Catatan harian yang semakin renta dan tua

Selasa, 03 November 2020

,
Judul Buku: Pergi
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Co-author: Saripuddin
Editor: Triana Rahmawati
Cover: Resoluzy
Layout: Alfian
Tahun Terbit: 2018
Cetakan I: April 2018
Tebal Buku: iv + 455 hal.; 13.5 x 20 cm
Rating:  ⭐⭐⭐⭐

"Sebuah kisah tentang menemukan tujuan,
kemana hendak pergi,
melalui kenangan
demi kenangan masa lalu,
pertarungan hidup-mati,
untuk memutuskan
kemana langkah kaki
akan dibawa.
Pergi."

Buku ini adalah sequel dari novel Pulang. Jujur saja agak surprise waktu tahu buku Pulang ada sequelnya, karena sebenarnya bukunya menurutku udah tamat. Eh ternyata ada. Senang, sekaligus penasaran. Buku kedua ini masih menggunakan Bujang, Si Babi Hutan sebagai tokoh utamanya. Setelah Tauke Besar meninggal, Bujang naik posisi menjadi Tauke Besar yang baru milik keluarga Tong. Lewat kecerdasan yang dimilikinya, secara perlahan Bujang mulai membut terobosan-terobisan canggih dalam pergerakan keluarga Tong sebagai salah satu penguasa shadow economy. Akan tetapi, setelah sebelumnya dikhianati Basyir, pada seri kedua ini Bujang harus berhadapan dengan Master Dragon.

Master Dragon adalah salah satu penguasa shadow economy yang bermarkas di Hong Kong. Selain Master Dragon, terdapat jugs keliarga El Pacho di Meksiko, Keluarga Yamaguchi di Jepang, keluarga Lin di Maccau dan keluarga Bratva di Rusia. Dari beberapa keluarga ini yang paling disorot adalah keluarga Lin yang dalam buku sebelumnya sudah pernah berhadapan dengan keluarga Tong, keluarga Yamaguchi dan Bratva yang kemudin menjalin aliansi dengan keluarga Tong, juga keluarga Master Dragon sendiri, sementara, keluarga El Pacho tidak terlalu mencolok. 

Seperti pada buku pertama, buku ini menawarkan petualangan yang menegangkan. Kalau diibaratkan film seperti cerita mafia yang dibintangi Jackie Chan atau Jet Li. Ceritanya seru, diselipkan pengetahuan-pengetahuan sejarah tentang masa lalu, yang membuat saya semakin ingin membaca tentang shadow economy. Benarkah mereka benar-benar ada?

Namun, meski memiliki alur dan cerita yang penuh adegan action, buku ini sebenarnya menitikberatkan pada tujuan hidup tokoh utama. Tujuan ia mempertahankan keluarga Tong demikian kerasnya, dan akan ia bawa kemana apa yang telah ia capai dan pertahankan itu. Pada salah satu bab yang menceritakan kisah dua orang petani yang dituturkan oleh Salonga, buku ini mengajak pembaca melihat ke dalam hati, apa yang ingin kita tuju dan capai dalam menjalani hidup ini. Jika mengejar harta manusia tidak akan pernah puas, mengejar jabatan pun sama. 

Secara keseluruhan ceritanya saya suka, banyak pelajaran dan bahan renungan yang dapat kita petik dari buku ini. Di luar ide perjodohan keluarga Bratva, Maria dan Agam. Saya kurang suka idenya, Maria tampil sebagai sosok wanita yang keras dan terlalu ambisius, sepertinya tidak cocok dengan Agam 😁

