Catatan harian yang semakin renta dan tua

Rabu, 26 Desember 2018

,
Judul Buku: Catatan Juang
Penulis: Fiersa Besari
Penerbit: mediakita
Penyunting: Juliagar R. N.
Penyunting Akhir: Agus Wahadayo
Desainer Cover: Budi Setiawan
Lettering: @deanurrizkir
Penata Letak: Didit Sasono
Kategori: Novel Fiksi
Cetakan Pertama: 2017
Cetakan Keempat: 2018
Tebal Buku: iv + 306 hlmn.; 13x19 cm
ISBN: 978-979-794-549-7
Rating: 5 Bintang

Seseorang yang
akan menemani setiap
langkahmu dengan
satu kebaikan kecil
setiap harinya.

tertanda,
Juang

****

Kasuarina atau yang akrab disapa Suar adalah seorang wanita cerdas yang bercita-cita menjadi sineas. Sebagai mantan mahasiswi jurusan DKV, Suar bisa dibilang amat berbakat dalam bidang yang tak hanya menjadi hobi, tapi juga merupakan cita-citanya sejak kecil. Sayang, realitas membuatnya harus mengubur impiannya dalam-dalam dan terjebak menjadi staff asuransi di salah satu bank. Sebenarnya, tidak ada masalah dengan pekerjaan itu. Suar tergolong karyawan teladan dan amat disukai bosnya karena selalu bisa closing melebihi target yang sudah ditentukan. Hanya saja, suatu kejadian mengubah semuanya. Suar jadi jenuh, malas dengan kantor dan pekerjaannya, sering kena marah bos. 

Suatu hari, di perjalanan menuju kantornya, Suar tidak sengaja menemukan sebuah buku bersampul merah. Buku yang sepertinya diari itu terjatuh di angkot yang ditumpangi Suar. Awalnya, Suar berniat membaca buku itu demi menemukan pemiliknya agar bisa mengembalikannya. Tapi ternyata, buku tersebut justru membawa perubahan dalam hidupnya. Buku ini membuatnya mengambil keputusan untuk melangkah

****

Buku ini masih memuat kisah tentang Juang, lelaki yang menjadi tokoh utama dalam buku Konspirasi Alam Semesta yang saya review sebelumnya. Walaupun bukan dalam bentuk fisik, tapi dalam bentuk tulisan dalam jurnalnya, Juang menjadi tokoh dalam bayangan yang begitu hidup, terutama bagi Suar. Terdiri dari empat bagian, buku ini menggambarkan perkembangan karakter Suar serta perubahan-perubahan yang berani ia tempuh dalam hidup setelah membaca buku catatan bersampul merah milik Juang.

Bagian pertama, menceritakan kisah Suar yang lelah dengan pekerjaannya. Berkat buku catatan bersampul merah, Suar berani melangkah. Idealisme, imipian, kisah-kisah di masa kecil yang menggugah, tujuan hidup, bahkan cinta yang Juang tuangkan lewat tulisannya membuat Suar berani untuk menatap masa depan dengan lebih positif, berani untuk kembali melihat cita-cita dan impiannya dan mengejarnya.

Bagian kedua, seperti pada buku Konspirasi Alam Semesta, Juang tidak hanya mengajak Suar untuk mulai maju, melangkah untuk memperbaiki hidupnya, tapi juga untuk lebih memerhatika sekitar. Suar, juga saya selaku pembaca, diajak untuk merenungi fenomena dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bumi Indonesia. Isu nasionalsime diangkat, kepedulian sosial diuji.

Pada bagian ketiga, Suar diuji dengan kegagalan setelah ia berani mengejar impian. Tapi, lagi-lagi, catatan milik Juang membuatnya tidak berkecil hati, bangkit dan melangkah lagi, dengan perhatian terhadap alam sekitar. Ego manusia yang benci dengan kegagalan dan penolakan baik itu dalam hal impian dan cinta seperti diberi pencerahan bahwa itu adalah bagian dalam hidup yang tidak seharusnya dikenang dengan cara yang menyakitkan, tapi untuk dijadikan pelajaran agar menjadi manusia yang lebih baik lagi di masa depan.

Sementara di bagian keempat, konspirasi alam semesta yang berbicara. Bagaimana Suar dipertemukan dengan "Juang yang selama ini ia cari dan kagumi serta telah banyak menginspirasi," juga pada cinta sejati.

Secara keseluruhan, bukunya sangat sangat bagus. Keren malah. Juang, adalah laki-laki yang mengajak manusia-manusia di sekelilignnya untuk senantiasa menebar dan berbagi kebaikan untuk sesama dalam keadaan dan dalam bentuk apa pun. Mungkin saja, Juang adalah spesies manusia langka yang saat ini sudah sulit untuk ditemukan, tapi buku catatan bersampul merah miliknya yang diterbitkan, selalu mampu menebar kasih sayang. 

Selasa, 25 Desember 2018

,
Judul Buku: Bumi Manusia
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: LENTERA DIPANTARA
Desain Sampul: Nadia
Editor: Astuti Ananta Toer
Cetakan 10: September 2005
Cetakan 11: Juni 2006
Cetakan 12: Desember 2006
Cetakan 13: Mei 2008
Cetakan 14: Juni 2009
Cetakan 15: Januari 2010
Cetakan 16: Oktober 2010
Cetakan 17: Januari 2011
ISBN: 979-97312-3-2
Rating: 5 Bintang

Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan raga, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern.

Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban.

Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaiman biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di trmpatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmudan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu .... Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini.

"Kita kalah Ma," bisikku.

"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."

****

Berkisah tentang Minke, pribumi asli bersuku Jawa yang menempuh pendidikan di HBS (Hogere Burgerschool) Surabaya. HBS adalah sekolah menengah umum pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropa atau elit pribumi dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda (credit: wikipedia).

Suatu hari, Minke, diajak oleh teman satu sekolahnya, Robert Suurhof untuk berkunjung ke rumah salah satu pengusaha terkenal di zaman itu, di kediaman Herman Mellema. Disana, ia berkenalan dengan Robert Mellema dan juga Annelies Mellema, putra dan putri Herman Mellema bersama gundiknya yang banyak dikenal dengan sebutan Nyai Ontosoroh. Dan kunjungan yang tak pernah Minke rencanakan itu membawanya pada peristiwa-peristiwa tak terduga.

Sebagai siswa HBS, citra Minke bisa dikatakan cukup baik, walaupun ia dikenal sebagai pribumi tanpa nama keluarga. Hanya saja, status Nyai Ontosoroh sebagai gundik orang Eropa, dan kunjungan-kunjungan lain yang menyusul setelah kunjungan pertama membuat hidupnya menjadi rumit.

Dalam buku ini, saya merasa seperti diajak untuk menengok kondisi masyarakat Hindia Belanda yang mengambil latar kota Surabaya di akhir abad ke-19. Dapat dilihat bawah kelahiran Indonesia modern terjadi di masa ini. Sebagai percontohan, Minke, laki-laki bersuku Jawa yang diperkenalkan pada pendidikan dan budaya Eropa, pengetahuan dan ilmu, hal yang membuatnya mulai berpikir dan bertindak kritis terhadap sekitar, terutama terhadap budaya peninggalan leluhur yang seolah mengekang seseorang untuk selalu tunduk dan sujud pada adab yang sudah diwariskan turun temurun. Dalam buku ini, Minke adalah pria Jawa dengan tingkat kecerdasan dan pola pikir orang Eropa.

Selain itu, buku ini juga memaparkan kondisi perlindungan dan penegakan hukum yang diaplikasikan di Hindia Belanda pada zaman itu. Orang-orang pribumi mungkin memang kelihatannya dilindungi haknya, terutama dari kepemimpinan raja-raja terdahulu, hanya saja hak-hak yang dilindungi itu tidak lebih tinggi kedudukannya dari kepentingan orang Eropa. Seperti pembagian warisan Herman Mellema setelah ia wafat, hak asuh terhadap anak yang diakuinya, hingga status Minke dan Annelies. Hal yang membuat saya miris dan membayangkan betapa 'kejamnya' hukum pada saat itu.

