Catatan harian yang semakin renta dan tua

Rabu, 23 Desember 2015

,

Selamat pagi. Selamat merayakan kelahiran Sang Nabi bagi yang merayakannya...dan selamat berlibur bagi yang nggak kena cegat bosnya.

Genre Favorite. Sebenarnya untuk bacaan sebaiknya nggak pilih-pilih karena setiap buku pasti memberi ilmu yang bermanfaat. Tapi meski begitu, pasti semua orang punya kegemaran dalam hal yang digemarinya. Salah satu contoh adalah gemar membaca buku bisa dipilih antara Novel, komik atau buku Pendidikan Kimia. Dari pilihan kegemaran itu bisa semakin dipersempit lagi dengan novel atau komik jenis apa yang disukai.

Berhubung ini postingan berkaitan tentang kesukaan membaca novel, maka gue akan mengerucutkan novel favorit gue ke beberapa genre. Pertama, teenlit. Cerita remaja. Kenapa suka? Karena gue pernah remaja. Meski sekarang udah nggak lagi (?). Gue tetap suka membaca kesederhanaan novel teenlit dalam menyampaikan maksud cerita, tapi sekarang udah kurang tertarik. Alasannya: mungkin karena bukan remaja lagi. Satu-satunya novel teenlit yang masih gue tunggu adalah Seri Jingga dan Senja karya bunda Esti Kinasih.

Genre favorit kedua adalah romance. Meski gue bukan orang romantis dan berharap bisa mendapatkan pacar atau pasangan dengan tingkat keromantisan wajar, gue tetep perempuan yang menyukai hal-kecil-tapi-manis-yang-dapat-dilakukan-seorang-laki2 terhadap pasangannya. Dan di novel romance ini banyak ditemui. Contoh: Sunset Bersama Rosie

Ketiga, metropop. Kenapa suka? Kisah cinta novel metropop rata-rata sederhana tapi feel-nya selalu bisa bikin kita terbang ke Angkasa Luar. Contoh: Sunshine Becomes You by Ilana Tan

Keempat, chicklit. Why? Ketegaran perempuan-perempuan mandiri itu sesuatu yang unik dan patut dipelajari, karir mereka yang gemilang selalu bisa bikin iri dan mau menyaingi atau minimal menyamai meski itu tokoh fiksi. Bisa dibilang novel chicklit itu bener-bener cewek banget. Cewek strong.

Kelima, fiksi ilmiah. Ini mungkin kedua terkeren. Fiksi ilmiah bisa menjadi cerminan betapa liarnya imajinasi manusia. Bebek berkaki kuda, kuda berwajah sapi.... bayangkan! Otak manusia mana yang bisa menggambarkan hal itu sampai sedetil-detilnya. Contoh; Harry Potter, Percy Jackson, dan Twilight.

Keenam, drama. Baru-baru ini suka. Ini ada sinop:

Pulang karya Leila S. Chudori

Paris, Mei 1968
Ketika gerakan mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Suryo, seorang eksil politik Indonesia, bertemu Vivienne Deveraux, mahasiswa yang ikut demonstrasi melawan pemerintah Perancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta: Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas.

Di tengah kesibukan mengelola Restoran Tanah Air di Paris, Dimas bersama tiga kawannya - Nugroho, Tjai, dan Risjaf - terus menerus dikejar rasa bersalah karena kawan-kawannya di Indonesia dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja dalam perburuan peristiwa 30 September. Apalagi ia tak bisa melupakan Surti Anandari - istri Hananto - yang bersama ketiga anaknya berbulan-bulan diinterogasi tentara.

Jakarta, Mei 1998.
Lintang Utara, puteri Dimas dari perkawinan dengan Vivienne Deveraux, akhirnya berhasil memperoleh visa masuk Indonesia untuk merekam pengalaman keluarga korban tragedi 30 September sebagai tugas akhir kuliahnya. Apa yang terkuak oleh Lintang bukan sekadar masa lalu Ayahnya dengan Surti Anandari, tetapi juga bagaimana sejarah paling berdarah di negerinya mempunyai kaitan dengan Ayah dan kawan-kawan Ayahnya. Bersama Segara Alam, Putera Hananto, Lintang menjadi saksi mata apa yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar dalam Sejarah Indonesia: kerusuhan Mei 1992 dan jatuhnya Presiden Indonesia yang sudah berkuasa 32 tahun.

Dari sinopnya aja udah greget, kan? Selain itu gue juga ada rekomen Sabtu Bersama Bapak. Novel itu bakal mengingatkan kita banyak hal tentang masa lalu dan me-warning tentang segala kemungkinan masa depan.

Sekian, selamat malam :)

Sabtu, 12 Desember 2015

,

Selamat malam. Selamat kencan. Selamat dikejar deadline. Apa kabar semua? Semoga sehat selalu yaaa *basa basi banget* :v

Postingan pertama untuk EKC Wajah Baru. Judulnya I Want The Sequel. Sejujurnya ada begitu banyak novel dengan ending menggantung yang menurut gue butuh sequel atau prequel. Tapi untuk kali ini gue mau curhat tentang salah satu novel yang sequelnya sangat gue inginkan namun nggak kesampaian. Bukan karena sequelnya nggak ada tapi lebih karena gue nggak kebagian stocknya alias ketinggalan alias nggak update.

Novel seri Love Command karya Janice Nathania adalah salah satu novel yang sequelnya sangat gue inginkan. Yang pertama berjudul The First Fall dan yang kedua kalo nggak salah judulnya A Second Chance. Bercerita tentang Shilla, seorang cewek yang memutuskan ke Jakarta untuk menuntaskan wasiat Bundanya. Ia terdampar ke kediaman mewah keluarga kayak raya dan bekerja disana sebagai asisten rumah tangga.