Selanjutnya, kemunculan Diego Samad. Di awal buku, saya menyangka laki-laki itu akan tampil sebagai lawan duet mematikan di akhir perjalanan cerita. Ternyata tidak, hal yang membuat buku ini membutuhkan buku ketiga. Ending ceritanya yang gantung, hampir tidak ada yang selesai dari perkara pergi ini kecuali urusan dengan Master Dragon. Perjodohan Agam dan Maria sebenarnya tidak akan berpengaruh banyak dalam cerita menurut saya, tapi tetap saya penasaran siapa yang akan menjadi pasangan Agam nanti. Ide ia bertunangan dengan Maria secara otomatis setelah ia menerima gelang pemberian gadis tersebut sangat tidak bagus buat saya. Nggak setuju lah. Terakhir, Agam memang tahu kemana ia akan pergi. Ia sudah tahu. Tapi pembaca seperti saya ini belum tahu. Jadinya harus ada buku ketiga untuk melengkapi ketidaktahuan saya ini.

Sabtu, 24 Oktober 2020

,
Judul Buku: Ganjil - Genap
Penulis: Almira Bastari
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Editor: Claudia Von Nasution
Tahun Terbit: 2020
Cetakan Ketiga: Maret 2020
Tebal Buku: 344 hlmn.; 20 cm
ISBN: 9786020638010

Gimana rasanya diputusin setelah berpacaran selama tiga belas tahun?

Hidup Gala yang mendadak jomblo semakin runyam ketika adiknya kebelet nikah! Gala bertekad pantang lajang menjelang umur kepala tiga. Bersama ketiga sahabatnya, Nando, Sydney, dan Detira, strategi pencarian jodoh pun disusun. Darat, udara, bahkan laut "disisir" demi menemukan pria idaman.

Akankah Gala berhasil menemukan pasangan untuk menggenapi hari-hari ganjilnya?

****

Sebagai orang yang tidak tinggal di Jakarta, Ganjil Genap termasuk materi yang baru bagi saya. Beruntung daerah tempat saya tinggal tidak semacet Jakarta, walaupun memang pada jam-jam tertentu macet juga. Dulu, setiap kali nonton berita yang membahas tentang penerapan ganjil genap, saya pikir itu patokannya jumlah penumpang di dalam mobil. Kalau hari ganjil harus ganjil jumlahnya, kalau genap harus genap juga penumpangnya. Kan tujuannya mengurangi kemacetan, jadi mikirnya buat yang punya kendaraan roda empat dan tidak ada teman untuk naik mobil bareng, jadi nebeng temen. Akhirnya berkurang jumlah mobil yang beredar di jalanan. Ternnyata bukan begitu, patokannya di plat nomor haha

Saya termasuk penggemar novel metropop dan Almira Bastari masuk dalam jejeran penulis metropop yang saya sukai. Dua bukunya yang berjudul Resign dan Melbourne Wedding Marathon sudah saya baca dan sukses jatuh cinta. Di buku Ganjil Genap, saya juga berhasil dibuat baper dan sering cengengesan. Buku ini bercerita tentang Gala, wanita di akhir usia 20-an yang cantik, mapan, otomatis banyak pria yang naksir namun sayangnya terjebak dalam hubungan selama tiga belas tahun dengan seorang pria bernama Bara. Mereka kenal sejak SMA, dan pacaran sejak itu pula. Hal yang tidak wajar kenapa bisa pacaran selama itu namun nggak kunjung menikah, tapi mengingat Titi Kamal dan Christian Sugiono pun pacarannya sekitar sembilan tahun, anggap saja itu wajar. Namun pasangan artis ini berakhir di pelaminan. Sementara Gala bisa dibilang sial, durasi pacarannya dengan bara yang kalau dipakai untuk kredit perumahan sudah bisa lunas itu harus berakhir dengan kalimat putus di parkiran dari Bara dengan alasan "kamu terlalu baik buat aku". Alasan yang nggak logis, karena sejak kapan sih orang kalau pacaran maunya dijahatin. Pasti semua maunya dapat pasangan yang baik, kan? Kecuali kalau ada orang lain yang dianggap lebih baik. Alasan sudah nggak cocok? Masa iya tidak cocok sementara pacaran sudah tiga belas tahun!? sandal jepit saja kalau tertukar dengan milik orang yang punya motif sama pasti kita ngerasa. Kecuali kalau ada orang lain yang dirasa lebih cocok.

