Catatan harian yang semakin renta dan tua

Sabtu, 31 Maret 2018

,
Judul Buku: Resign!
Penuli: Almira Bastari
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Editor: Claudia Von Nasution
Desain Sampul: Orkha Creative
Terbit: 2018
Cetakan Keempat: Februari 2018
ISBN: 9786020380711
ISBN Digital: 9786020380728
Tebal Buku: 288 hlmn.; 20 cm
Rating: 4 bintang

****

Kompetisi sengit terjadi di sebuah kantor konsultan di Jakarta. Pesertanya adalah para cungpret, alias kacung kampret. Yang mereka incar bukanlah penghargaan pegawai terbaik, jabatan tertinggi, atau bonus terbesar, melainkan memenangkan taruhan untuk segera resign!

Cungpret #1: Alranita
Pegawai termuda yang tertekan akibat perlakuan seman-mena sang bos.

Cungpret #2: Carlo
Pegawai yang baru menikah dan ingin mencari pekerjaan dengan penghasilan lebih tinggi.

Cungpret #3: Karenina
Pegawai senior yang selalu dianggap tidak becus tapi terus menerus dijejali proyek baru.

Cungpret #4: Andre
Pegawai senior kesayangan sang bos yang berniat resign demi menikmati kehidupan keluarga yang lebih normal dan seimbang.

Sang Bos: Tigran
Pemimpin genius, misterius, dan arogan, tapi dipercaya untuk memimpin timnya sendiri pada usia yang masih cukup muda.

Resign sebenarnya tidak sulit dilakukan. Namun kalau kamu memiliki bos yang punya radar yang sangat kuat seperti Tigran, semua usahamu akan terbaca olehnya. Pertanyaannya: siapakah yang akan memenangkan taruhan?
****

Alranita adalah seorang wanita muda yang bekerja di salah satu kantor konsultan di Jakarta. Ia setim dengan Karenina, Andre, dan Carlo, di bawah pimpinan bos besar dan galak, Tigran. Tigran adalah jenis atasan yang akan selalu punya bahan untuk dipergunjingkan. Bukan karena dia ganteng, walaupun aslinya memang ganteng. Bukan karena dia kaya, meski kelihatannya memang berasal dari kalangan borju. Tapi, karena dia adalah bos yang arogan dengan segala tuntutan yang lebih sering membuat karyawannya terkena mental breakdown. Tigran adalah jenis bos yang banyak tidak disukai bawahannya, termasuk Alranita.

"Lembur itu mindset. kalau ngerjainnya fokus, kamu cuma perlu waktu sebentar kok - Tigran, hlmn 28"

Oleh karena itu, mereka sepakat untuk membuat taruhan siapa yang lebih dulu berhasil resign dan out dari tim Tigran. Tapi, usaha mereka seolah selalu saja diketahui sang bos. Tak jarang jadwal wawancara mereka dengan calon bos baru batal atau gagal total gara-gara Tigran. Tigran tak hanya arogan dan menyebalkan, tapi juga memiliki kemampuan mengendus karyawan yang sedang berusaha 'mengkhianatinya.'

****

Sebutlah ikut-ikutan. Saya baca buku ini karena pada bulan Februari kemarin, Resign! memang lagi banyak diomongin. Entah itu lewat review di Goodreads, di akun bookstagramer di Instagram, dan juga di blog beberapa peresensi. Dan, semuanya bilang kalau bukunya bagus. Dan saya penasaran kemudian memutuskan untuk mencoba apa taste saya sama dengan para pembaca lainnya. Dan ternyata, emang sama. Buku bagus memang jarang membohongi ekspektasi pembaca.

Hal kedua, adalah karena blurbnya yang menarik dan sarat dengan komedi. Sebelum baca isinya, saya udah bisa langsung menebak bahwa buku ini akan membuat pembaca ngakak terpingkal pada beberapa bagiannya, dan ternyata memang betul. Jadi, ketika budget lagi nggak memungkinkan untuk beli buku cetaknya, saya memanfaatkan diskon di Google Play Book dan membeli versi digital saja. 