Buku ini juga memuat kisah romansa dengan Minke sebagai tokoh utamanya juga, roman yang menyedihkan. kisah yang menjadi penutup buku ini dan membuat saya penasaran setengah mati untuk membaca buku keduanya. Padahal, awal-awal membaca, saya sedikit merasa bahwa buku ini masuk kategori 'berat' tapi ternyata tidak, pelan-pelan malah saya terbiasa dengan gaya menulis Pram dan menikmatinya.

Senin, 24 Desember 2018

,
Judul Buku: Konspirasi Alam Semesta 
Penulis: Fiersa Besari
Penerbit: mediakita
Penyunting: Juliagar R. N.
Penyunting Akhir: Agus Wahadyo
Desainer Cover: Budi Setiawan
Penata Letak: Didit Sasono
Cetakan Pertama: 2017
Cetakan Ketiga: 2017
Tebal Buku: vi + 238 hlmn.; 13x19 cm
ISBN: 978-979-794-535-0
Rating: 5 Bintang

Seperti apakah warna cinta? Apakah
merah muda mewakili rekahannya,
ataukah kelabu mewakili pecahannya?

****

Juang Astrajingga, seorang pria dengan latar belakang hidup yang rumit, oleh semesta dipertemukan dengan Ana Tidae, wanita cerdas dengan kehidupan yang juga tidak sederhana. Pertemuan pertama mereka yang terjadi bak sebuah adegan dalam sinetron, membawa keduanya pada petualangan cinta yang mampu menjungkirbalikkan dunia mereka hampir tanpa aba-aba. Juang tidak bisa menolak pesona Ana, tidak bisa menyangkal rasa bahwa ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Sementara Ana, meski berkeras bahwa status mereka hanya teman semata, tidak bisa menghalau cinta yang selalu datang tanpa terencana. Masalahnya; Ana sudah ada yang punya, Deri namanya.

Petualangan cinta Juang yang pertama bersama Ana pun dimulai. Ia harus bertahan bersama gadis itu, terus mencintainya, dengan status yang tidak pernah diberi gelar pasti. Akankah Juang berhasil mengukuhkan Ana sebagai hanya miliknya seutuhnya?

****

Meski saya adalah salah satu dari sekian banyak followers Instagram maupun Twitter Bang Fiersa, jujur saja, Konspirasi Alam Semesta menjadi buku pertamanya yang saya baca. Awalnya, berpikir bahwa buku ini murni hanya membahas soal cinta antara Juang dan Ana yang terhalang orang ketiga, ternyata tidak. Buku ini memuat cerita yang kompleks namun tidak rumit untuk dipahami, menghanyutkan untuk diikuti, kadang membuat saya terbawa perasaan, terutama ketika membaca pesan-pesan Juang untuk Ana ketika ia berada di Papua, pesan-pesan yang sarat makna dan cerita. Bahwa betapa kepada Analah, Juang ingin membagi kepingan-kepingan perjalanan dalam hidupnya. Ini adalah bagian yang paling saya suka dari buku ini. Saya adalah tipe pencerita, kalau dibahasa sehari-harikan sebut saja "bawel" dan saya juga suka mendengarkan orang bercerita. Terutama tentang perjalanan hidup, hal-hal yang pernah dialami, kisah-kisah seru di masa lalu - terlebih itu dari orang yang saya cintai. Posisi Ana, sebagai satu-satunya wanita yang diceritai Juang saat ia berjuang di Timur Indonesia membuat buku ini makin istimewa - walau mungkin rasa istimewanya hanya saya saja yang merasakannya. Muatan puisi, lagu, pesan-pesan, surat, isi hati Juang maupun Ana menjadi pemanis yang begitu indah dan romantis bagi saya.

Selain tentang cinta, buku ini juga mengangkat isu kesenjangan sosial yang menurut saya pribadi, hingga saat ini masih menjadi problem nyata Indonesia yang masih kurang mendapat perhatian baik oleh pemerintahnya, maupun oleh masyarakat luas pada umumnya. Penulis mengangkat cerita tentang Papua, negeri yang kaya dengan hasil emasnya namun menjadi etnik paling miskin di tanahnya sendiri. Negeri yang seharusnya mampu membeli apa saja jika melihat keberadaan salah satu perusahaan industri terbesar di sana, namun untuk mendapatkan pendidikan yang memadai dan merata saja hampir tidak bisa. Buku ini tidak hanya akan memanjakan kita dengan kisah cinta yang mendebarkan, penuh bunga cinta, nggak cuma bikin baper-baper manja, tapi secara tersirat mengajak pembaca untuk membuka mata lebih lebar, pikiran lebih terbuka, untuk senantiasa bersyukur akan apa yang kita punya, untuk bersama-sama belajar menaruh perhatian pada saudara-saudara sebangsa kita.

Buku ini bisa dikatakan memiliki akhir bahagia, bisa juga dikatakan tidak. Kenapa begitu? Karena kalau dinilai dari sisi ceritanya, alurnya, kehidupan tokoh-tokoh di dalamnya, apa saja yang telah mereka lalui, lakukan lalu dapatkan, kisah Juang Astrajingga sebenarnya memiliki kahir bahagia. Tapi, kalau dinilai dari sisi ego pembaca seperti saya yang benci dengan duka di akhir cerita - bagaimana pun proses duka itu dihantarkan, buku ini sama sekali tidak memiliki akhir bahagia. Walau demikian, saya suka dan senang sudah membaca buku ini. Terima kasih untuk Bang Fiersa, yang sudah menyuguhkan karya sebaik ini bagi para pembaca Indonesia :)

Rabu, 26 September 2018

,
Judul Buku: City of Thieves - Kota Para Pencuri
Penulis: David Benioff
Penerbit: UFUK PRESS
Hak Terjemahan Bahasa Indonesia: PT. Ufuk Publishing House
Pewajah Sampul: Arie Hadianto
Tata Letak Isi: Ufukreatif Design
Penerjemah: Meda Satrio
Penyunting: Helena Theresia
Proofreader: Karla Karmila
Cetakan I: Agustus 2010
ISBN: 978-602-8801-32-4
Rating: 4 Bintang

Lev Beniov, seorang bujangan bertubuh kecil, cerdas, dan selalu gelisah, ditahan atas tuduhan penjarahan. Dia dijebloskan ke sel yang sama dengan Kolya, seorang prajurit tampan yang dituduh melarikan diri dari tugas. Alih-alih dieksekusi, Lev dan Kolya justru diberi tantangan untuk menyelamatkan diri. Syaratnya sungguh konyol, tapi taruhannya nyawa: mereka harus mengamankan selusin telur untuk seorang kolonel yang berkuasa.

Dalam menghadapi penderitaan yang tak terperikan, Lev dan Kolya menjawab tantangan itu di tengah-tengah kondisi Kota Leningrad yang tak kenal hukum. Apakah Lev dan Kolya berhasil menjalankan misinya? Akankah mereka bisa selamat dari ancaman eksekusi mati?

Ini novel yang inspiratif dan lucu, mendebarkan dan menakutkan. 
City of Thieves adalah sebuah petualangan yang menghanyutkan.

****


Suatu malam, saat tengah berjaga bersama teman-teman seapartemennya di tengah perang yang masih berekcamuk dan Peter yang hampir porak poranda, Lev, seorang remaja berusia tiga belas tahun tidak sengaja melihat pasukan terjun payung milik Jerman jatuh di tengah kota. Tentara tersebut diperkirakan mati kedinginan. Tanpa pikir panjang, bersama Vika dan si kembar Antokolsky, Lev mengejar dan mengambil apa saja yang bisa berguna dari tubuh mati tentara tersebut. Penjarahan di tengah perang sudah menjadi hal umum, biasa dan banyak dilakukan. Apalagi jika itu menjarah barang milik NAZI, asal tidak ketahuan tentara Rusia. Sayangnya, malam itu, malam di mana seharusnya Vika yang tertangkap, dengan bodohnya Lev justru menyelamatkan sahabat seapartemennya itu dan mengumpankan dirinya untuk menggantikan Vika di tahanan. Dan menjadi tahanan, berarti siap menghadapi kematian.

Belum berselang lama ketika ia ditahan, Lev kedatangan teman satu sel. Pria tampan berstatus mahasiswa, yang juga merupakan anggota Pasukan Merah yang ditahan dengan tuduhan menjadi seorang desertir. Lev tidak menyukainya, meski sepertinya ia adalah orang yang ramah. Lelaki itu mengajak Lev bicara begitu petugas meninggalkan mereka berdua.