Namun, Gala sama sekali tidak berniat untuk mengorek apakah memang ada orang lain di antara dia dan Bara yang selama ini disembunyikan. Ia hanya ingin tahu alasan Bara memutuskannya, alasan logis yang bisa diterima akal sehatnya, namun sayang jawaban Bara tetap sama: jawaban pengecut "aku nggak mau nyakitin kamu." Padahal dengan diputuskan saja sudah menyakiti. Karena itu, demi menyelamatkan harga dirinya, Gala bertekad untuk harus cepat move on dan dapat gandengan baru. Sekalipun kalau memang Bara sudah ada yang lain, yang penting harus dia yang lebih dulu menikah dibanding Bara. Apalagi sebentar lagi umurnya 30 tahun! Adiknya Gisha juga sudah kebelet nikah! Masa dia dilangkahi? Berapa banyak pertanyaan kapan nikah yang akan ia terima nanti? Bagaimana perasaaan orangtuanya kalau tahu dia dan Bara putus setelah sekian tahun pacaran?!

Pertama, bukunya saya suka. Kedua, ceritanya seru. Ketiga, hal-hal yang dialami Gala memberikan bahan renungan tersendiri untuk saya. Dibanding petualangan cinta, buku ini menurut saya lebih ke nasehat terhadap pasangan-pasangan yang mungkin sudah pacaran lama namun belum menikah, juga ke perempuan-perempuan yang siapa tahu saat ini sedang diberondong pertanyaan kapan nikah dari berbagai penjuru. Di Indonesia, sudah jadi rahasia umum kalau wanita yang belum menikah di atas 30 tahun dianggap 'aib'. Setiap yang ketemu jangankan teman, dari keluarga sendiri pun banyak yang suka melontarkan pertanyaan maut kapan nikah. Tapi buku ini memberikan pencerahan. Nikah nggak perlu diburu, nggak harus terburu-burum nggak boleh hanya karena dikejar umur (walaupun mungkin untuk perempuan ada resiko lain jika terlambat menikah), tapi tetap menikah harus lebih pada kesiapan. Begitu juga kalau putus, nggak perlu terburu-buru cari pengganti kalau memang belum waktunya ada yang cocok. Tidak harus memaksakan keadaan jika memang sejak awal sudah tidak satu visi.

Buku ini termasuk salah satu buku jenis buku yang bikin emosi, terutama ke Bara, Aiman dan kayaknya hampir semua karakter laki-laki yang ada kecuali Nandi dan Anantha dan Pangeran Ibra. Untuk mereka, itu pengecualian. Sisanya, laki-lakinya menyebalkan. Di satu sisi bisa bikin pemaca senyum-senyum sendiri, di sisi lain bikin saya jengkel mangkel setengah mati. Kok ada laki-laki begini? Tapi walau begitu, karena 'keanehan' para lelaki dalam buku ini, saya jadi dapat teori baru tentang menghadapi laki-laki haha. Pun jadi merenungi laki-laki yang pernah mampir di hidup saya. 
Terakhir, bukunya saya rekomendasikan

Rabu, 21 Oktober 2020

,

Judul Buku: Rindu
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika

"Apalah arti memiliki? Ketika diri kamu sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja."

Buku ini adalah buku yang mengajak kita untuk merenung dan belajar. Berlatar tahun 1938, Tere Liye membuat kita belajar dari penggalan-penggalan kisah hidup di masa lalu yang hingga masa perjalanan haji di tahun 1938 bersama kapal Blitar Holland masih menggantung, menghantui dan menjadi pertanyaan beberapa tokoh yang berperan dalam buku ini. Kisah pertama datang dari Bonda Upe. Masa lalu kelam Bonda Upe yang kerap membuatnya tidak percaya diri dalam menjalani hari-hari dan menanti masa depannya. Kisah ini mengajak kita untuk berdamai dengan kenyataan, dengan masa lalu yang meskipun menyakitkan atau memalukan untuk dikenang, ia adalah bagian dari diri kita yang tidak boleh kita tepiskan. Kita tidak perlu memerdulikan pendapat orang tentang masa lalu kita, yang kita jalani adalah saat ini. Biarlah masa lalu menjadi bagian perjalanan hidup untuk dijadikan pelajaran. 