Tapi siapa yang nyangka kalo rumah itu bakal menjadi tempat Shilla menemukan pangeran masa kecilnya - Ayi. Bros pemberian Ayi sangat mirip dengan lambang keluarga Luzardi, tempat Shilla bekerja. Tapi... masalahnya adalah keluara Luzardi punya dua anak laki-laki dan nggak satupun di antara keduanya yang bernama Ayi. Mereka masing-masing bernama Arya dan Ryo.

Misteri tentang siapa sebenarnya Ayi-nya Shilla belum terungkap di seri The First Fall dan sayangnya sequelnya gue belum punya. Hiks :'(

Kamis, 05 November 2015

,
Sumber Gambar
Gue tahu kalian pasti nggak bertanya-tanya sama sekali kenapa postingan kali ini guw kasih judul pake bahasa inggrisnya kata ingat dalam bahasa indonesia plus tanda kutip. Meski begitu, gue akan tetap kasih tahu apa alasannya karena ini akan jadi bahasan.

Jadi gini, tadi gue dengerin radio gitu (sebagai informasi ini adalah salah satu kegiatan favorit gue buat 'membunuh' waktu). Di radio itu - sebut aja Radio Mawar lagi bawain topik. Topiknya tentang bulan ketigabelas. Jadi kita para listener ditanya kalo misal dalam setahun itu ada tigabelas bulan, cocoknya dikasih nama apa? Gue awalnya bingung. Apa ya kira-kira? Gue nggak mau mengambil keputusan mainstream dengan menjawab kasih nama kayak nama gue. Jadi, gue berpikir keras. Dan di kepala gue tercetus ide untuk ngambil huruf yang akan membentuk kata alias nama dari bulan ketigabelas itu dari duabelas bulan yang sudah ada. Tapi, kok kesannya maksa banget?

Jadi, gue mutusin untuk nggak gabung aja di topik itu. Eh tapi, si Ilham kesayangan gue tiba-tiba bisikkin kalau cocoknya bulan ketigabelas itu diberi nama 'Remember'. Kenapa remember? Karena nama itu diharapkan dapat membuat kita sebagai manusia jadi lebih bisa mengingat dan meresapi. Apa yang diingat? Segala hal yang telah terjadi selama duabelas bulan terakhir. Ya bisa dikatakan bulan buat intropeksi diri. Apalagi setelah bulan ketigabelas itu ketemu tanggal 29, 30, atau 31, kita bakal ketemu sama tahun baru.
Walaupun sebenarnya ide ini nggak mudah. Ya iyalah. Geger dunia kalo setahun yang biasanya cuma 365 hari jadi 395 atau bahkan 400 hari? Tatanan waktu jadi kacau dan amburadul. Lagian ide ini emang aneh juga sih (tapi jangan salahin gue. Salahin aja radio yang ngasih topiknya) karena berkat mereka gue jadi berimajinasi yang nggak masuk akal.

Selain ide yang sangat cukup dan memadai dengan mustahil untuk diwujudkan ini, setelah gue pikir-pikir barusan, akan ada nggak enaknya juga kalo bulan ini ada. Karena bisa dipastikan akan banyak gagal move-on-er yang tercipta di bumi ini. Setahun sekali harus mengenang, mengingat dan meresapi kenangan indah bersama mantan. Yang ada bukan move on tapi makin berharap segala hal indah itu terulang. Seketika lupa aja gitu kalo hal indah itu adanya di awal doang, ke belakangnya pahit tapi tetep aja mau ngulang =D

Minggu, 01 November 2015

,
Sumber
Riri meletakkan ranselnya di tempat tidur. Dipijatnya kakinya yang terasa pegal. Berjalan kaki sejauh 12 kilometer memang tidak mudah, apalagi harus melewati kaki gunung, perkebunan dan sungai. Ia dan teman-temannya sedang berada di Kampung Cibeo, salah satu Kampung Suku Baduy Dalam, Banten. Sebagai seorang blogger traveler, jalan-jalan adalah salah satu kegiatan favorit Riri dan untuk postingan blognya edisi minggu depan, ia berencana untuk membahas Suku Baduy Dalam, suku yang masih memegang erat adat istiadat dan tidak menerima budaya luar.

Meski begitu, kedatangan mereka disambut dengan baik. Mereka diberi izin untuk mengeksplorasi kehidupan sehari-hari para penduduk Kampung Cibeo, menginap di rumah Pu'un - pimpinan Kampung, selama beberapa hari dan juga diizinkan untuk ikut ke Arca Domas, tempat pemujaan lelembut atau roh halus.

Sebelum memulai aktivitas, Riri memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Riri bangkit dan berjalan menuju sungai yang sudah ditentukan bisa digunakan untuk mandi bagi pendatang. Riri berjalan melewati pintu depan (rumah orang Suku Baduy tidak memiliki pintu belakang). Akan tetapi, baru beberapa langkah ia berjalan, sesosok bayangan putih tiba-tiba melintas dari arah kanannya. Bulu kuduk Riri meremang seketika. Hari memang sudah sore dan cuaca yang mendung serta tidak adanya pencahayaan bola lampu membuat rumah jadi terasa mencekam.

Digiring oleh rasa penasaran, Riri memutar arah, mencoba mencari tahu bayangan apa yang melintasinya. Matanya hanya bisa membelalak terkejut mendapati seorang permpuan dengan rambut panjang dan wajah penuh darah menatapnya dengan marah! Kuntilanak!

Perlahan, Riri berjalan mundur! Napasnya memburu! Digigitnya bibir kuat-kuat untuk menghalau teriakan. Kuntilanak itu mengikutinya hingga ia tersudut. Kemudian kuntilanak itu tersenyum dengan sangat menyeramkan. Dari giginya yang tanggal beberapa, keluar darah kental hitam berbau busuk. Kakinya tidak menapak di tanah dan baju panjangnya juga penuh noda darah. Ia hendak mencekik Riri!