Entah harus bersyukur atau tidak, keesokan harinya, Lev dan Kolya tidak dieksekusi mati seperti yang banyak terjadi pada tahanan di masa perang. Mereka dipertemukan dengan Sang Kolonel yang memiliki seorang putri yang amat cantik. Sang putri akan menikah dan menuruti adat pernikahan Rusia, mereka ingin punya keik. Tapi, di tengah perang dengan badai salju dab banyaknya warga kelapran dimana-mana, mencari telur hampir bisa dikatakan sebagai misi mustahil. Dan, Lev juga Kolya mendapat kehormatan untuk menunaikan misi itu. Berbekal sepucuk surat perintah, berdua, mereka menjelajahi badai salju dan ancaman bertemu NAZI lalu mati kapan saja, demi satu lusin telur ayam.

Kalau dengar misinya, mungkin pembaca akan geleng-geleng kepala. Masa misinya mencari telur ayam? Tapi perjalanan Lev dan Kolya betul-betul perjalanan yang menegangkan dan mengasyikkan untuk diikuti. Lev, yang sejak awal bertemu sudah tidak menyukai sikap Kolya, harus bertahan dengan pemuda itu minimal sampai hari Kamis demi menunaikan misi tidak mungkin yang menggelikan. Tapi, berbeda dengan Lev, Kolya justru seperti menikmati perjalanan itu. Laki-laki itu tidak pernah mengeluh, selalu tersenyum, masih banyak bicara dan selalu membantu Lev tiap kali ia dalam kesusahan. Kolya bahkan menyelamatkan nyawa Lev saat ia hampir menjadi daging potong sepasang tukang jagal merangkap kanibal. Dan sifat juga karakter Kolya ini bener-bener bikin saya jatuh cinta. Ia tenang dan tidak terbebani bahkan meski nyawa mereka ada di ujung moncong senjata milik Jerman.

Buku ini mengambil setting tahun 1943 saat meletusnya Perang Dunia II yang terjadi antara Jerman dan Leningrad. Adolf Hitler menjadi tokoh yang sangat dikenal dalam perang ini walau memang sosoknya tidak dimunculkan Banyak kengerian perang yang diceritakan disini, beberapa membuat ngilu jika dibayangkan. Jangankan untuk sepotong baju bersih, sehelai roti untuk dimakan saja sudah merupakan harta yang tidak ternilai harganya. Sepatu boot dan topi menjadi rebutan demi menghalau dingin. Dinding-dinding kayu, perabot yang terbuat dari kayu, banyak yang dicopot untuk membuat kayu bakar. Tapi, petualangan Lev dan Kolya menjadi bagian yang akan selalu dinanti-nantikan.

Tapiii.... endingnya menyebalkan haha. Sebenarnya sih kalau menyadari sejak awal, udah bisa ditebak apa yang akan terjadi. Cuma karena saya terlalu penasaran sama telur satu lusinnya, saya jadi nggak sadar. Endingnya masuk akal, tapi nyebelin haha

Minggu, 16 September 2018

,
Judul Buku: A Place  You Belong
Penulis: Nico Macchi
Penerbit: Jendela O’Publishing House
Cetakan Pertama: 2016
Penyunting Naskah: Deasy Serviana
Penyelaras Aksara: Refa Annisa
Perancang Sampul: eSLC Project
Penata Letak: eSLC Project
Tebal Buku: viii+141 hlmn., 13x19 cm
Rating: 3 Bintang

Pustakawan itu pekerjaan mulia, kan?


Penjaga ilmu pengetahuan, pengelola jendela dunia.
Garda terdepan untuk meningkatkan minat baca anak bangsa.
Tak ada yang salah dengan menjadi pustakawan.
Kurang bergengsi? Penghasilan tak seberapa?
Hidup bukan hanya tentang status dan uang!
Tapi….
Kehidupan pascawisuda tidak semulus teori ideal di bangku kuliah.
Ada kebutuhan hidup di balik deretan buku-buku.
Ada tuntutan pertemanan dalam lingkaran sosial sesama pustakwan.
Dan ada ujian untuk memilih antara integritas  profesi atau menyelamatkan orang yang disayangi.

Ketika berpegangan pada tali idealisme terasa semakin sulit, haruskah Helia melepasnya dan membiarkan diri terjatuh ke dalam jurang realitas?
****
Sebelum memulai review-nya saya mau curhat sedikit dulu. Jadi, beberapa waktu lalu cuti, family visit tiap lima bulan yang bisa dimanfaatkan buat liburan. Buat saya yang kuper ini, liburan berarti kencan dengan buku-buku yang sudah menumpuk di lemari. Hari pertama saya di rumah, buku ini menjadi pilihan sebagai pacar pertama saya. Maklum, masih banyak buku hadiah yang seharusnya dibikinkan review tapi belum sempat, udah mandek sekitar dua tahun lebih.

Buku ini adalah jenis buku yang baik lewat cover maupun blurb sangat eye catching. Sampul cokelat susunya yang manis, bikin buku ini nggak akan luput dari pandangan kalau dipajang di toko buku. Deretan buku-buku dan ilustrasi orang membaca di cover depan membuat pembaca bisa menebak bahwa buku ini akan membahas tentang hal yang berkaitan dengan buku. Blurb-nya juga bisa menjelaskan sedikit. Tapi, buku ini nggak hanya terbatas pada pembahasan tentang buku, hobi membaca dan manfaatnya dalam kehidupan kita. Buku ini lebih menekankan pada profesi yang terkait dengan dunia literasi dan storytelling; yakni Pustakawan dan Pendongeng.

Pustakawan adalah profesi yang kemungkinan besar belum banyak diketahui orang. Sering memang kita ketemu sama penjaga perpustakaan, tapi sejujurnya saya pribadi baru tahu bahwa kalau mau jadi pustakawan  profesional itu nggak cuma asal aja. Ada sekolahnya, ada ilmu dan bidang keilmuannya tersendiri. Selanjutnya, Pendongeng. Membacakan dongeng adalah hal yang lumrah kita temui, terutama di kalangan orang tua. Kegiatan mendongeng adalah hal yang lazim dilakukan, sebagai teman tidur bagi anak-anak. Bercerita, sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia sejak zaman dulu. Baik itu berupa dongeng dari buku-buku yang pernah dibaca, ataupun dari legenda nenek moyang yang diwariskan turun temurun.

Menurut saya pribadi, ide untuk mempertemukan profesi pustakawan dan pendongeng itu amat brilian. Mengapa? Keduanya adalah profesi yang memiliki tujuan searah; meningkatkan minat baca anak bangsa. Dan ini yang bikin buku ini jadi menarik. Tapi, karena bukunya terlalu tipis, terkesan ringkas, bukunya jadi terasa kurang. Di bagian blurb memang membahas pustakawan, tapi, kehadiran Satriacarita yang mendominasi lembaran buku ini, sementara kisah Helia sebagai pustakawan yang hanya berupa bentuk ingatan atau flashback membuat porsi pustakawan jadi sedikit dibahas disini. Lebih banyak ke mendongeng, teknik mendongeng, dan cara untuk menjadi pendongeng yang baik. Sementara, penjabaran untuk apa saja tugas pustakawan, apa saja yang menjadi tanggung jawab seorang pustakawan jadi terasa samar dan kurang porsi. Saya sendiri sebenarnya tidak terganggu karena mendongeng adalah kegiatan favorit saya. Saya adalah anak yang dibentuk dan dididik lewat cerita-cerita. Meski nggak semahir pendongeng professional, orangtua saya gemar membacakan cerita sejak saya masih kecil. Jadi, ketika menemukan karakter Akhyar yang berprofesi sebagai pendongeng, rasanya asyik asyik saja. Cuma, karena titik berat disini yang dibahas adalah Pustakawan, porsinya yang kurang bikin bukunya berasa timpang walau memang masih menarik untuk terus dibaca.

Pustakawan adalah profesi yang mulia. Dan, akan lebih menarik lagi kalau pembahasan tentangnya bisa lebih diperdalam. Selain membahas profesi, karena buku ini berbentuk novel, kita juga akan menemukan bumbu kisah cintanya. Kisah yang manis dan nggak neko neko kalau menurutku. Cukup sukses untuk bikin saya baper maksimal dan gregetan tengah malam saking gemas bacanya. 