Selanjutnya, kisah masa lalu yang datang dari Daeng Andipati. Daeng Andipati adalah seorang pengusaha sukses di zamannya yang masih menyimpan dendam dan kemarahan pada seseorang yang semestinya ia cintai dan doakan. Kesuksesan karier dan kehidupan keluarga tidak mampu mengenyahkan perasaan kecewa dan marah di masa lalu. Perasaan yang hingga kapal Blitar Holland bergerak meninggalkan Pelabuhan Makassar pun tak dapat ia tanggalkan. Ternyata kunci dari semuanya adalah ikhlas dan menerima, merengkuh masa lalu dan kekecewaan itu sebagai bagian dari perjalanan hidup yang membawanya pada kesuksesan hari ini.

Kisah ketiga datang dari Mbah Kakung dan Mbah Putri. Pasangan sepuh yang masih mesra dan seolah berjanji sehidup semati, bersama-sama melakukan perjalanan haji di usia senjanya, namun harus menelan pahitnya takdir terpisah di tengah perjalanan laut menuju Mekkah. Mbah Putri meninggal di atas kapal Blitar Holland dan untuk mengikuti prosedur keamanan dan kenyamanan di dalam kapal, jenazahnya harus dilemparkan ke laut. Tak terbayang penyesalan bercampur perasaan tidak mampu menerima, perasaan tidak adil yang dirasakan Mbah Kakung. Kenapa harus saat ini? Kenapa harus di atas laut? Kenapa tidak menunggu saat mereka tiba di tanah suci? Sedikit lagi waktu yang diperlukan untuk sampai di Mekkah? Namun, dari kisah ini, kita diajak untuk percaya pada ketetapan Allah SWT, pilihan Tuhan, meyakini bahwa apa yang diberikan sudahlah yang terbaik untuk diri kita asal kita tidak berhenti percaya kepadaNya.

Berikutnya, cerita cinta yang datang dari Ambo Uleng. Seorang pelaut tangguh yang ternyata hampir tak mampu melawan badai cinta yang datang. Kisah cintanya dengan gadis yang telah lama dicintainya harus kandas karena perbedaan strata. Ambo Uleng dianggap tidak sederajat dengan sang gadis, keluarga si gadis tidak bisa membatalkan perjodohan dengan cucu salah satu ulama termahsyur di tanah Makassar pada saat itu. Ambo Uleng galau, Ambo Uleng patah hati, lantas lari ikut kapal Blitar Holland sebagai kelasi. Tapi ternyata, meski telah lari meewati samudera, ia tetap tidak bisa meninggalkan rasa cintanya. Perasaan itu tetap ikut dan terasa sakit apalagi saat melihat kemesraan Mbah Kakung dan Mbah Putri. Ia dendam, namun di akhir cerita akhirnya ia menemukan kejutan yang terbaik yang tak pernah ia duga.

Lalu terakhir, pertanyaan terakhir justru datang dari orang yang paling disegani di seluruh kapal Blitar Holland. Ialah Ahmad Karaeng, pria yang di usia senjanya masih menyuarakan perlawanan dan kemerdekaan terhadap Belanda lewat tulisan-tulisannya. Pria yang jadi tempat orang-orang bertanya, justru memiliki pertanyaan yang ia sendiri tak bisa menemukan jawabannya.