Buku ini memuat kisah yang amat dekat dengan kehidupan sehari-hari, terutama bagi para karyawan/pekerja yang tidak bisa mengklaim dirinya sebagai bos karena emang kerja sebagai kacung kalau kata Alranita. Membicarakan bos, gosipin atasan, adalah hal yang dekat dan nggak jauh sama hidup karyawan. Siapa sih disini yang di belakang nggak pernah menggerutu karena tingkah atasan yang dirasa menekan, menyebalkan, hingga bikin kita pengin resign? Pasti semua pernah. Buku ini penuh itu, bahkan ada grup WhatsApp-nya dengan Tigran sebagai bintang utamanya. Dan sumpah, bahasan tokoh-tokoh yang ada di buku ini tuh pada lucu-lucu dan bikin ketawa. Saya menyelesaikan buku ini subuh, setelah menunda-nunda waktu tidur dari jam 1 pagi hingga ke jam 4 subuh. Bukunya bikin susah move on, bikin mata nggak mau merem. Nggak bohong, bukunya bagus dan bikin saya jadi pengin baca buku Almira Bastari yang lain.

Meski memang alur buku ini tertebak, moncong arah panah dan maksud Tigran terbaca, bukunya nggak membosankan sama sekali. Justru kisah romansanya jadi bagian yang paling saya nanti. Nggak drama, dan sedikit banyak realistis. Di bab terakhir, endingnya cukup mengejutkan, tapi nggak mengecewakan. Bukunya rekomen buat yang suka genre komedi romantis ditambah slice of life. 

Oh iya, terakhir, saya mau ngasih sedikit pendapat  tentang tampilan Google Play Book yang ternyata enak banget. Night mode-nya bantu bikin mata nggak cepat capek saat baca dan scroller-nya untuk lompat halaman juga nyaman banget. Kebetulan, saya adalah pengguna aplikasi baca buku seperti Ipusnas, Ijak, Mangamon untuk komik, Wattpad juga dulu sempat pakai. Tapi, menurut saya Google Play Book punya tampilan yang the best. Scroller-nya mirip sih sama di wattpad, tapi untuk ukuran font saya lebih nyaman Google Play Book. Sayang, bukunya harus beli, nggak gretongan kayak Ijak sama Ipusnas haha. Tapi,kayaknya Google Play Book akan menjadi tempat buat nyimpen koleksi buku digital yang bagus. 

Jumat, 30 Maret 2018

,
Judul Buku: Golden
Penulis: Jessi Kirby
Penerbit: Penerbit Spring
Penerjemah: Wisnu Wardhana
Penyunting: Adeliany Azfar
Proofreader: Titish A.K.
Layout Cover: @teguhra
Cetakan Pertama: Januari, 2017
Tebal Buku: 308 hlmn; 19 cm
ISBN: 978-602-74322-7-7
Rating: 3 Bintang

****

Parker Frost belum pernah mengambil risiko dalam hidupnya. Dia akan lulus dari SMA sebelum mencium cowok yang dia sukai. Jadi, saat nasib menjatuhkan buku catatan Julianna Farnetti ke pangkuannya - buku catatan yang mungkin bisa membongkar misteri kota tempat tinggalnya - Parker memutuskan untuk mengambil kesempatan itu.

Julianna Farnetti dan Shane Cruz dikenal sebagai pasangan ideal di SMA Summit Lakes. Sempurna dalam segala hal. Mereka meningal dalam kecelakaan bersalju, meninggalkan hanya sebuah kalung, dan tanpa jenazah. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi malam itu.

Hanya saja tidak semua kebenaran ingin ditemukan.