Ada satu kutipan yang sangat saya suka dari buku ini;

“Satriacita terbentuk karena adanya orang-orang dewasa yang khawatir pada anak-anak sekarang, khususnya anak-anak usia dini. Globalisasi telah mencekoki mereka dengan asupan-asupan yang tidak tepat; kartun penuh kekerasan, lagu cinta-cintaan, sinetron yang tidak mendidik. Belum lagi perkembangan teknologi yang begitu pesat.”
“Anak-anak usia dini perlu mengembangkan kemampuan motorik, berbahasa, social, kognitif, berimajinasi, juga menumbuhkan nilai-nilai moral. Untuk bisa mengembangkan semuanya secara positif, tentu diperlukan asupan yang positif pula. Sementara teknologi dan hiburan-hiburan buruk yang saya sebut tadi, selain tidak menunjang seluruh aspek perkembangan itu, juga menanamkan bibit-bibit negatif. Akibatnya, anak akan tumbuh dengan perkembangan yang kurang sempurna. Timpang, tidak matang. Dan itu bisa berbuntut fatal pada masa remaja dan dewasanya.”
“Cerita terbukti memiliki banyak manfaat dalam perkembangan anak, terutama untuk kemampuan berbahasa, berimajinasi dan menumbuhkan nilai-nilai moral."
Saya sangat setuju dengan kutipan di atas ini. Tentu saja tidak semua yang diberikan teknologi dan televisi ataupun media hiburan lain berdampak negatif, namun buku ini mengajak pembaca untuk melakukan pendampingan terutama kepada anak-anak agar bisa menyaring apa yang mereka terima dari luar dengan bijaksana.  Buku ini sangat saya rekomendasikan bagi seluruh pembaca Indonesia.

Selasa, 17 Juli 2018

,
Judul Buku: Matahari
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juli, 2016
Cover Oleh: Orkha Creative
Tebal Buku: 400 hlmn; 20 cm
ISBN 978-602-03-3211-6
Rating: 4 Bintang

Namanya Ali, 15 tahun, kelas X. Jika saja orangtuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doktor di universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya.

Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir.

Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan. 

Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.

****

Begitu menyelesaikan petualangan di Klan Matahari, Raib, Ali, dan Seli pun kembali ke Bumi. Namun, berbeda dengan Raib dan Seli yang bisa menikmati hari-hari mereka sebagai siswa biasa kembali, Ali justru menyimpan rasa penasaran dan keinginan kuat untuk menemukan Klan Bintang, negeri paralel lainnya yang sudah sejak lama tidak didengar kabarnya. 

Berbekal kecerdasan dan kemampuannya, Ali pun melakukan penelitian dan menemukan titik terang di mana Klan Bintang berada. Menurut hipotesa Ali, Klan Bintang berada di perut bumi. Untuk itu, ia menciptakan kapsul terbang canggih yang dapat mereka; Ali, Seli dan Raib gunakan untuk menyusuri lorong-lorong kuno demi mencapai Klan Bintang. 

Dugaan Ali benar. Mereka memang berhasil menemukan Klan Bintang dengan kemajuan teknologi yang teramat canggih. Namun, keadaan di sana tidak seperti yang diharapkan. Bukan hanya berpetualang demi memenuhi rasa ingin tahu, mereka justru diserang tentaran Pasukan Bintang dan dikurung di penjara kota Zaramaraz. Pemilik kekuatan tidak disambut dengan baik, bahkan dilarang di Klan Bintang.

Ini adalah buku ketiga dari seri Bumi. Setelah membaca buku pertamanya Bumi dan buku keduanya Bulan, rasanya emang nggak akan lengkap kalau nggak baca buku ini. Petualangan tiga remaja tanggung; Seli, Raib dan Ali adalah hal menarik untuk diikuti. Menurut saya pribadi, buku ini memiliki petualangan paling seru. Alasannya, tantangan yang harus dilewati Raib, Ali dan Seli agak sedikit berbeda dari tantangan yang ada pada buku-buku sebelumnya. Jika sebelumnya mereka dihadapkan pada kekuatan dan serangan-serangan dari para pemilik kekuatan, di Klan Bintang, kekuatan mereka justru bertarung melawan teknologi yang sudah amat maju. Di Klan Bintang, pukulan berdentum Raib seolah tidak berguna. Listrik milik Seli bisa dengan mudah dilumpuhkan, tameng transparan bisa ditembus tanpa kesulitan. Dan juga, kehadiran mereka tidak diinginkan di sana.

Para pemilik kekuatan di Klan Bintang sebagian besar mendekam di penjara kota Zaramaraz. Mereka tidak diizinkan untuk menggunakan kekuatan apa pun, dalam skala sekecila apa pun. Kekuatan adalah terlarang. Peraturan dijalankan secara semena-mena, sesuai keinginan Sekretaris Dewan Kota, tanpa bisa dibantah. Poin yang membuat buku ini jadi makin seru. Apalagi, usaha-usaha yang harus digunakan Ali, Seli dan Raib demi bisa kembali ke Bumi. Agak sedikit berbeda feel-nya. Dan, saya suka. Setelah baca buku ini, dijamin, pasti penasaran baca seri keempatnya; Bintang.

Sabtu, 14 Juli 2018

,
Sumber Gambar
Judul: Tomorrow with You
Director: Yoo Je Won
Penulis: Heo Sung Hye
Stasiun Televisi: tvN
Jumlah Episode: 16
Tanggal Rilis: 3 Februari s/d 25 Maret 2017
Bahasa: Korea
Negara: Korea Selatan

Lee Je Hoon as Yoo So Joon
Sumber Gambar

Shin Min Ah as Song Ma Rin
Sumber Gambar

Baek Hyun Jin as Kim Young Jin
Sumber Gambar

Jo Han Chul as Doo Sik
Sumber Gambar

Kang Ki Dong as Kang Ki Dong
Sumber Gambar

Setelah kecelakaan kereta menuju Nampyeon yang menyebabkan kematian kedua orangtuanya, Yoo So Joon, secara tak terduga tiba-tiba saja bisa menjelajah waktu. Kecelakaan yang memakan banyak korban itu mengubah hidup dan cara hidupnya. Ia menjadi time traveller yang secara ajaib mendadak kaya, menjadi pengusaha besar dan muda di bidang real estate. Suatu hari, ketika menejelajah waktu ke tahun 2019 pada tanggal 25 Mei, ia secara tak terduga pula menyaksikan kematiannya sendiri. Kecelakaan lalu lintas yang menewaskan dirinya bersama seorang gadis.

Mengikuti saran dari seorang time traveller lain yang selama ini sudah membantunya, Yoo So Joon pun mencari gadis itu. Ia harus mencari tahu penyebab kematiannya, kenapa ia harus mati secepat itu, dan kenapa ia mati di hari yang sama bersama si gadis. Dan ternyata, gadis itu adalah Song Ma Rin yang lebih banyak dikenal dengan nama Bap Soon. Song Ma Rin adalah mantan aktris cilik yang tidak sukses di masa dewasanya dan banyak mendapat gunjingan dari orang-orang.

Sementara itu, Song Ma Rin, justru merasa dikuntit ketika secara tiba-tiba ada pria tampan, sukses, dan kaya. menghampirinya dan mengajaknya minum kopi. Suatu anugerah sebenarnya, karena reputasinya yang jelek dan buruk di mata publik bisa membuatnya tiba-tiba ditaksir pria kaya. Tapi, yang lebih mengejutkan lagi adalah, pria itu, Yoo So Joon tidak hanya berniat mengenalnya tapi juga ingin menikahinya.

Yang Ma Rin tidak tahu adalah So Joon sedang berusaha mengubah takdir mereka berdua.

****

Drama ini mengusung tema yang sudah tidak asing, banyak ditemukan dalam film ataupun novel tapi tetap tidak membosankan dan selalu menuai rasa penasaran. Tapi, jujur saja, awalnya saya sempat kurang menikmati, karena nggak mengerti materi apa yang hendak disampaikan.

