Catatan harian yang semakin renta dan tua

Senin, 31 Juli 2017

,
Judul: He Loves Me, He Loves Me Not
Penulis: Elcy Anastasia
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Desain dan Ilustrasi Cover: Regina Feby
Terbit: Juli 2008
Cetakan Kedua: Desember 2008
Tebal Buku: 176 hlmn; 20 cm
ISBN-10: 979-22-3844-1
ISBN-13: 978-979-3844-0
Rating: 3/5

Lala dan Alex sudah berteman sejak kecil. Tapi entah sejak kapan, mereka jadi selalu berantem dan saling cela. Mereka bahkan punya julukan satu sama lain: Lalat buat Lala dan Jelek buat Alex. Herannya, mereka tetap bisa berteman tuh.

Sialnya, ortu mereka malah menganggap hubungan mereka "terlalu dekat dan bikin risi". Maka rencana pertunangan pun disusun. Alex dan Lala tentu saja menolak mentah-mentah. Tapi niat ortu mereka sudah mantap dan nggak ada yang bisa mereka lakukan untuk membatalkan rencana itu.

Eh, masa sih nggak ada? Lala tiba-tiba punya ide cemerlang: Dia harus cari pacar. Kalo dia udah dapet pacar, ortunya nggak mungkin maksa dia tunangan sama Alex. Pucuk dicinta ulam tiba, Revan tau-tau ngirim bunga buat dia! Hmm . . . . anak band, ganteng, kaya pula. Not bad, lah. Tapi kenapa si Jelek tau-tau jadi manis sikapnya? Gawat! Jangan-jangan . . . . jangan-jangan dia MAU tunangan sama Lala? Aduuuuuh. . . pusiiinggg!

****

Salah satu kemewahan yang ditawarkan fasilitas perpustakaan digital adalah pembaca dapat dengan mudah mengakses buku-buku lama yang belum dibaca tapi sudah tidak diproduksi lagi. Salah satunya adalah buku ini. He Loves Me, He Loves Me Not adalah one of books that catch my attention when I was young, tapi belum kesampaian dibaca. Baru sekarang. Dan, setelah baca, saya pikir kepuasan kalau saya baca dulu dan sekarang akan berbeda. Karena jelas, buku ini lebih cocok untuk saya saat masih seusia tokoh-tokohnya saja.

Plot dalam buku ini sangat tertebak. Mungkin ini faktor bukan sedikit buku lain yang sudah saya baca sehingga prediksi akan alur sudah lebih mudah dilakukan. Dan, perkembangan zaman juga membuat konflik dalam buku ini berasa ketinggalan. Kisah cinta abege zaman sekarang tentu saja berbeda dengan anak zaman dulu. Tapi, bukunya lumayan menghibur. Saya baca sekali duduk, walau terprediksi tapi nggak bosan. Bukunya cocok untuk mengisi waktu santai, karena bacanya nggak perlu pakai mikir. Apa yang terjadi dekat dengan kehidupan sehari-hari bahkan mungkin sudah banyak nongol di FTV.

Tapi, saya suka dengan kejutan yang diberikan penulis di bab terakhirnya. Bikin senyum geli dan jujur menambah nilai plus buku ini.

Jumat, 21 Juli 2017

,
Judul Buku: Teror
Penulis: Lexie Xu
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cover oleh: Regina Feby
Terbit: 2012
Cetakan Kelima: Februari 2015
Tebal Buku: 272 hlmn., 20 cm
ISBN: 978-602-03-1296-5
Rating: 3/5

Namaku Johan, dan akulah penyebab mimpi buruk semua orang.

Semua orang selalu meremehkanku, mulai dari ibuku hingga anak-anak tolol di sekolahku, dan aku selalu berhasil memberi mereka pelajaran bahwa aku tak bisa diremehkan. Tentu, beberapa akibatnya tak kuduga, seperti aku telah menewaskan ibuku dan beberapa kecelakaan lain, tapi itu harga yang harus kubayar demi menegakkan harga diriku.

Hidupku berubah drastis sejak aku bertemu Jenny, cewek yang sudah merebut rumah masa kecilku. Bukan saja itu kesalahan yang dilakukannya, melainkan ternyata dia berteman dengan cewek yang seharusnya menjadi teman atau, lebih baik lagi, pacarku. Aku bertekad akan menghukum Jenny. Namun, kebalikan dari harapanku, akulah yang dijebloskan ke rumah sakit jiwa.

Di balik dinding yang membatasiku dengan orang-orang gila, aku mulai menyusun siasat dan rencana. Aku berhasil memperdalam kemampuanku untuk mempengaruhi orang lain, menggerakkan mereka untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kotorku,  bagaikan pion-pion tak berharga yang bisa kukorbankan sewaktu-waktu.