****

Parker Frost adalah seorang siswa SMA Summit Lakes tahun terakhir yang sedang berusaha mengejar beasiswa Cruz Farnetti. Beasiswa yang diberikan untuk mengenang Julianna Farnetti dan Shane Cruz yang tewas dalam kecelakaan di badai salju. Di salah satu kelas favoritnya, ia mendapat tugas untuk menulis jurnal sebelum kelulusan. Selain itu, Parker juga mendapat tugas ta,mbahan untuk mengirimkan jurnal senior mereka yang telah lulu sepuluh tahun lalu ke alamat rumah masing-masing. Dan, di antara tumpukan jurnal-jurnal tersebut, Parker menemukan jurnal Julianna Farnetti. Jurnal yang ia tulis menjelang 'kematiannya.'

Saat baca blurbnya penasaran banget sama ceritanya. Ada misteri apakah yang enggan untuk dikuak dalam buku ini? Apa yang sebenarnya terjadi pada Julianna dan Shane? Benarkah mereka sudah meninggal? Atau justru berada di suatu tempat yang rahasia?

Di bagian awal, kita akan menemukan kisah Parker Frost dan ibunya juga segudang prestasi  yang dimiliki Frost. Pada beberapa bagian, hal itu terasa menekan walau memang tidak membosankan. Tapi, kehidupan Parker yang jalannya seolah selalu diatur sang ibu sedikit banyak bikin saya jengkel juga. Tapi, hal itu terobati dengan bab-bab yang penuh tulisan tangan Julianna. Jujur saja, poin paling menyenangkan dari membaca buku ini adalah membaca jurnal Julianna juga aksi Frost menelusuri jejak hidup gadis itu lewat buku catatan yang ditinggalkannya.

Isi buku tersebut kurang lebih bertolak belakang dengan persepsi masyarakat akan hubungan sempurna Julianna dan Shane, hal yang tentu saja membuat kita kembali merenungkan bahwa apa yang terlihat di depan mata belum tentu sama dengan kenyataan yang sebenarnya. Ada banyak rahasia dan misteri yang tidak kita ketahui.

Selain mengajak kita menelusuri kehidupan Julianna, kita juga sebenarnya diajak untuk meresapi hidup yang dijalani Parker. Pilihan adalah materi utama dalam buku ini. Menurut saya, penulis mencoba menjelaskan kepada pembaca betapa setiap pilihan akan sangat mempengaruhi hidup seseorang di kemudian hari. Baik pilihan yang kita buat sendiri ataupun yang dipilihkan orang lain, seperti contohnya pilihan Parker untuk membaca buku catatan Julianna dan tidak mengembalikannya, pilihannya untuk mencari keberadaan Julianna yang mungkin saja masih hidup, pilihannya untuk peduli pada kisah cinta Orion, yang pada akhirnya membawanya pada kenyataan yang mengecewakan.

Buku ini bagus, tapi saya nggak bisa kasih rating 4 atau 5 bintang, karena seperti Parker yang 'kecewa' pada kenyataan pahit yang harus ia hadapi setelah pencarinnya, saya juga kecewa karena ternyata ekspektasi saya terhadap misteri yang ada dalam buku ini nggak tersampaikan hehe

Selasa, 27 Maret 2018

,

Judul Buku: Seaside - dendam takkan pernah terhapus waktu
Penulis: Zee
Penerbit: Senja
Penyunting: Misni Parjiati
Penyelaras Akhir: RN
Tata Sampul: Amalina
Tata Isi: Violetta
Pracetak: Wardi
Cetakan Pertama: 2016
Tebal Buku: 13 x 19 cm
ISBN: 978-602-391-263-6
Rating: ****

Awalnya, dia hanya gadis biasa. Juga mulai terbiasa menghadapi guncangan besar ketika ayahnya masuk penjara akibat ulah musuh-musuhnya. Tapi, begitu dibutakan ole'h amarah, dia mulai mengumpulkan setiap informasi dan menyusun rencana balas dendam.