Jadi, Yoo Jun yang jalan-jalan ke "dunia lain" (masa depan) secara tidak sengaja melihat adegan kematiannya bersama seorang gadis tidak dikenal. Mengikuti saran dari seorang teman yang time traveller juga, ia akhirnya mencari si gadis yang ternyata adalah Bap Soon, salah satu aktris cilik Korea Selatan yang sayangnya kurang beruntung di masa dewasanya. Song Ma Rin, nama asli gadis itu, hanyalah seorang fotografer biasa yang tidak dikenal oleh karyanya, melainkan oleh masa lalunya sebagai Bap Soon.

Alur drama ini bikin otak saya agak belibet biar bisa mengerti. Dan cukup lama waktu yang dibutuhkan buat bisa mengerti, tapi karena kenggangmengertian itu saya bertahan buat nonton, karena merasa pasti ada sesuatu yang menarik. Benar saja, di pertengahan saya mulai suka, apalagi ketika memasuki masa-masa pernikahan So Joon dan Ma Rin. Dedek baper astagaa haha. Agak susah sebenarnya buat menjelaskan, tapi bagi yang penasaran, aku rekomen drama ini. Buat pencinta cerita fantasi, drama ini bagus banget. Salah satu pesan yang melekat banget adalah tentang menghargai masa sekarang, saat ini, apa yang kita miliki. Karena masa lalu udah telanjut terjadi dan masa depan adalah hal yang masih misteri, kita hanya punya saat ini, hanya punya orang-orang yang ada di hidup kita kini. Menghargainya selagi masih ada adalah hal yang paling benar untuk dilakukan, dan mengintip masa depan hanya akan membuat kita kelelahan.

Segala sesuatu memang akan terasa indah bila terjadi seperti yang kita inginkan. Tapi, keindahannya sebenarnya hanya sebatas dalam alam pikiran. Skenario Tuhan adalah yang terbaik. Memilih di antara alternatif pilihan yang Dia sodorkan, adalah cara terbaik dalam menjalani kehidupan.

Rabu, 02 Mei 2018

,
Sumber Gambar
Judul Buku: 86
Penulis: Okky Madasari
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Maret, 2011
Tebal Buku: 256 hlmn; 20 cm
ISBN: 978-979-22-6769-3
Rating:

Apa yang bisa dibanggakan dari pegawai rendahan di pengadilan? Gaji bulanan, baju seragam, atau uang pensiunan?

Arimbi, juru ketik di pengadilan negeri, menjadi sumber bagi kebanggaan orangtua dan orang-orang di desanya. Generasi dari keluarga petani yang bisa menjadi pegawai negeri. Bekerja memakai seragam setiap hari, setiap bulan mendapat gaji, dan mendapat uang pensiun saat tua nanti.

Arimbi juga menjadi tumpuan harapan, tempat banyak orang menitipkan pesan dan keinginan. Bagi mereka, tak ada yang tak bisa dilakukan oleh pegawai pengadilan.

Dari pegawai lugu yang tak banyak tahu, Arimbi ikut menjadi bagian orang-orang yang tak lagi punya malu. Tak ada yang tak benar kalau sudah dilakukan banyak orang. Tak ada lagi yang harus ditakutkan kalau semua orang sudah menganggap sebagai kewajaran.

Pokoknya, 86!

****
Yang pertama terlintas dalam kepala saya ketika membaca buku ini adalah impian para petani terhadap anak-anaknya apabila telah besar nanti. Harapan seorang Ayah dan seorang Ibu yang mengingingkan kehidupan dan pekerjaan yang lebih menjamin bagi penerusnya. Di kampung saya, dulu - entah sekarang masih atau tidak, menjadi pegawai negeri adalah atau minimal bekerja di instansi milik pemerintahan adalah impian setiap orangtua yang mayoritasnya adalah petani. Bayangan menerima gaji setiap bulan dan mendapat jaminan di hari tua menjadi kebangaan tersendiri. Itu juga yang dialami Arimbi. Sayangnya, menjadi juru ketik di pengadilan tidak mampu memberikan jaminan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Suatu hari, Arimbi mendapat permintaan untuk mengetik putusan sidang oleh seorang pengacara. Padahal, sidangnya baru berlangsung beberapa lama, bahkan ada banyak tumpukan putusan sidang yang sudah memasuki hitungan tahun belum diketik juga. Namun, ternyata hal seperti itu bisa terjadi. Ada putusan yang bisa cepat keluar bahkan jika sidangnya baru saja selesai dilangsungkan, ada yang belum bisa diketik meski sudah bertahun-tahun putusannya dikeluarkan. 86! Inilah yang memudahkan semuanya.

Jujur saja, istilah 86 ini baru saya ketahui setelah membaca buku ini. Bahwa kita sudah tahu sama tahu, paham sama paham, asal ada uang. Segalanya bisa berjalan mulus dengan bantuan dan performa uang. Dan, hal ini menjadi sesuatu yang baru bagi Arimbi, tapi ternyata banyak memberinya kemudahan. Dengan 86 segala masalah mampu terselesaikan, salah satunya adalah mencukupi kebutuhan Arimbi. Arimbi mencicipi pun dunia baru. Berdua suaminya, Ananta, mereka melakukan praktik yang memudahkan mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka berdua.

****

Buku ini adalah buku yang blak-blakan membahas praktik korup yang banyak terjadi di Indonesia. Dimulai dari lingkup pengadilan negeri, penulis memaparkan secara gamblang dan jelas hal-hal yang dapat dipermudah jalannya dengan bantuan uang. Mulai dari ketikkan putusan sidang, hingga putusan apa yang akan keluar setelah sebuah sidang digelar. Sogok menyogok, praktik suap, dibeberkan sebagai sesuatu yang mampu membeli hukum dan keadilan.

Selanjutnya, meski dilakukan tindakan terhadap suatu kejahatan atau pelanggaran hukum yang dilakukan, penulis kembali membeberkan bahwa tidak hanya di pengadilan, di dalam jeruji besi pun praktik ini masih tetap berlangsung. Mulai dari kamar sel mewah bak hotel yang bisa didapatkan asal banyak uang, hingga pengedaran narkoba yang justru menjadi paling aman ketika dilakukan di dalam tahanan. Pokoknya, 86!

Sebagai seorang pembaca yang tidak banyak paham atau mengikuti perkembangan berita dengan kasus seperti ini, saya jujur saja jadi prihatin. Buku ini seolah televisi yang menyajikan secara nyata kejahatan dan praktik-praktik melanggar hukum yang ternyata juga banyak mendapat sokongan dari pihak-pihak yang semestinya menjadi penegak hukum itu sendiri. Buku ini seolah mengatakan bahwa di Indonesia apa saja bisa dibeli dengan uang, termasuk harga diri dan kehormatan. Uang mampu memperbudak siapa saja, bahkan mereka-mereka yang paling dipercaya.

Buku ini wajib dibaca siapa saja, terutama para anak muda. Tidak hanya menjadi gambaran fakta, buku ini juga bisa menjadi sebentuk nasehat bagi kita semua bahwa keserakahan, apapun alasannya, dapat menjerumuskan kita.

Selasa, 01 Mei 2018

,
Sumber Gambar
Judul: Strong Woman Do Bong Soon
Genre: Fantasy, Thriller, Action, Romantic Comedy
Ditulis Oleh: Baek Mi-kyung
Negara: Korea Selatan
Bahasa: Korea
Jumlah Episode: 16
Eksekutif Produser: Song Won-sub, Park In-sun
Produser: Park Jun-seo, Lee Jin-suk, Park Ji-an, Ra Sung-shik
Sinematografi: Moon Se-hong, Lee Min-jin
Editor: Oh Dong-hee
Rumah Produksi: Drama House, JS Pictures
Stasiun TV: JTBC
Rilis: 24 Februari - 15 April 2017
Pemeran:

Park Bo Young as Do Bong Soon
Sumber Gambar

Park Hyung Shik as Ahn Min Hyuk
Sumber Gambar

Ji Soo as In Guk Doo
Sumber Gambar

Strong Woman Do Bong Soon adalah drama yang menceritakan tentang seorang gadis bernama Do Bong Soon yang memiliki kekuatan khusus/kekuatan super. Kekuatan ini sudah diturunkan oleh nenek moyangnya sejak dulu pada setiap putri atau anak perempuan di keluarga mereka. Bong Soon, dalam hal ini adalah penerus dari ibunya yang telah kehilangan kekuatan supernya karena mempergunakannya untuk hal yang tidak baik.