Dari sisi penceritaan, menurut saya Tere Liye adalah salah satu penulis yang masuk dalam jejeran penulis berbakat dan terkenal. Saya kagum dengan kemampuannya meramu cerita dengan latar yang terbatas menjadi cerita dengan kualitas yang istimewa. Walaupun sejujurnya, karakter favorit saya adalah Ambo Uleng sehingga saya mengharapkan banyak adegan yang melibatkan karakter satu ini. Bisa dibilang Ambo Uleng adalah salah satu 'juru kunci' dari cerita ini. Selain itu, saya dibuat sedikit penasaran dengan pertanyaan Ruben si boatswain, tentang apa sesungguhnya kebahagiann itu? Buku ini memberikan jawabannya, tidak secara gamblang dan terang-terangan tapi melalui perjalanan kisah pertanyaan besar empat orang dalam buku ini, namun selain Ambo Uleng, Ruben juga menjadi salah satu karakter favorit saya dan sejujurnya saya menantikan perannya yang mungkin akan meninggalkan pesan mendalam selain dari lontaran pertanyaannya. Tapi, meski begitu, hal-hal ini tidak mengurangi keistimewaan buku ini. Buat yang lagi Rindu, atau mungkin sedang ada pertanyaan belum terjawab, saya rasa buku ini bisa memberikan sedikit petunjuk.

Kamis, 19 Maret 2020

,
Sumber Foto
Judul Buku: Melbourne Wedding Marathon
Penulis: Almira Bastari
Penerbit: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Editor: Cicilia Prima
Desain Kover: Dyndha Hanjani P
Penata Isi: Putri Widia Novita
Cetakan Pertama: Juli 2017
ISBN: 978-602-452-111-0
EISBN: 978-602-05-00294

Sydney Deyanira
Wanita cerdas, mandiri, ambisius, dan perfeksionis. Sydney merasa patah hati ketika sahabat yang ia kencani selama satu semester terakhir memilih berpacaran dengan orang lain. Dijuluki sebagai ahli percintaan prematur, Sydney mulai berpikir untuk melakukan apa yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya, menjalin hubungan palsu dengan orang baru.

Anantha Daniswara
Pria sukses, arogan, suka bergonta-ganti pasangan namun masih belum berdamai dengan masa lalunya. Demi memenuhi tantangan mantan pacarnya, Anantha nekat meminta pelayannya sendiri untuk menjadi kekasihnya.

Melbourne bukan kota cinta dan jauh dari kata romantis. Sebagai kota yang paling nyaman ditinggali di dunia, Melbourne menjadi awal baru bagi dua insan yang tertekan dengan rentetan pesta pernikahan!

****

Sydney adalah seorang wanita cerdas yang sayangnya selalu sial dalam hal percintaan. Mulai dari laki-laki yang mundur karena merasa Sydney 'terlalu tinggi' bagi mereka, hingga sahabat yang awalnya meminta hubungan lebih tapi kemudian berpacaran dengan orang lain. Sementara Anantha, ia adalah seorang pengusaha muda yang karena patah hati ditinggal menikah oleh kekasihnya, Danisha, berubah menjadi playboy yang suka gonta-ganti pasangan. Tapi, tuntutan kondangan semakin hari semakin meningkat. Agenda yang sejatinya menjadi hari untuk merayakan cinta dua orang insan dan memberi doa bagi mereka, justru seperti menjadi ajang untuk saling berebut siapa duluan yang paling cepat bertanya "kapan nikah?". Alhasil, Anantha jadi malas menghadirinya.

Namun, kemunculan Dansiha secara tiba-tiba yang menantangnya untuk datang ke pesta pernikahan teman-teman mereka sebagai bukti bahwa Anantha sudah move on dan tidak punya lagi perasaan padanya, membuat Anantha berusaha memenuhi tantangan itu. Ia malas masih dikaitkan dengan Danisha yang sudah menjadi istri orang, tapi juga tidak mau ke kondangan sendirian. Jadi, ia nekat meminta pelayannya yang notabene adalah Sydney untuk menemaninya, juga berpura-pura menjadi pasangannya. Sydney, yang patah hati dan sudah lelah menjomblo selama 24 tahun, pun menerima tawaran tersebut. Setidaknya, walau pura-pura, ia bisa merasakan punya pacar dan diperhatikan itu seperti apa. Meskipun itu cuma sementara....