Gadis itu membuat kesepakatan dengan iblis. Langkah penuh risiko dia lalui, dibantu ole'h seseorang yang masih misterius.

Satu demi satu targetnya berjatuhan. Dan dia menikmati setiap tetes darah yang mengalir di tangannya.

Apakah masih ada tempat untuk nurani? Apakah dia masih mampu memaafkan?

****

PENGAKUAN DOSA
Sebelum memulai reviewnya, saya ingin melakukan "pengakuan dosa" terlebih dahulu. Buku ini adalah salah satu buku hadiah blogtour yang diadakan Divapress sekitar tahun 2016 lalu dan harusnya "dibayar" dengan resensi atau review. Tapi, kelengkapan "transaksi" itu baru bisa saya lakukan sekarang karena alasan pekerjaan. Jadi, bukunya ditinggal di rumah sementara saya kerjanya di luar kota dan baru bisa pulang cuti tahun ini. But, better late than never, kan (pembelaan) haha.

Awal baca sinopsis, ekspektasi saya adalah buku ini bertema mystery-fantasy-thriller. But, kenyataannya buku ini lebih ke psikopat thriller.

Bercerita tentang seorang gadis yang ayahnya dijebloskan ke penjara karena fitnah. Merasa hukum tidak lagi bisa melindungi kebenaran, akhirnya ia memilih kebenaran dan eksekusi versinya sendiri. Bekerja sama dengan beberapa pihak yang capable di dalamnya, gadis itu mulai merencanakan pembunuhan! Dan, hal itu berjalan dengan sangat lancar walau ada beberapa hal berharga yang harus ia korbankan, termasuk nurani dan kemanusiaan.

For you who loves to read a psychopath stories, this book is a recommend. Ada banyak kengerian yang akan kita temukan di dalamnya. Tapi, buat yang ngeri, mending janga baca kalau nggak mau susah makan setelahnya. Saran sih, kalau mau baca, baca aja tapi jangan dibayangin adegannya. Dijamin, bakal beberapa kali nelen ludah buat meredam mual. Pembunuhannya dijelaskan dengan mendetail dan eksplisit. Kalau diibaratkan film Indonesia, bayangin Rumah Dara aja.

But, what I love the most from this book is mau sepsikopat-psikopatnya orang, mereka tetap punya sisi kasih sayang. Buku ini juga punya unsur romansa yang dibumbui percapakan khas orang pacaran. Walaupun kadang percakapannya agak mengerikan karena bahas bunuh-bunuhan dan metodenya, you still can find it's lovely dan...apa ya. Buat yang udah punya pasangan pasti taulah beda nada orang ngobrol sama temen dan saat ngomong sama pacarnya. Kalau kata Alri...

"You're gonna be surprised how people act in relationship - hlmn 85".
For me, I found it interesting how the way they talk to each other. Especially, the tone.

Hal kedua yang saya suka adalah Alri - sebagai salah satu tokoh disini layak dinobatkan sebagai The Quoteable Man. Kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya itu mirip kalimat motivator tapi nggak kaku dan menggurui. It's relaxing - nggak tau sih ya ini kenapa bisa ngefans sama tokoh satu ini. Efek taken rasa single kali ya haha

Terakhir, disaat saya udah mulai mempertanyakan apa faedah, sisi positif, hikmah yang dapat dipetik dari buku penuh darah ini, buku ini memberikannya di bagian epilog. Hal yang bikin saya makin suka sama bukunya, minus eksekusi yang diambil dalam usaha menegakkan hukum dan keadilan yang diambil. Bunuh orang nggak akan pernah jadi jalan keluar terbaik.

Overall, saya suka ceritanya, plotnya menarik, dan penyelesainnya oke. I love it. Even though I hate the fact that makes Alri and Seaside cannot be together till the end.