Suatu hari, Do Bong Soon tidak sengaja melihat adegan kekerasan yang dilakukan oleh anggota geng/preman terhadap sopir bus sekolah. Mengikuti naluri dan kekuatan yang dimiliki, Bong Soon yang berniat menolong sang sopir berakhir menghajar para preman tersebut hingga cedera parah. Namun, pertempuran itu tidak terjadi secara rahasia. Ada saksi yang  melihat langsung aksi Bong Soon, wanita mungil dengan kekuatan luar biasa yang mampu menghajar para preman habis-habisan dengan tangan kosong.

Ahn Min Hyuk tidak akan percaya jika bukan mata kepalanya sendiri yang menyaksikan kehebatan Do Bong Soon. Ia yang merupakan presdir sekaligus pemilik perusahaan game terkenal Ainsoft dan sedang diteror oleh haters pun saat itu kebetulan sedang mencari pengawal pribadi yang bisa melindunginya dari serangan-serangan tidak terduga. Ia pun langsung menargetkan dan meminta sekretaris pribadinya untuk merekrut Do Boong Soon.

Bukan termasuk dalam jajaran orang pintar di sekolah, Bong Soon sangat sulit mendapat pekerjaan. Berbanding terbalik dengan Do Bong Ki, adik kembarnya yang telah sukses menjadi dokter spesialis ortopedi. Karena kebutuhan akan pekerjaan juga bonus yang ditawarkan, Bong Soon pun menerima tawaran untuk menjadi pengawal pribadi presdir Ahn Min Hyuk.

****

Sebenarnya, saya nonton drama ini itu nggak sengaja. Waktu itu saya niatnya mau nonton drama Tomorrow with You yang dibintangi Shin Min Ah. Tapi, ternyata, di dalam folder drama tersebut di komputer, ada episode pertama drama Strong Woman Do Bong Soon yang terselip dan telanjur ditonton dan ternyata asyik dan seru dan ternyata langsung bikin nagih. Akhirnya saya memutuskan untuk menontonnya hingga tuntas. Padahal, waktu drama ini tayang di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia, saya sama sekali nggak tertarik buat nonton. Cuma lewat begitu aja tanpa pernah saya coba nikmati dan pahami ceritanya. Bahkan, meski drama ini masuk dalam jajaran drama Korea wajib tonton nomor 1 di salah satu blog rekomendasi drama Korea, saya sama sekali nggak minat. Karena ide ceritanya sama sekali nggak bikin saya tertarik. Eh ternyata malah suka banget bahkan sejak episode 1-nya. Don't judge the book by its cover benar-benar terbukti ternyata :v

Ide cerita, drama ini nggak masuk akal. Masa iya ada cewek pendek, kecil, mungil, kurus banget bisa punya kekuatan super. Dimana-mana kalau ada cerita dengan ide superhero seperti ini minimal pasti laki-laki dengan tubuh kekar dan berotot. Bahkan di Spiderman aja Peter Parker yang cungkring berubah jadi cowok dengan tubuh macho. Tapi, justru karena ide yang nggak masuk akal inilah dramanya bisa asyik banget untuk dinikmati.

Kemudian, yang namanya drama Korea, pasti ada bumbu romansanya. Bisa ditebak antara siapa dan siapa, tapi yang jadi pembeda adalah Ahn Min Hyuk adalah keturunan bangsawan yang berhasil mendirikan perusahaan sendiri dan sama sekali tidak memiliki aura atau pesona presiden direktur pada umumnya yang dimiliki beberapa drama Korea lainnya. Ahn Min Hyuk adalah Oppa lebay nan alay yang juga narsisnya ampun-ampunan. Tapi, karena pasangannya Bong Soon yang imut dan menggemaskan, perpaduan mereka jadi lucu dan manis banget. Sebenarnya karakternya sesuai sih sama ide cerita Min Hyuk yang merupakan gamer sekaligus pemilik perusahaan game terkenal. Orangnya nyeleneh dan seolah nggak bisa serius karena hobinya main terus.

Selanjutnya, seperti yang kita tahu, drama Korea biasanya memfokuskan ide cerita pada sesuatu yang khusus. Kalau di drama ini, kita akan menemukan perpaduan konflik atau multiple konflik. Konflik pertama adalah Do Bong Soon dengan para geng preman yang dibuatnya babak belur hingga ingin balas dendam, kedua adalah Ahn Min Hyuk dan penguntitnya, ketiga adalah kasus penculikan berantai yang terjadi di lingkungan tempat tinggal Do Bong Soon. Walau memang tujuannya sama, untuk membuat Bong Soon lebih bisa menerima kelebihannya tanpa harus merasa terbebani.

Sebenarnya, ada satu bagian yang tidak selesai sih. Masalah Ahn Min Hyuk dengan kelaurganya. Meskipun siapa peneror dan penguntitnya selama ini bisa ditemukan dengan mudah, tidak ada penyelesaian apakah pada akhirnya ia menerima warisan Ayahnya untuk menjadi penerus perusahaan keluarga dan menggabungkannya dengan Ainsoft seperti idenya semula saat makan malam dengan saudara-saudaranya atau tidak. Tapi itu nggak terlalu bermasalah sih karena drama ini lebih ke komedi dan mulai pertengahan hingga akhir lebih fokus pada kasus penculikan berantai, hal itu jadi nggak terasa aneh. Kemudian episode penangkapan Kim Jang Hyuk juga agak nggak masuk akal dan terkesan gimana gitu drama ini tetap seru banget. Sepanjang nonton saya nggak hanya dibuat ngakak tapi juga dibuat mesem-mesem manja. Gaya pacarannya Bong Soon dan Min Hyuk manis dan lucu banget. Apalagi Min Hyuk-nya alay dan Bong Soon-nya imut.

Secara keseluruhan kesimpulan saya adalah, drama komedi romantis emang tontonan yang selalu menyegarkan.






Senin, 23 April 2018

,
Judul Buku: Mengungkit Pembunuhan – Five Little Pigs
Penulis: Agatha Christie
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono W.
Sampul: Staven Andersen
Terbit: Desember 1987
Cetakan Keempat: April 1992
Cetakan Kelima: Agustus 2005
Cetakan Keenam: April 2013
Tebal Buku: 376 hlmn; 18 cm
ISBN: 978-979-22-8365-5
Rating


Hasrat Amyas Crale pada lukisan dan wanita membuat namanya terkenal. Namun pembunuhan atas dirinya membuat namanya tercemar. Enam belas tahun kemudian istrinya yang cemburu dituduh dan dijatuhi hukuman seumur hidup karena pembunuhan yang menggemparkan. Kini Carla, putri mereka, wanita muda yang yakin ibunya tidak bersalah, menghadapkan Hercule Poirot pada tantangan yang menggoda: memulihkan nama baik ibunya dengan kembali ke tempat terjadinya pembunuhan dan mencari kekurangan fatal pada kejahatan yang sempurna itu.

****

Agatha Christie adalah novelis yang amat terkenal. Karyanya banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Indonesia. Novelnya diiodalakan banyak orang, bahkan setelah kematiannya, masih banyak penggemarnya dari kalangan anak muda. Saya, saying sekali adalah salah satu penikmat buku yang tidak mengenal Agatha Christie ‘dengan baik’. Saya hanya tahu namanya, itu pun awalnya sempat tertukar dengan novelis Indonesia, Santi Agatha – penulis roman dewasa. Jujur saja, saya  dulu nggak tahu kalau Agatha Christie bukan penulis milik Indonesia.

Saya mulai mengenal namanya dari grup kepenulisan yang saya ikuti di WhatsApp dan salah satu member adalah penggemar sejatinya. Jadi, kemarin, saya mencoba untuk membaca buku ini – tujuannya biar nggak kuper kuper amat. Karena saya nggak tahu buku pertamanya berjudul apa, saya asal comot saja yang ada. Dan kayaknya, buku ini adalah seperti buku serial Dan Brown, Hercule Poirot bisa dipastikan adalah tokoh utama dalam beberapa buku karya Agatha.