Riri sudah hampir pipis di celana ketika didengarnya seseorang menegurny, "Teh Riri!"
,
Sumber
Vien melompat turun dari Tuk Tuk. Ia sudah sampai di Khaosan Road, jalan pendek yang berada di daerah Banglamphu, salah satu surga bagi para pelancong terutama backpacker yang berkunjung ke Thailand. Ia berjalan menelusuri Khaosan Road yang sudah ramai dan mulai memilih-milih kerajinan tangan. Matanya tertuju pada salah satu miniatur becak Thailand dengan bahan dari besi cor tembaga dan kuningan. Akan tetapi, perhatiannya tiba-tiba saja teralih oleh kehadiran gadis kecil cantik yang berdiri tak jauh darinya dan seolah memperhatikannya. Diberinya gadis itu sebentuk senyum yang sayangnya tidak dibalas. Dengan canggung, Vien kembali memilih kerajinan tangan.

Vien berlalu ke penjual lukisan. Lukisan gajah yang menangis. Dan, Vien kembali melihat gadis itu, kali ini ia memperhatikan lukisan gajah tadi dengan wajah sedih.

Ke penjual buku, ia kembali mendapati kehadiran gadis kecil itu. Berdiri tak jauh darinya dan menatapnya dengan pandangan penuh kemarahan. Vien mulai merasakan adanya keganjilan. Mencoba mengabaikan, Vien terus berjalan dari penjual satu ke penjual lainnya, melupakan kehadiran gadis kecil itu. Setelah itu, ia mampir di Masjid Chakrabongse di gang Trok Surao untuk melaksanakan shalat maghrib.

Sehabis shalat, Vien bersiap menuju ke Stasiun Hualamphong. Keretanya menuju Chiang Mai dijadwalkan berangkat jam 7 malam. Namun lagi-lagi, gadis itu muncul. Berdiri di depan salah satu bar, memperhatikannya! Dengan cepat, Vien berjalan keluar dari Khaosan Road, menyetop taksi menuju stasiun.

Pukul dua belas siang. Vien bernapas lega. Akhirnya ia tiba di Chiang Mai. Ia akan bertolak langsung ke Doi Pui - desa tradisional di Chiang Mai, mengunjungi sahabatnya. Sepanjang perjalanan, Vien benar-benar tidak bisa tenang. Gadis itu terus mengikutinya.

Sesampainya di Doi Pui, Vien disambut oleh Idam - sahabatnya yang menetap sementara untuk penelitian etnik Chiang Mai, di rumah tinggalnya. Alangkah terkejutnya Vien saat mendapati gadis kecil itu juga berada disana. Di salah satu pigura!

"Namanya Ice, anak pemilik rumah. Dia meninggal dua tahun lalu!"

Sabtu, 31 Oktober 2015

,
Sumber Gambar
Jam 24.00! Vera menggeliat dari kasur kemudian mendesis sebal. Kenapa harus di saat seperti ini? Kenapa harus di jam ini?

Kebelet pipis di jam dua belas malam. Menyeramkan! Vera sedang libur semester dan memutuskan mengunjungi neneknya di desa, daerah yang jauh dari keramaian kota. Tinggal di rumah sederhana dengan kamar mandi yang terpisah sekitar sepuluh meter di belakang rumah. Vera tidak keberatan dengan keadaan itu, hanya saja, Vera adalah salah satu dari sekian banyak penyuka film horror yang sayangnya, penakut. Film-film horror yang sering ia tonton telah memberikan sugesti kepada dirinya bahwa semua tempat di muka bumi ini pasti berhantu, terutama kamar mandi!

Vera melirik Sari, sepupunya. Sudah tidur, tidak enak jika dibangunkan. Akhirnya, dengan keberanian yang dipaksakan, Vera berjalan keluar menuju kamar mandi. Ruang tamu sepi sekali dan agak gelap. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari lampu teras lewat ventilasi. Dapur juga sepi, hanya ada peralatan makan, peralatan masak, tempat cuci piring dan... tidak tidak! Jangan membayangkan hal aneh!

"Tenang Vera, tenang. Lo cuma mau pipis." Vera menenangkan dirinya sendiri. Tidak lama kemudian, sampailah ia di depan pintu belakang rumah yang akan membawanya ke arah kamar mandi. Vera menarik napas lalu membuka pintu secara perlahan. Kreek...

Sepi! Hanya ada kamar mandi yang diterangi lampu bohlam kuning pudar. Vera melangkah, tapi tiba-tiba...

"Huhuhu.." Apa itu? Seperti suara orang menangis. Jantung Vera berdegup kencang.

Vera melangkah lagi, "hihihi". Astaga ya Tuhan apa lagi itu? Perasaan Vera mulai tak keruan.

Lagi, Vera melangkah. "Kresek..kresek.." ada suara orang sikat gigi! Vera mulai berkeringat dingin.

Vera kembali berjalan lalu.. "hap!" Tiba-tiba di depannya muncul sesosok berbaju putih, berambut panjang berantakan dengan wajah putih sekali, mata dengan lingkaran hitam super besar yang nyengir dengan mulut berlumuran darah semua. Vera pingsan seketika!