Minggu, 11 Maret 2018

,
Judul: ReLIFE  -  ãƒªãƒ©ã‚¤ãƒ• (Riraifu)
Penulis: Yayoiso
Penerbit: NHN Japan (Online), Earth Star Entertainment
Demografi: Seinen
Imprint: Earth Star Comic
Majalah: Comico Japan
Jumlah Volume: 7

Manga (komik) ReLIFE adalah bacaan serial yang nggak sengaja saya 'temukan'. Waktu itu lagi gabut main HP scroll Facebook, dan nemu manga ini dalam daftar rekomendasi manga wajib baca di salah satu Page Jejepangan. Walau preview adegannya lucu, nggak pernah berekspektasi akan suka dan selalu nungguin update-annya. Ya karena saya memang bukan tipe pembaca yang doyan baca komik secara online. Maunya offline dan dalam bentuk buku utuh. Lebih enak dan nyaman bisa sambil gonta ganti gaya duduk.

Tapi, ternyata, nggak cuma dari plot yang menarik, cerita ini juga mengalir dengan amat menyenangkan. Arata yang orang dewasa berpura-pura menjadi anak SMA, berbaur dengan mereka, berinteraksi, membangun pertemanan bahkan persahabatan membuat sikapnya yang selama ini dikenal sebagai seorang NEET berubah. Ia dipertemukan dengan gadis yang ambisius seperti Kariu Rena, anak laki-laki yang cerdas di kelas namun bodoh dalam urusan cinta - Ohga Kazuomi, dan gadis pintar tapi tak bisa bergaul, Hishiro Chizuru didampingi Onoya Ann dan Yoake Ryo sebagai tim pendukung untuk eksperime ReLIFE.

Eksperimen ini dilakukan dengan tujuan untuk mengubah hidup seseorang dalam hal ini seperti Kaizaki Arata, pria dewasa yang sudah nyaris menyerah akan hidupnya. Usia 27 dan pengangguran. Merasa terasing dari lingkup pergaulan sosial terutama ketika melihat teman sebayanya telah menjadi orang sukses. Untuk itu, Arata ikut eksperimen ReLIFE. Jadi, dia harus jadi anak SMA untuk melihat kembali apa saja yang telah ia lewatkan di masa lalu.

Unik, kan, ceritanya? Dan dijamin seru juga bacanya. Ketika orang dewasa ditempatkan di tengah-tengah 'anak bau kencur' kalau kata orang dewasa, maka secara otomatis ia akan menjadi 'penengah' terhadap setiap persoalan yang muncul. Walau di awal Arata tidak melakukannya karena 'ikhlas', namun lama kelamaan kehadiran teman-temannya menjadi hal yang penting dalam hidup barunya. Jadi, sepanjang perjalanan ceritanya, karakter Arata ini berkembang dengan perlahan namun pasti. Di beberapa bagian kadang ia berubah 'jadi menyebalkan' contoh menarik diri dari 'kerumunan' tapi itu adalah bagian dari proses perubahan yang wajar aja.

Selain serunya persahabatan mereka, Arata juga mengalami kisah cinta yang lucu dan menggemaskan dengan Hishiro Chizuru, si gadis pendiam dan suka melakukan sesuatu sendirian. Nggak hanya Arata, Chizuru juga menjadi tokoh yang perubahan dan perkembangan karakternya berasa banget. Ada bumbu cintanya juga, jadi bacanya makin menyenangkan.

Menjelang ending, komiknya agak ngegalau karena ketika ReLIFE berakhir maka memori tentang apa yang terjadi akan menghilang. Tapi, ketika antiklimaksnya muncul. Yang ada malah ceritanya terkesan terburu-buru dan lompat. Jengkel sumpah haha
Rasanya kayak udah nyimpen potongan daging ayam paling gede buat dimakan belakangan, eh taunya itu lengkuas doang -_-

Bukan berarti manganya jadi jelek. Tapi jujur aja nggak suka sama penyelesaian masalahnya

Kamis, 01 Maret 2018

,
Sumber Gambar
Sejak saya masih kecil naik bus adalah salah satu 'barang mewah'. Di desa tempat saya lahir dan besar, ke sekolah nggak perlu naik bus, cukup jalan kaki. Saat SMP, saya sekolah di desa tetangga, nggak perlu naik bus juga. Disana ada kendaraan becak bermotor atau yang sering dikenal dengan nama Bentor. Lagipula, di desa saya belum ada rute busway kayak di kota besar. Namanya juga di desa. 