Buku ini menggunakan alur mundur. Bab satu dibuka dengan Carla yang meminta Hercule Poirot untuk menyelidiki kembali kasus kematian Ayahnya – Amyas Crale, yang dibunuh oleh ibunya enam belas tahun lalu. Carla akan segera menikah dengan pria yang dicintainya, namun masa lalu kelam pada keluarganya dan citra pembunuh yang melekat pada almarhumah ibunya membuat pernikahan itu terhambat. Dan, Carla ingin membuktikan bahwa Caroline Crale sama sekali tidak membunuh Amyas Crale.

Perjalanan Poirot pun dimulai. Yang menarik dari cerita ini adalah, Poirot adalah jenis detektif – kalau bisa dibilang begitu, yang tidak hanya bertolak ukur pada bukti fisik dalam penyelidikannya, seperti yang dilakukan pihak kepolisian dan pengadilan. Ada unsur lain yang ia gunakan sebagai bahan pertimbangan, ranah yang biasanya tidak disentuh dalam proses penyelidikan suatu kasus; sisi psikologis orang-orang yang terlibat dalam kasus tersebut, dalam hal ini pembunuhan Amyas Crale. Oleh karena itu, Poirot pun menemui beberapa orang untuk ditanyai dan dimintai keterangan seperti Philip Blake yang merupakan sahabat Amyas, Meredith Blake – kakak Philip yang juga sudah seperti keluarga bagi Amyas, Angela Warren – adik kandung Caroline Crale, Cecilia Williams yang bertindak sebagai pengasuh Angela, dan Lady Dittisham atau yang dulunya dikenal sebagai Elsa Grear yang merupakan wanita pemicu keretakan hubungan Amyas dan Caroline. Masing-masing dari mereka diminta untuk menceritakan kembali hal-hal yang mereka ingat terkait peristiwa/kejadian di mana Amyas Crale terbunuh. Dan, poin paling menariknya adalah, pertemuan dengan lima orang tersebut dipisahkan ke dalam bab yang berbeda, deengan julukan yang berbeda pula yang digunakan sebagai judul babnya. Dan, saya jadi paham kenapa bukunya diberi judul Five Little Pigs.

Selanjutnya, setelah pertemuan tersebut, Amyas meminta kelima orang ini untuk menuliskan kembali risalah tentang kejadian itu, sejauh yang dapat mereka ingat, kemudian membandingkan setiap risalah yang ada. Jadi, kasus pembunuhan Amyas Crale diselidiki ulang lewat rekonstruksi kejadian yang disajikan dalam bentuk cerita dan ingatan-ingatan orang-orang yang bersangkutan.

Sampai pada pemahaman ini, saya menyimpulkan bahwa bukunya nggak hanya menarik, tapi juga cerdas. Kalau dibandingkan zaman sekarang, prosedur penyelidikan mungkin sudah lebih canggih dan maju, tapi dalam beberapa kasus, bukti fisik memang selalu jadi yang terdepan dalam mengungkapkan betul/tidaknya seseorang melakukan tindak kejahatan. Buku ini menilai sisi psikologisnya, jadi beda nggak kayak cerita detektif lain, dan menarik banget. Asik! Seru! Suka!

Benang merah yang ditemukan dan digunakan Poirot dalam menarik kesimpulan sangatlah masuk akal. Nggak ada istilah plothole atau hal yang membuat pembaca bingung akan eksekusi dan kesimpulan yang ada. Keren banget sih. Memang, sejak tahu metode penyelidikan yang akan digunakan Poirot itu seperti apa, saya udah bisa menduga bahwa akan ada perbedaan dalam setiap cerita, atau minimal kejanggalan, atau sesuatu yang tidak kita temukan di cerita lain tapi ada di 4 cerita atau sebaliknya, jadi selama baca saya juga focus untuk menemukan itu dan mencari pemandingnya. Sayangnya nggak berhasil. Tingkat ketelitian saya ternyata masih cukup rendah haha.
Overall, saya suka banget sama ceritanya. Keren dan bikin penasaran untuk baca kisah yang lainnya.
x

Jumat, 20 April 2018

,
Judul Buku: 2 Menantu
Penulis: V. Lestari
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Desain Sampul dan Isi: Iwan Mangopang
Terbit: 2011
Tebal Buku: 560 hlmn; 18 cm
ISBN: 978-979-22-9855-0
Rating: 4/5

DUA pemuda pengangguran berangan-angan bisa cepat kaya dengan mudah. Hanya bermodalkan ketampanan dan kepintaran merayu , mereka mencari anak orang kaya untuk diperistri.

                Lalu dua gadis kakak-beradik calon pewaris kekayaan berhasil dipikat. Keduanya tidak cantik, malah bisa dibilang berwajah jelek, tapi fisik tidaklah penting. Ambisi kedua pemuda tersebut terhambat ayah kedua gadis yang curiga bahwa hartalah motivasi mereka. Meski menentang, persetujuan terpaksa diberikan sanga ayah karena kedua putrinya mengancam akan bunuh diri.

                Rencana jahat 2 menantu tersebut tidak berhenti setelah meracuni sang ayah sebelum satu tahun usia pernikahan mereka. Anggota keluarga yang lain harus disingkirkan agar harta keluarga bisa dikuasai. Mereka lupa, bahwa mati hidup seseorang tidak berada di tangan manusia…

****
Aditya Warman adalah seorang programmer di salah satu perusahaan IT. Sudah sejak lama ia terbaring koma di rumah sakit dikarenakan suatu kecelakaan. Kepalanya dipukul dari belakang oleh seseorang yang tidak diketahui siapa. Ketika dalam keadaan koma, Aditya mendapat kesempatan untuk berjalan-jalan di rumah sakit sebgai roh. Ada banyak hal yang ia temui, pun rahasia-rahasia yang ia ketahui dari hasil pegembaraannya sebagai roh itu. Ia juga bertemu dengan Pak Simon, salah satu pemilik perusahaan farmasi yang cukup bonafid. Laki-laki itu juga dalam keadaan koma, jadi ia juga bertemu Aditya sebagai roh.

Ketika mengembara di rumah sakit sebagai roh, secara tidak sengaja Simon mengetahui bahwa ternyata selama ini ia diracuni oleh kedua menantunya – Dadang dan Kurnia. Ternyata juga, selama ini dua pria itu tidak mencintai putrinya, Eva dan Evi, melainkan hanya mengincar harta mereka saja. Tapi, kini, nyawanya sudah di ujung tanduk. Sudah tidak ada harapan bahwa ia bisa melindungi keluarganya.

Pertemuan Simon dengan Aditya memberikan mereka kesempatn bagi keduanya untuk bertukar cerita. Dan, lewat kesempatan itulah Simon meminta bantuan Aditya untuk menyampaikan peringatan tentang Dadang dan Kurnia pada keluarganya.

Adit sadar, tapi Simon meninggal. Adit punya janji yang harus ia tunaikan pada Simon. Tapi, karena pertemuan mereka tidak terekam dalam memori otak, begitu sadar, Aditya lupa pada janjinya.

****

Buku ini adalah buku yang direkomendasikan sepupu saya yang juga seorang kutu buku. Katanya, ini karya V. Lestari pertama yang ia baca, dan ia sukses jatuh cinta dan langsung nge-fans sama sang penulis. Oleh karenanya, saya memutuskan untuk ikut membacanya juga, walau sebenarnya waktu baca blurb saya nggak begitu tertarik.

Konflik di buku ini disajikan di depan, di awal bab, jadi udah ketahuan duluan dan membuat ceritanya jadi mudah tertebak. Karena di bab 1 Aditya sudah jadi roh, kemudian disusul dengan pertemuannya dengan Simon yang sudah jadi roh juga, kalau dikaitarkan dengan isi blurb-nya, pembaca sudah bisa menebak bahwa Simon akan minta tolong pada Aditya. Dan, hal itu akan menjadi misi utama Aditya begitu ia sadar dari koma. Yang jadi main idea buku ini gitulah. Yang nggak diketahui, adalah bagaimana cara Aditya melindungi keluarga Simon, atau minimal memberi mereka peringata sementara kenal saja nggak. Saya menebak bahwa proses itu akan berlangsung lama dan dramatis, tapi ternyata nggak juga.