Jumat, 30 Oktober 2015

,
Selamat pagi. Selamat berakhir pekan. Gue balik lagi bersama postingan untuk label EKC. Gue akui gue emang kehabisan bahan ide untuk meramaikan kembali lapak sunyi ini. Mmmm.. bukan abis sih idenya. Ada beberapa cerita miris romantis yang sebenarnya melintas di dalam kepala gue, tapi entah kenapa jari gue males banget ngetiknya *curhat

Khusus musim ini, kita dikasih tema "First Love Character". Awalnya gue agak kaget, ini gue disuruh beberin siapa cinta pertama gue, gitu? Cowok pertama yang gue cinta setelah bokap gue? Astaganaga kebongkar dong rahasia kelam perjalanan kisah cinta gue yang berbatu ini. Eh tapi Alhamdulillah ternyata bukan. Kita diminta menguraikan siapakah tokoh pertama dalam novel yang membuat kita jatuh cinta.

Sebelum masuk ke penyebutan nama atau penjabaran karakter *bahasa gue 😂, mari terlebih dahulu kita cari tahu apa itu karakter novel.

Menurut @nulisbuku #karakter adalah elemen penting dalam cerita selain konflik dan setting. Konflik udah kita bahas minggu kemarin, jadi munfkin setting bisa kita bahas di minggu berikutnya (padahal bukan gue yang nentuin temanya haha). Nah, kata nulis buku, karakter itu adalah salah satu bagain terpenting. Kenapa? Karena karakter adalah dia yang mengalami apa yang diceritakan. Karakterlah yang menciptakan konflik, menjalaninya dan menyelesaikannnya, sebagaimana konflik adalah bagian utama dari cerita (sumpah gue kesulitan banget ini).

First Love Character atau First Love Novel Character. Adalah tema yang sukses bikin gue garuk-garuk kepala. Bukan karena temanya nggak bagus, tapi lebih karena tema ini adalah tema yang memaksa kita untuk kembali ke masa lalu, membuka kenangannya dengan paksa. Tema ini adalah tema yang bikin gue sukses flashabck seketika #dengansetengahmati. Tema ini adalah tema yang membuat gue harus berusaha mengingat novel pertama yang gue baca itu apa dan harus berlapang dada menerima hasil bahwa gue nyaris nggak inget apa-apa �

Novel pertama yang gue baca (berdasarkan hasil galian memori dengan daya ingat gue yang pas-pasan) adalah "Gue Suka Gaya Lo." Gue lupa apa penerbitnya, siapa penulisnya dan bahkan bagian penting yang sedang kita bahas, karakternya. Mampus dah! Gue cuma ingat covernya berwarna hijau lembut, bukunya kecil dengan tingkat ketebalan kira-kira seperti Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh-nya Dee Lestari. Novelnya lucu, cakep, manis dan bisa bikin lo ketawa bahagia.

Oke, ralat. Mungkin bukan sepenuhnya lupa juga. Gue inget beberapa hal tapi swear gue bener-bener lupa siapa nama karakter itu. Sumpah! Gue bener-bener lupa. Yang ada di kepala gue saat gue berusaha mengungat siapa nama karakter itu adalah Rey - jelas bukan itu namanya. Kenapa? Percaya atau nggak, saat ini, saat gue mengetikkan bahwa nama yang gue inget adalah nama Rey, otak gue yang nggak cemerlang ini secara tiba-tiba membisikkan bahwa nama karakter itu adalah Bimo. Iya! Namanya Bimo. It's sooo magic.

Bimo. Cowok kuliahan dengan tampilan nggak rapi namun enak dilihat. Rambutnya sebahu (jujur gue nggak suka cowok gondrong, kesannya maksa banget jadi cewek sangar) tapi untuk Bimo, gue menjadikannya sebagai pengecualian.

Gimana nggak? Bimo adalah sosok cowok yang sangat menyayangi adiknya, taat beribadah, serta selalu terlihat cool dengaj caranya. Pokoknya dia itu something banget. Anak kuliahan plus adalah salah satu anggota MAPALA. Eits, bukan mahasiswa paling lama, tapi Mahasiswa Pencinta Alam. Tahu, kan mahasiswa pencinta alam itu apa? Itu loh yang sering mendaki gunung lewati lembah kayak ninja Hattori. Tahu, kan Ninja Hattori itu apa? Kalo nggak tahu, coba deh tanya Spacetoon.

Nah, itulah dia. Bimo adalah cowok tercuek yang pernah ada (dalam dunia novel). Dia itu cowok yang kelihatan dari luar cenderung nggak peduli sama hal sekitar, bahkan saat ceweknya nyaris diambil dideketin orang (sahabat sependakiannya sendiri), padahal sebenarnya dia teramat peduli sama hal itu, tapi nggak ditunjukin. Cowok yang kelihatannya nggak sayang sama pacarnya tapi aslinya takut banget bakal kehilangan. Cowok cool yang manja-manjaan dan ledek-ledekan cuma sama pacarnya doang. Cowok yang kalo nembak nggak pake prolog, kata pengantar, preambule dan kawan-kawannya itu. Pokoknya nembak ya nembak aja gitu. Nggak pake ijin ijin dulu buat mengungkapkan perasaan dan keinginan. Diterima pun nggak ada tuh agendal langsung pelukan atau bahkan ciuman kayak yang sering nongol di sinetron. Pokoknya pas diterima yaudah berarti pacaran. Tanpa wajah bahagia, excited ataupun merona. Datar aja gitu kayak tembok. Tapi justru disitulah letak seninya, yang bikin gue jatuh cinta 

Sabtu, 24 Oktober 2015

,
Selamat pagi minggu. Seneng banget bisa posting lagi. Postingan pertama untuk EKC-Ngeblog yang udah berjalan selama kurang lebih 13 minggu ini.

Untuk tema kali ini gue dapet request khusus dari seseorang buat posting. Sebenarnya dari kemarin-kemarin juga udah pengen posting tapi karena gue nggak ikutan dari awal, nggak enak rasanya kalo tiba-tiba nongol. Terima kasih buat seseorang itu yang udah mengizinkan gue buat bergabung sekaligus menghadirkan kembali semangat menulis gue.