Lulus SMP dan sekolah SMK, nggak perlu naik bus juga. Memang saya dulu SMK-nya di kota yang cukup besar, tapi, sekolah berasrama. Sekolahnya cuma depan asrama. Lagi-lagi, cukup jalan kaki. Jadi, ketika udah mulai kuliah di luar kota yang memang mengharuskan untuk naik bus antar provinsi, rasanya excited banget. "Gue bakal naik bus, yeay!" Dan serunya lagi, waktu berangkat diantar sama Papa dulu, saya diberikan "kursi emas". Kursi di samping jendela! Makin senang lagi, akhirnya bisa ngerasain gimana naik bus dan berpura-pura jadi model video clip atau tokoh utama wanita dalam drama Korea. Pas naik pertama kali, dan duduk, kaca jendelanya langsung saya buka. Dan, udara yang masuk seketika saya hirup dalam-dalam sambil nggak lupa ngayal sebagai aktris Korea. Walaupun bus antar provinsi di kota saya sama sekali nggak ada mirip-miripnya sama bus-bus mewah di Korea.

Sumber Gambar

Hanya saja, menikmati embusan angin dari jendela bus itu nggak akan terlalu menyenangkan kalau perjalanan yang harus ditempuh mencapai jarak waktu 8 jam, dengan kondisi jalan yang berkelok-kelok tak jarang berlubang. Meski awalnya menyenangkan, kegiatan naik bus juga menjadi kegiatan yang melelahkan. Lama-lama, ngebayangin pulang mudik naik bus bukan excited lagi tapi malah mikir capeknya duduk kelamaan.

Hingga akhirnya, sekarang saya bekerja di salah satu perusahaan yang menyediakan bus sebagai fasilitas transportasi bagi karyawannya. Enaknya, nggak perlu bayar ongkos atau khawatir beli bensin walau kadang busnya PHP, kagak nongol dan bikin kita terpaksa nelan malu minta tebengan ke karyawan lain yang naik motor meski nggak saling kenal. Tapi, hari ini, 20 Februari 2018, saya menemukan lagi hal menyenangkan dari naik bus. Syaratnya, masuk shift II biar berangkatnya siang dan busnya nggak penuh.

Sambil ngelihat pemandangan pantai lewat kaca jendela - sayangnya kacanya nggak bisa dibuka, cuma di bagian depannya aja yang bisa dan bisa leluasa memerhatikan ekspresi orang-orang. Sebagai orang yang nggak suka main hp saat berkendara, yang saya lakukan sambil nunggu sampai kantor tuh cuma bengong, nengok kiri nengok kanan, nikmatin lagu-lagu kenangan tahun 80 90-an yang biasanya emang disetel sama sopir busnya, dan memperhatikan ekspresi para penumpang di dalamnya. Dan, ternyata itu menjadi aktivitas yang menyenangkan.

Ada yang lagi senyam-senyum sambil lihatin ponsel dan sesekali ngetik - udah bisa dipastikan dia lagi jatuh cinta. Ada yang mukanya lempeng lihatin pemandangan sepanjang perjalanan - ketahuan menikmati banget momen ia berangkat kerja dan mencari nafkah. Ada yang asyik main game, nggak peduli bus udah nyampe mana. Ada yang memasang ekspresi khawatir, saya menebak khawatir terlambat masuk kerja. Dan, ada yang seperti saya yang menikmati 'momen keberasamaan' itu sebagai hiburan dan penyegaran :D