Proses penyampaian warning oleh Aditya ke keluarga Simon berlangsung lancar dan nyaris nggak ada halangan berarti. Tapi, yang bikin buku ini agak tebal sih menurut saya pribadi karena tambahan bumbu-bumbu cinta antara Aditya dan perawat pribadinya, Siska. Juga hal-hal tentang rumah tangga Aditya juga pertemanannya dengan sesame programmer di perusahaan tempat ia bekerja. Tapi tenang aja, bukunya nggak akan nyerempet isu pelakor yang lagi viral saat ini kok ;).

Selain itu, meski konfliknya udah jelas, bukan berarti bukunya langsung plek cuma bahas itu aja. Di pertengahan, ada sedikit ‘sejarah’ keluarga Simon dan juga bagaimana ceritanya Eva dan Evi bisa menikah dengan Dadang dan Kurnia meski tanpa persetujuan Ayahnya. Jadi, kofliknya nggak bolong dan jadi jelas dengan lengkap. Hanya saja, jujur, saya kurang menikmati gaya penulisannya. Bukan karena jelek, tapi mungkin memang nggak sesuai sama selera saya.

Di awal sampai pertengahan, Dadang dan Kurnia belum beraksi jelas. Tapi, kemudian setelahnya pergerakan keduanya sudah mulai dimunculkan dan itu menjadi bagian serunya. Saya lebih suka bab dimana ada interaksi kedua menantu itu dengan istri-istrinya disbanding yang lain sebenarnya. Karena lebih menuju konflik yang ada dan rasanya lebih seru. Pada beberapa bagian, saya kerap didera rasa bosan. Tapi, ketika istri Simon sudah mulai waspada, ceritanya jadi seru dan bikin penasaran.

Dan, endingnya sangat memuaskan. Saya suka banget sama penyelesaian konfliknya, juga keterkaitan antara Kurnia dan Frans. Puas banget deh. Lebih dari itu, buku ini mengandung pesan moral yang amat baik. Bahwa keserakahan nggak akan memberikan kita hasil yang memuaskan. Ia hanya akan semakin menjerumuskan kita dan membuat kita membuat kita mendapatkan balasan yang lebih menyakitkan.
x

Selasa, 03 April 2018

,
Judul Buku: Blackjack
Penulis: Clara Ng & Felice Cahyadi
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sampul: Marcel A. W
Terbit: Juli, 2013
Tebal Buku: 320 hlmn; 20 cm
ISBN: 978-979-22-9744-7
Rating: 3 Bintang

Cantik, kaya, dan baik hati adalah modal bagi Ashlyn untuk mendapatkan lelaki yang sempurna. Lelaki yang mencintainya. Namun jalan hidup berkata sebaliknya.

Ashlyn jatuh cinta setengah mati pada Jaeed, sesama mahasiswa Indonesia di Newcastle, Inggris. Jaeed-lah yang memperkenalkan Ashlyn pada permainan roulette, slot machine, dan permainan kartu blackjack. Jaeed-lah yang mengeruk uang Ashlyn untuk membayar utang judinya. Dan Jaeed pula yang mempermainkan cinta Ashlyn.

Mampukah Ashlyn bertahan ketika akhirnya judi merampas seluruh hidupnya? Membuatnya terlunta-lunta di London?

Diangkat dari kisah nyata, cerita Ashlyn adalah kisah yang bisa terjadi pada setiap perempuan.

...Because life is not a gramble.


****

Ashlyn adalah seorang gadis yang telah sejak kecil bercita-cita untuk kuliah di Inggris. Untuk itu, setelah menyelesaikan pendidikannya di Singapura, gadis itu pun memilih untuk kuliah di salah satu kota di Inggris, Newcastle. Bersama kedua sahabatnya, ia mengarungi kehidupan sebagai mahasiswa di sana.

Selain mewujudkan impiannya untuk kuliah di Inggris, Ashlyn pun dipertemukan dengan teman-teman dari Indonesia yang sangat baik padanya, juga berkesempatan merasakan cinta. Ia berkenalan dengan Jaeed, mahasiswa Indonesia blasteran Arab yang tinggi dan tampan. Namun, hubungan mereka tidak mendapat restu dari kedua sahabatnya. Pun, teman-teman dari Indonesia banyak yang mengatakan bahwa Jaeed bukanlah pria yang baik, bahwa Ashlyn tidak seharusnya menjalin hubungan dengan laki-laki itu. Tapi Ashlyn mencinta Jaeed, begitu pula sebaliknya. Meski mendapat banyak penolakan dan wejangan, Ashlyn memutuskan untuk menutup mata dan telinga dari apa saja hal buruk tentang Jaeed yang dibicarakan orang-orang.

Masalah muncul ketika Jaeed mulai meminjam uang dalam jumlah besar dari Ashlyn, juga dari teman-teman Ashlyn menggunakan namanya tanpa sepengetahuan gadis itu.

****

Again, pengakuan dosa. Buku ini adalah hadiah giveaway dari salah satu online book shop di Instagram dengan nama @snashop_online yang saya dapatkan sekitar tahun 2016 tapi baru bisa dibaca bulan Maret kemarin dan dibuatkan review bulan April ini. Alasannya masih sama, karena pekerjaan. Terima kasih buat @snashop_online yang telah mengirimkan buku ini dan mohon maaf yang sebesarnya 'imbalannya' baru bisa saya buat hari ini.

Buku ini adalah buku yang menitikberatkan poin pada hal kepercayaan. Ashlyn, sebagai orang baru di Inggris, memang tidak seharusnya gampang terpikat oleh pesona pria yang walaupun tampan dan sama-sama dari Indonesia, masih tergolong orang asing yang baru dikenal. 

Jujur saja, buku ini memuat banyak sekali pelajaran dan contoh kebodohan cinta. Dan, saya selalu gemas-pengen-jambak Ashlyn tiap kali dia masih ngarepin Jaeed bahkan masih mau-maunya percaya bahwa laki-laki itu bisa berubah. Ashlyn tidak polos, tapi ia bodoh. Dan, yang makin mirisnya adalah karena buku ini dari kisah nyata, saya jadi nggak habis pikir sama Ashlyn. Kok ada ya perempuan begonya dipelihara bahkan dikasih makan sampai segitunya?

Selain memuat pelajaran tentang rasa percaya agar tidak mudah disalahgunakan apalagi ditipu, buku ini juga menyinggung sedikit perihal materi parenting. Dimana dalam buku ini, Mama Ashlyn diceritakan sebagai sosok wanita yang sangat keras dan tegas dalam urusan pendidikan. Ashlyn harus belajar, harus pintar, harus mendapat nilai bagus supaya bisa kuliah di Inggris. Sejak kecil ia sudah dicekoki dengan Inggris sehingga besarnya ia jadi tidak bisa membuat keputusan untuk diri dan masa depannya sendiri. Yang memutuskan agar Ashlyn kuliah di Inggris adalah Mamanya, yang membuat Ashlyn mati-matian belajar agar bisa kuliah di Inggris adalah Mamanya. Sehingga, ketika di Inggris ia dihadapkan pada pilihan untuk mempercayai Jaeed lagi atau tidak ketika pria itu jelas-jelas menipunya, Ashlyn jadi tidak punya pendirian yang kuat. Karena memang sudah seperti itulah pribadi yang ditanamkan orangtuanya sejak kecil. Dalam setiap hal yang berkaitan dengan hubungannya dengan Jaeed bahkan untuk hal uang, Jaeed selalu memegang peran. Karena Ashlyn tidak terbiasa berperan untuk ceritanya sendiri. Menurut saya ini adalah salah satu hal penting yang harus menjadi perhatian.

Singkatnya, buku ini akan bikin yang baca sebal dan malas pada tokoh utamanya, bukan kasihan. Saya cuma bisa kasih rating 3 karena buku ini jujur saja bukan genre favorit saya, terus karena buku ini diberi judul Blackjack, ekspektasi saya adalah petualangan di beberapa kasino. Memang sih ada bagian itu tapi cuma sekali. Dapat dimaklumi karena cerita ini ditulis berdasarkan sudut pandang Ashlyn saja yang dikibuli habis-habisan soal usaha Jaeed dan investasinya. Tapi walau nggak sesuai ekspektasi buku ini sangat layak dibaca karena ada banyak pelajaran hidup yang berharga di dalamnya. Judi, nggak akan pernah jadi solusi :))