Berbicara soal konflik, tentu aja setiap hari kita pasti ketemu sama beliau. Baik dalam kehidupan nyata maupun dalam kehidupan 'buatan manusia' atau dalam cerita-cerita fiksi novel.

Konflik adalah salah satu hal yang bisa membuat hidup lebih berwarna. Begitu juga di dalam novel, nggak ada konflik nggak seru dan pasti ceritanya akan terasa membosankan. Karena hidup bukan melulu soal bahagia.

Konflik ada banyak macamnya. Konflik percintaan, keluarga, persahabatan, bahkan dalam usaha mewujudkan impian. Buat gue konflik yang paling gue suka di sebuah novel adalah konflik cinta segitiga. Kenapa? Rasanya kurang greget aja gitu kalo ada dua orang yang saling mencintai, memiliki hubungan khusus terus nggak ada 'pengganggu' dalam hubungan itu. Walaupun pengganggu ini sebenarnya ada banyak jenisnya juga. Seperti restu orang tua, masing-masing pribadi yang mulai berubah atau bahkan jarak yang memisahkan. Tapi bagi gue konflik cinta karena adanya orang ketiga adalah salah satu yag terseru. Gimana hubungan mereka diuji dengan kehadiran seseorang yang mungkin saja bisa membuat salah satu di antara mereka membandingkan pasangannya dengan orang itu, mencari kelemahan salah satu, dan menilai siapa yang lebih baik dan lebih pantas untuk dipertahankan.

Selain konflik di atas, gue juga suka konflik yang bertemakan "jatuh cinta diam-diam". Kenapa? Karena gue adalah salah satu tokoh dalam kehidupan nyata yang sering jadi pelakunya haha. Bagaimana di pencinta itu hanya bisa memperhatikan orang yang dicintainya dari jauh dan mendoakan kesehatan serta impian orang itu dari jauh. Novel dengan konflik kayak gini bikin gue menanti-nanyikan happy ending buat si pencinta. Dan gue sangat sangat menikmati saat saat ia bisa memperoleh kebahagiannya.

Contoh novel dengan konflik cinta segitiga yang pernah gue baca dan menurut gue sangat menyenangkan adalah Fairish.

Novel karya Mbak Esti Kinasih ini adalah salah satu novel yang sangat gue suka. Bercerita tentang murid baru bernama Davi yang 'pacaran' dengan Fairish - si cewek biasa aja dari sekolah. Hubungan yang bikin banyak orang protes mati-matian. Hubungan yang bikin Alfa berusaha sekuat tenaga untuk bikin Irish putus dengan Davi. Walaupun awalnya itu hanya karena ingin balas dendam atas kematian sepupunya yang notabenenya adalah mantan pacar Davi dan hubungan Irish-Davi juga cuma pura-pura, tetap saja, pada akhirnya mereka memang benar-benar saling jatuh cinta dan bertarung untuk.mempertahankan orang yang mereka cintai.

Sedangkan untuk novel dengan konflik jatuh cinta diam-diam, gue punya Sunset Bersama Rosi-nya Om Tere Liye serta Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin-nya. Dua novel ini recommended banget.


Sunset bersama Rosie menceritakan tentang bagaimana satu kejadian mendadak tak terencana mengubah segalanya. Bercerita tentang bagaiamana bom di Jimbaran membawa Tegar kembali pada perjalanan masa lalu yang begitu menyakitkan. Bagaimana kejadian itu membuat Tegar kembali harus menelan pil pil pahit bahwa memang sebenarnya ia tak pernah bisa melupakan Rosie, sahabat kecil yang ia cintai bertahun-tahun malah memutuskan untuk menikah dengan laki-laki yang bahkan hanya dikenalnya dalam hitungan bulan. Bagaimana peristiwa itu telah mengubah Tegar menjadi sosok yang bahkan tega membiarkan orag yang sangat mencintainya tersakiti bahkan sampai berkali-kali.
Yang kedua untuk konflik ini adalah Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Gue rasa sih banyak yang tahu tentang novel ini. Berkali-kali gue lihat judul novel ini dijadikan bahan untuk tulisan. Bercerita tentanh seorang anak perempuan dari keluarga kurang mampu yang oleh takdir dipertemukan dengan sosok laki-laki penyelamat hidupnya. Laki-laki yang telah mengubahnya menjadi salah satu perempuan paling cantik dan cerdas di muka bumi ini. Laki-laki yang usianya terpaut kurang lebih sepuluh tahun dengannya namun ia cintai bagai mereka bukanlah dua orang yang bisa disebut sebagai om dan keponakan. Laki-laki yang diam-diam ia cintai yang ternyata juga diam-diam jatuh cinta kepadanya. Sumpah! Ini adalah salah satu novel dengan konflik jatuh cinta diam-diam yang paling menyakitkan.

Kira-kira segitu postingan pertama gue untuk EKC-Ngeblog ini. Semoga pas dan nggak keluar jalur, ya 

Minggu, 19 April 2015

,
Sumber Gambar
Begini..... malem ini gue lagi sedih gitu. Soalnya Hp gue rusak, Trus chargeran laptop gue juga ikutan. Celana jeans kesayangan gue juga hilang di jemuran. Entah dimaling orang atau emang dia sengaja mau ngangkat biar nggak kena hujan. Gue nggak tahuuu....
Trus tadi kan gue lagi baca-baca kumpulan buku cerpen, eh gue tiba-tiba dapet ide. Nulis cerpen dengan tema yang disamain. Kali aja bisa dijadiin buku antologi. Mau gue posting disini juga. Rencananya juga mau gue bikinin label khusus. Biar kayak cerbung gue yang udah lama ditinggal pembacanya karena kelamaan nggak update gitu. Rencananya cerpen cerpen itu mau mengangkat tema tentang #JatuhCintaDiamDiam, #JatuhCintaSendirian, dan #MencintamuDariKejauhanTanpaKauTahu. Ya udah. Gue ketik deh cerpennya. Mumpung otak lagi bisa diajak bekerja sama dengan jari. 