****

Buku ini mengusung tema yang sudah umum dalam setiap buku bertema percintaan. Pura-pura pacaran, pacaran kontrak dan sebagainya yang mirip. Tapi, disini, yang menjadi alasan bukan karena menolak perjodohan, tapi demi menghadiri kondangan. Anantha butuh wanita untuk menemaninya ke pesta pernikahan, jadilah Sydney yang menemaninya. 

Buku ini lucu, romantis dengan caranya (walaupun dalam hal karakter Anantha bukan pria yang romantis), seru, lucu, kadang bikin emosi apalagi kalau sudah berkaitan dengan Rafka dan mulutnya yang nggak punya rem kalau men-judge orang, dan juga enteng. Mengapa enteng? Pembaca tidak digiring pada konflik yang rumit, buku ini hanya bercerita tentang perjalanan cinta Sydney dan juga Anantha. Tapi, perjalanan yang seru dan menyenangkan.

Tidak terlalu banyak kejutan, bahkan hampir tidak ada, secara garis besar sebelum perpisahan Sydeny dan Anantha, alurnya lumayan tertebak. Bab-bab solution-nya nggak terduga akan sesantuy itu, tidak drama, dan selow selow aja. Tapi, ceritanya tetap asik dan seru untuk dinikmati. Bukunya juga page turner, cocok untuk menemani di waktu senggang atau selepas pulang kerja. Bisa jadi bacaan hiburan yang menarik. Walaupun memang pada beberapa bagian, beberapa kesalahan penulisan ditemukan, kadang jadi kayak ketuker dan bingung ini yang ngomong siapa, ini maksudnya apa. But, that's ok, agak mengganggu, tapi tidak membuat kita jadi ingin berhenti membacanya. 

Selasa, 17 Maret 2020

,

Sumber Foto: Koleksi Pribadi
Judul Buku: A List of Cages
Penulis: Robin Roe
Penerbit: Penerbit Spring
Tahun Terbit: 2017
Penerjemah: Yudith Listiandri
Penyunting: RoseMia
Penyelaras Akasara: Mery Riansyah
Ilustrasi dan Sampul: Junweise
Penata Sampul: @teguhra
Cetakan Pertama: Januari 2018
Tebal Buku: 372 hlmn; 20 cm
ISBN: 978-602-6682-12-3

Adam begitu gembira bisa bertemu lagi dengan Julian saat bekerja sebagai pendamping psikolog sekolah. Meskipun duduk diam bukanlah hal yang mudah bagi ADHD-nya, tapi Adam tidak bisa mengeluh.
Awalnya, Julian adalah anak yang seperti yang Adam kenal lima tahun lalu. Julian masih anak yang ramah, masih suka menulis cerita, dan menyukai buku cerita bergambar untuk anak-anak. Namun kemudian, Adam menyadari Julian menyembunyikan sesuatu.
Hanya saja, meskipun Adam berniat untuk membantu, rahasia itu bisa saja membuat mereka kehilangan nyawa….

****
Sebelum mengenal Adam, Julian adalah anak yang bahagia. Keterbatasan yang dimilikinya tak pernah sedikit pun menyurutkan kasih sayang kedua orangtuanya. Ayah Julian sangat sayang dan suka menepuk-nepuk kepalanya sebelum tidur, Ibu Julian adalah seorang penyanyi dengan suara paling indah bagi Julian. Namun, kepergian keduanya yang begitu mendadak membuat Julian terpukul. Ia tidak menyangka, dua orang yang begitu menyayanginya bisa meninggalkannya, tanpa siapa-siapa. Hidup Julian berubah drastis. Ia jadi pendiam dan tidak bergairah melakukan hal apapun termasuk hal yang ia sukai.

