sebagai warna dasar mengindikasikan bahwa Rencana Besar yang dimaksud akan memakan korban.

Sinopsis
Saya sangat suka sinopsisnya! Mungkin salah faktornya adalah saat ini saya sedang menggemari novel dengan konflik yang tidak biasa, tidak hanya sekadar bicara cinta dan hal-hal berbau romantisme lainnya. Bagi saya, sinopsis Rencana Besar sangat menarik dan mengundang rasa ingin tahu pembaca.

Kekurangan (yang tidak bisa disebut demikian juga sih hehe)
Terdapat satu kesalahan penulisan atau typo pada halaman 190. Pada bagian ini diceritakan bahwa Makarim sedang mencari mobil berjenis MPV tapi yang tercetak adalah APV.

Isi Buku
Isu ketenagakerjaan dan bagaimana kompleksnya masalah tersebut memicu berbagai tindakan seperti salah satunya mogok kerja yang sering kita saksikan pada pemberitaan media adalah tema yang belum pernah saya temukan pada novel-novel yang telah saya baca sebelumnya. Saya sangat suka bagaimana cara penulis menyampaikan latar belakang terjadinya pemberontakan oleh para pegawai UBI. Selanjutnya, bahasa yang mudah dimengerti, istilah-istilah perbankan yang diberi penejelasan secara sederhana membuat buku ini terasa ringan. Pembaca tidak perlu berpikir terlalu keras untuk dapat memahami apa yang dimaksud oleh penulis. Alur yang tidak berbelit-belit juga merupakan poin plusnya. Karena novel ini tidak dimaksudkan untuk membahas kisah cinta dua orang atau beberapa orang, unsur romantisme yang digunakan terasa pas, tidak berlebihan dan tidak mengganggu inti cerita.

Hanya saja ada satu bagian yang terasa janggal. Setelah acara Final Young Best Executive Award selesai, mengapa Amanda menurut saja begitu dibawa pergi oleh rombongan preman? Padahal dia bisa saja berteriak minta tolong karena pada saat itu masih ada satpam. Apakah Amanda tidak menyadari keberadaan si satpam? Lalu, siapa sebenarnya mereka, para penculik itu?

Itu saja yang sedikit mengganggu selama membaca buku ini. Seolah ada satu teka-teki yang tidak terpecahkan atau tidak dapat saya pecahkan karena kurang memahami :D. Selebihnya, Rencana Besar masuk dalam jajaran novel keren. Terima kasih kepada Warung Blogger dan Tsugaeda atas hadiahnya :)

 4/5 bintang ****