Tapii..... Tapii... si MS.Word tiba-tiba aneh, nggak bisa gue klik klik lagi. Dia tiba-tiba bilang "MS.Word has stop working." gitu. Gue panik. Astaga! Cerpennya belum gue save loh! Belum ada di folder #CeritaKu di laptop gue. Seriusan gue panik! Setelah MS.Wordnya keluar dengan seenak jidatnya, gue kalap buka dokumen baru. Kan biasanya ada gitu ya backup-annnya. Tapi ternyata.... NGGAK ADA!!! BACKUPANNYA NGGAK ADA! CERPENNYA NGGAK ADA! PADAHAL ALURNYA UDAH NEMU LOH! UDAH ASYIK LOH! UDAH TAHU MAU DIBIKIN GIMANA ENDINGNYA! UDAH TAHU MAU DIBAWA KEMANA CINTA YANG NGGAK PERNAH TERUNGKAP SI WINA! UDAH TAHU GIMANA CARANYA MUNCULIN PERASAAN RENO YANG SEBENARNYA SAMA WINA!

TAPI CERPENNYA TETEP NGGAK ADAAA :'(
DAN GUE SUKSES KEHILANGAN MOOD NULIS

BHAY!

Sabtu, 04 April 2015

,

Di bawah bulan berpayung pelangi, kau toreh luka di dada ini
Di bawah bulan berpayung pelangi, kau ucap maaf tak bisa tepati janji
Di bawah bulan berpayung pelangi, kau putuskan ‘tuk pergi…

Gorontalo, 4 April 2015
#gerhana #bulan #penuh #pelangi #malam



Sabtu, 28 Maret 2015

,
Papa. Pahlawan super yang pernah aku punya. Beliau lahir 23 Juli 1976. Masih tergolong muda untuk ukuran laki-laki yang punya anak perempuan berumur 20 tahun serta anak kecil yang sebentar lagi akan berumur 6 tahun. Bercerita tentang papa selalu nggak ada habisnya. Papa adalah laki-laki pertama yang aku kenal di dalam hidup. Laki-laki pertama yang mencintaiku dengan tulus, tanpa memandang rupa dan warna kulitku (ya karena sebagian besar gen yang aku warisi berasal dari beliau haha).

Papaku adalah salah satu laki-laki ganteng yang ada di dunia. Yang kegantengannya nggak akan tertandingi oleh laki-laki mana pun. Papa ganteng nggak cuma dari fisik, tapi juga dari hati dan caranya memperlakukanku. Papa sayang sama aku, begitu pula sebalknya. Beliau sudah mengajariku banyak hal. Sejak kecil bahkan sampai sekarang, aku selalu menjadi putri yang dia cintai. Aku selalu percaya itu meskipun beliau kadang sering marah bahkan merajuk. Iya. Papaku merajuk. Merajuk sama anaknya. Jika selama ini kalian hanya menemukan seorang pacar yang ngambek kemudian mematikan sambungan telepon, maka papaku pernah melakukannya, bahkan sering, kepadaku. Papa ngambek sama anaknya. Tidakkah itu lucu?

Banyak orang yang bilang bahwa Ibu adalah madrasah pertama dari anak-anaknya. Tapi tidak bagiku. Mama dan Papa, keduanya adalah madrasah pertamaku. Meski lelah sepulang kerja, papa tak pernah lelah mengajariku ini dan itu, menemaniku belajar bahkan sampai sepanjang malam. Tak bosan menyanyikanku lagu pengantar tidur setiap malam. Memijat pipiku saat aku sakit gigi, memelekku saat aku menangis, tidak marah saat aku ikut makan di piring yang sama dengannya (tepatnya mengganggunya makan), mengkhawatirkan rambutku yang sering rontok, memperhatikan makananku hingga kesehatanku, bahkan saat aku berada jauh darinya seperti ini. Papaku yang cerewet, yang overprotective dan berjiwa muda.


Papa. Menulis tentangnya tak akan ada habisnya. Terlalu banyak cinta dan kasih yang ia beri secara cuma cuma. Tanpa mengharap balas dan budi, hanya mengharap agar putri kecilnnya yang kini perlahan belajar dewasa dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa mengadu padanya lagi, dapat menemukan kebahagiaan di masa depan.
Bersama Papa

Jumat, 27 Maret 2015

,
25 Maret 2015, tepatnya Rabu kemarin resmi tercatat sebagai salah satu Hari Bersejarah entah yang keberapa kalinya setelah kelahiran gue ke dunia. Tanggal 25 kemarin gue melaksanakan salah satu ujian persyaratan untuk memeproleh gelar sarjana, ujian yang akan memabwa gue pada salah satu ujian terberat mahasiswa selama di perguruan tinggi; Skripsi.

Jadi, gue menggarap proposal usul penelitian gue ini udah sejak hampir 3 bulan yang lalu. Gue mulai mengajukan proposal seminggu sebelum bulan Januari berakhir dan baru bisa dipresentasikan di depan dosen pembimbing dan peguji 2 hari yang lalu. Penggarapan proposal ini cukup melelahkan, bikin makan hati dan nyaris putus asa. Dimana awal gue ngajuin judul ditolak mentah-mentah sama pembimbing 1 dan disuruh ganti dengan judul yang baru. Katanya judul yang gue ajukan nggak sesuai sama program pendidikan yang gue tempuh. Waktu itu gue mengajukan untuk mengukur likuiditas perusahaan yang memang selalu dijadikan tolak ukur oleh kreditur dalam memberikan pinjaman. Tapi nggak diterima. Padahal semuanya udah tersusun dengan rapi di dalam tempurung kepala gue. 