Beruntung, kehadiran Adam dan Ibunya yang baik hati kembali menghidupkan Julian. Meski masih dengan rindu dan luka menganga setelah kehilangan, secara perlahan Julian kembali menemukan dunianya. Perlahan ia kembali ceria, dan mulai kembali menulis buku cerita. Adam berperan sebagai kakak laki-laki yang amat penyanyang, Ibu Adam adalah ibu angkat yang begitu perhatian. Namun malang, seolah tak habis penderitaan karena kematian orangtuanya, keluarga baru Julian kembali direnggut dari hidupnya. Kemunculan Russel yang mengaku sebagai paman Julian, sekaligus sebagai orang yang paling berhak mengasuhnya telah mengubah segalanya. Russel membawa Julian pergi dari rumah Adam, mengurungnya di sebuah rumah besar mewah hampir tak berpenghuni dengan sederet peraturan tidak normal juga perlakuan tidak normal lainnya.

Julian harus kembali melalui hari penuh mimpi buruk. Mimpi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Cambukan, makian, dan siksaan demi siksaan harus ia pendam demi mempertahankan hidupnya. Julian kembali menjadi anak yang tidak bersemangat, sulit mengikuti pelajaran, kesulitan dalam memahami banyak hal, termasuk dirinya sendiri. Julian kehilangan dirinya.

****
Sejak BAB pertama, sebagai pembaca, saya sudah menduga bahwa buku ini akan mengarahkan kita kepada isu parenting, yang sudah banyak diperbincangkan dalam buku lainnya, pun dalam beberapa contoh kasus yang melibatkan anak di bawah umur di berbagai media. Hanya saja, ternyata, menonton berita yang sepintas dikabarkan televisi, atau mendengarkan cerita yang beredar di antara orang-orang, tidak sama dengan membaca dan membayangkannya.

Karena, selain sisi parenting, buku ini juga memuat cerita tentang bagaimana kondisi lingkungan, pola asuh, dan kondisi psikologis seorang anak dapat mempengaruhi hidup dan pertumbuhannya. Julian diceritakan sebagai sosok yang memiliki kekurangan dalam sisi akademik dibandingkan anak normal pada umumnya, yang diperparah dengan kesalahan pola asuh, yang berakibat pada Julian yang tidak mengenali dirinya, dan tidak menganggap berarti dirinya sendiri. Orang-orang yang normal adalah hal asing baginya. Bercanda dengan teman sebaya, merupakan hal aneh. Memahami pelajaran yang seharusnya mudah menjadi hal tersulit untuk ia lakukan.

Selain pola asuh, unsur kekerasan, yang juga diikuti oleh kekerasan seksual yang dialaminya membuat ia berubah menjadi sosok anak yang secara fisik pertumbuhannya abnormal, secara psikologis pun demikian.

Buku ini menjadi semacam warning bagi para pembaca, khususnya orangtua/wali agar senantiasa memperhatikan hal sekecil apapun perubahan yang terjadi pada anak-anak atau lingkungan sekitarnya. Ketika ada anak usia remaja pada umumnya senang ber-selfie ria, mulai merasakan cinta monyet pada kakak kelasnya, suka jalan-jalan mencari tempat yang bagus untuk update feed di Instagram, menekuri hobi seperti membaca buku atau berolahraga, dan ada anak lain yang tidak suka melakukan hal-hal di atas, lebih nyaman jika berjalan sendirian, tidak suka ada di kerumunan, kesulitan menemukan teman kelompok belajar di kelasnya – bukan berarti ia mengalami masalah pertumbuhan atau masalah psikologis, tapi bukan berarti juga semuanya baik-baik saja. Perlu ada perhatian lebih, perlu ada pendekatan berbeda, agar kita bisa benar-benar menemukan dan memastikan bahwa segalanya betul-betul baik-baik saja seperti kelihatannya.