Jadilah hari itu, gue inget banget senin sore gue kalap baca referensi untuk nyari ide judul proposal yang baru. Alhamdulillah banget langsung ketemu. Maksudnya gue nemu jurnal yang menarik perhatian dan memunculkan jiwa kepo dalam diri gue. Gue emang cukup tertarik sama Perusahaan Telekomunikasi yang emang sudah sangat berjasa memajukan teknologi dan mempermudah penyampaian informasi dalam Negeri ini dan sepertinya jurnal itu mendukung mengingat perusahaan sub sektor telekomunikasi adalah perusahaan-perusahaan yang udah go public. Datanya juga nggak sulit didapat walaupun sedikit menyakitkan mata gue kalo baca. Dan Alhamdulillah banget itu judul keterima. Oke, gue nggak bakal bahas isi proposal gue disini.

Penggarapan proposal ini cukup melelahkan. Mulai dari penolakan, sampai pada masa bimbingan yang cukup sulit gue lakukan mengingat di samping dituntut menyelesaikan Tugas Akhir gue sebagai mahasiswi angkatan tua (2011), waktu gue juga dibutuhkan di kantor, perusahaan tempat gue magang yang entah kerasukan atau apa manajernya malah merekrut gue sebagai anggota timnya. Belakangan gue tahu beliau merekrut gue karena bakat yang gue miliki yang sampai sekarang gue nggak tahu itu apa. Beliau nggak ngasih tahu dan gue malu buat bertanya.

Gue cuma bisa ke kampus tiap jam 2 siang karena pagi gue harus ada di kantor. Dari jam 8 pagi sampai jam 2 gue berusaha sekuat tenaga, secepat otak bisa bekerja, semampu tingkat kecepatan maksimal yang gue miliki dalam megerjakan sesuatu, menyelesaikan semua pekerjaan gue yang selalu lumayan menyita waktu dan tempat duduk (maksudnya bisa duduk sampai berjam-jam buat mengerjakannya). Abis itu gue bakal ngebut buat  ke kampus sambil berdoa semoga dospem gue belum pulang karena beliau punya bayi kecil yang nggak bisa ditinggal lama-lama di luar rumah. Kadang gue masih sempet ketemu, kadang nggak. Bahkan bimbingan terakhir gue dengan sangat terpaksa harus di parkiran karena beliau saat itu sudah mau pulang dan beruntung sempat gue cegat.

 Pernah sekali gue harus ke rumah beliau karena beliau nggak bisa ngasih bimbingan di kampus karena udah buru-buru mau pulang. Gue sempet nyasar saat nyari rumah beliau. Sempet harus 2 kali bikin paket nelpon yang berbeda buat menghubungi temen yang bisa gue tanyain, dengan kondisi HP yang nyaris tewas. Hampir sejam gue nyasar. Dospem gue malah udah SMS nanya gue dimana, udah panik takut anak perempuan orang hilang atau diculik malam malam.

Tapi Alhamdulillah semua bisa terlewati. 2 hari sebelum jadwal ujian, gue sudah mulai mempersiapkan segala keperluan. Mulai dari mengcopy proposal gue sebanyak 4 rangkap, ngurus pendaftaran di Website Khusus Pendaftaran Proposal dan Skripsi kampus gue, ngurus undangan, segala map yang diperlukan, juga catering. Untung ada yang bersedia memabantu tanpa diminta, temen seperjuangan gue namanya Siti. Kalo nggak, bayangin aja badan gue yang kecil nyaris tinggal tulang begini ngurus semuanya sendirian. Makin habislah ini badan. Dan gue sangat berterima kasih buat dia. Dia benar-benar membantu dengan segenap hati, bahkan sampai menghibur buat menenangkan gue yang udah tegang duluan padahal belum ujian. Maklum, dia sudah ujian duluan dan sedang dalam masa revisi skripsi.

Tapi, di tengah kesibukan gue mengurus ujian, ada satu hal lucu yang nggak akan pernah bisa gue lupain sampai kapanpun. Adalah insiden gue yang saking buru-burunya ngejar waktu biar nggak telat ngater surat persetujuan ujian. Jadi, formasi ujian gue adalah didampingi 2 dosen pembimbing dan 2 dosen penguji. Sayangnya, salah satu dosen penguji gue nggak gue kenal bahkan tahu sedikit pun orangnya yang mana soalnya beliau adalah dosen dari jurusan Manajemen dan nggak pernah ngajar di kelas gue. Dengan tampang bingung nyaris depresi, gue nanya ke siapa aja kenal atau nggak beliau itu yang mana, tapi rata-rata yang gue tanyain nggak tahu. Akhirnya gue tanya sama TU di Jurusan dan Alhamdulillah dia tahu. Katanya si Ibu penguji gue ini lagi bareng sama salah satu dosen yang cukup gue kenal dekat di musala. Dengan cepat gue melesat ke musala dan ngedapetin ada seorang Ibu dosen yang lagi sama dosen yang gue kenal deket ini lagi turun tangga, mau pulang. Dengan kalap gue mengejar dosen itu, tanpa pikir panjang, tanpa tahu bakal ngomong apa. Yang gue tahu, gue haus segera memastikan apakah beliau adalah dosen penguji yang sedang gue cari atau bukan. Dan ternyata.. beliau bukan dosen penguji gue!

Jadi, dengan wajah ngos-ngosan gue cegat si Ibu dosen biar nggak keburu pulang dan langsung nanya "Ibu mohon maaf. Ini dengan Ibu (gue nyebut nama dosen penguji 2 gue)." Gue udah takut sih sebenernya abis nanya begitu. Tapi untungnya, beliau termasuk dosen yang ramah terhadap mahasiswi. Sambil tersenyum, beliau menjawab "Oh bukan No'u. Saya Ibu Hafsah, Ibu ... (nama dosen penguji gue) ada di atas. Tanpa lupa mengucapkan permohonan maaf sekaligus terima kasih, gue pamit dan kembali lari ke lantai 2. Saat gue nyampe, di tangga kanan (gue naik lewat tangga kiri), Ibu dosen yang gue kenal dekat lagi turun bareng Ibu dosen yang satunya (gue nggak tahu siapa). Dengan kecepatan penuh, gue melesat di antara mahasiswa lain, jadi perhatian dan menerima tatapan heran orang-orang karena lari kayak orang kesurupan (naik-turun tangga pula), ngejar si Ibu dosen yang gue kenal dan berbisik "Ibu.. yang di depan itu Ibu...(nama dosen penguji gue)?" yang Alhamdulillah lagi langsung terjawab dengan si Ibu dosen yang manggil si Ibu dosen yang di depan pake nama yang gue sebutin. Dan lagi lagi Alhamdulillah, beliau setuju untuk jadi dosen penguji pada Hari Rabu, tanggal 25 Maret 2015 jam 11 pagi.

Kejadian lucu lainnya juga pada saat gue nganter undangan ujian sama proposal. Tanpa pikir panjang, saat gue dapet tanda tangan Kajur gue, gue langsung ngasih satu undangan merangkap proposal di dalam map bertali ke baliau (beliau adalah dosen pembimbing 1 gue). Setelah itu, gue melesat ke ruangan Bapak PD (Pembantu Dekan) I buat nganter undangan yang lain. Nah, beliau kebetulan udah mau pulang saat itu soalnya udah sore. Jadi, beliau ngasih aja kunci ruangannya ke gue, nyuruh gue naruh proposal sama undangan di ruangannya aja dan beliau bakal nunggu di lantai satu buat gue ngembaliin kuncinya. Karena gue rada lupa lupa inget ruangannya yang mana, gue masukkin aja anak kunci ke ruangan yang gue yakini sebagai ruangan beliau. Dan, pintunya terbuka. Tapi gue masih kurang yakin. Beruntung di meja deket sofa ada proposal lain yang diletakkan begitu aja. Gue ambil aja itu proposal buat mastiin walaupun nggak tahu mau mastiin apa, dan seketika itu juga mata gue melotot. Gue bandingin sama map gue dan mata gue semakin melotot. Panik bukan main. Gue sama sekali lupa menyesuaikan undangan ujian. Dan gue hampir saja salah ngasih undangan. Gue sama sekali nggak kepikiran bahwa setiap undangan pasti memiliki nama yang dituju. Gue sama sekali lupa mencocokkan undangan pertama yang gue kasih ke Kajur gue dengan nama beliau. Dengan panik gue turun ke lantai 2, ke Jurusan dimana undangan lainnya gue titip disana. Dan Alhamdulillah kembali, meskipun gue sama sekali nggak melihat nama yang tertera di undangan pertama, gue nggak salah ngasih. Kejadian ini bikin gue sukses jadi bahan tertawaan temen-temen yang ngelihat sekaligus bikin satu temen gue ikutan panik, berpikir kalo dia mungkin juga salah nganter undangan.

Kejadian lucu yang gue alami nggak berhenti sampai disitu. Keesokan harinya saat hari ujian gue tiba, ritual gugup gue kembali menghampiri. Entah kenapa, setiap kali gugup, gue selalu sakit perut dan kebelet pup. Ini terjadi pagi saat gue lagi siap-siap buat ke kampus. Dan gue kembali ditertawakan sama temen gue. 

Beberapa menit menjelang ujian, saat gue udah melihat tampang penguji gue dari ruang sidang, gue kembali merasakan gugup luar biasa, Untungnya gue nggak sakit perut. Tapi kali ini sukses bikin gue bergerak nggak keruan. Badan gue geli. Dari leher sampai ke perut berasa digelitik sama tangan entah milik siapa. Dan itu nggak enak banget. Gue kembali ditertawakan...

Aduh kayaknya udah kepanjangan ini tulisan. Singkat cerita, kegugupan gue sama sekali nggak berasalan. Gue melewati ujian dengan tenang tanpa hambatan yang berarti. Proposal gue cuma perlu sedikit direvisi. Dan dari lembar nilai yang diam diam gue intip, gue dapat nilai A dari keempat dosen yang ada. Lega, bahagia, sekaligus bangga tentu saja. Usaha gue nggak sia-sia. Ujian proposal gue kemarin bener-bener ngasih gue pencerahan kalo Tuhan pasti membantu hambaNya yang berusaha. Kalo Tuhan telah senantiasa memberi gue nikmat yang sama sekali tiada putusnya. Tuhan telah membuat gue memutuskan untuk nggak pernah berpikir kalo Tuhan akan meninggalkan gue. Karena selain kemudahan ujian kemarin, sudah begitu banyak nikmat yang Dia berikan bahkan tanpa gue sadari....
Sebelum Ujian. *Kaki gue nggak enak banget posisinya haha

Jumat, 13 Februari 2015

,

Aku terharuuu… Mas Isal ini satu-satunya orang yang nggak pernah lupa ulang tahunku sejak kenal 5 tahun yang lalu. Dia juga satu-satunya orang yang kalo ngasih selamat nggak suka ngomong langsung, tapi bikin postingan beginian tanpa sepegetahuanku. Tapi herannya, aku nemu aja gitu postingannya walau nggak sengaja nyari. Makasih yaa Sal. You’re my best friend ever :D