Sekarang, setelah aku berhasil keluar dari rumah sakit jiwa, waktunya untuk pembalasan dendam. Mereka semua yang sudah berani menentangku akan merasakan akibatnya. Sebab, kali ini aku akan mengirim mereka semua ke neraka....

****

Seri terakhir. Setelah side story Tony dan Markus di Pontianak, cerita kembai ke Jakarta. Ke kejadian menyeramkan di SMA Persada Internasional yang sudah diceritakan dalam buku keduanya, juga mempertegas kabar Jenny dan hal misterius mengenai gantungan ponselnya dan Hanny. Setelah baca sinopsis, sebenarnya udah menantikan banget adegan thriller yang lebih menantang. Karena disitu ada POV Johan. Namun sayang, setelah baca, bukunya justru jatuh biasa saja. Penyebabnya, pertama, menurut saya akan lebih keren kalau bukunya ditulis menggunakan sudut pandang peneror, seperti buku dua yang hanya menggunakan sisi Hanny. Tapi dalam buku ini, yang mendominasi justru POV orang lain bahkan bisa dibilang hanya aktor tambahan. Contoh, POV Leslie saya rasa sebenarnya kurang penting. Dan karena terlalu banyak sudut pandang yang dalam hal ini bagian Markus-Tony-Tory tidak punya karakter pencerita yang berbeda seperti yang dimiliki Jenny dan Hanny, ritme bacanya entah gimana jadi terganggu. Kurang seru, padahal adegannya udah seru banget.

Kedua, pembajakan pesawat dirasa berlebihan. Saat baca, saya jadi ngerasa kalau penulisnya kehabisan ide di pertengahan lalu kemudian menggunakan ide yang ada saja. Di antara semua adegan kekerasa yang ada, adegan dalam pesawat berasa nggak banget sorry to say. Logika saya nggak bisa menerima bahwa teroris begitu mudah termakan omongan dan kebohongan Jenny. Lalu, wawancara para wartawan juga benar-bensr dirasa tidak perlu. Terkesan berlebihan.

Tapi, buku ini terselamatkan dengan adegan teror terakhirnya. Sumpah, itu keren dan rasanya akan lebih keren lagi kalau yang dipakai itu POV Johan. Yah memang sih kalau yang ditembak segi ketakutan dan kecemasan, POV Hanny dan Jenny udah pas. Tapi kalau dari segi didih psikopat - duileh bahasanya didih 😂, POV Johan lebih cocok. Memang sih POV Johannya ada, tapi dikit. Yang mendominasi justru Tony dan Markus kalau nggak salah inget. Pokoknya POV Johan amat sedikit.

Untuk bagian epilog, sebenarnya bertanya-tanya kenapa harus POV Hanny. Rasanya akan lebih pas kalau disitu pakai sudut pandang penulis saja. Rasanya nggak adil kalau yang jadi penutup dan penutur akhir kisah dan nasib anak-anak SMA Persada Internasional adalah salah satu tokoh di dalamnya. Memang, sejak buku kedua hanya menampakkan Hanny sebagai pencerita, kerasanya ya Hanny itu tokoh paling utama. Tapi karena dalam sinopsisnya digunakan POV empat orang, agak gimana gitu ketika epilog yang nongol cuma satu di antaranya.

Agak berat ngasih bintang 3, karena jujur saja, ritme baca saya terhadap seri buku ini udah kurang bagus sejak buku ketiganya. Tapi karena adegan terakhirnya cukup seru dan saya juga rada-rada tegang, jadinya berat juga ngasih bintang 2. Well, ini hanya penilaian pribadi aja. Karena, kalau menurut banyak orang bukunya nggak bagus, nggak mungkin bisa cetak ulang, kan? 😁

Minggu, 16 Juli 2017

,
Judul: Talak 3
Sutradara: Hanung Bramantyo, Ismail Basbeth
Produser: Hanung Bramantyo, Karan Mathani
Distributor: MD Pictures
Rilis: 4 Februari 2016
Negara: Indonesia
Bahasa: Indonesia
Pemain: 
Laudya Cynthia Bella as Risa

Reza Rahadian as Bimo

Vino G. Bastian as Bagas



Sinopsis

Setelah resmi beberapa bulan bercerai, rumah kredit Bagas dan Risa terancam disita bank. Mereka berdua terpaksa harus bersama-sama mengerjakan sebuah proyek yang hasilnya bisa menyelamatkan kondisi keuangan mereka. Masalahnya, pekerjaan menuntut keduanya harus bersama. Dalam proses pengerjaan proyek tersebut, muncul kembali benih cinta di antara mereka. Mereka pun memutuskan untuk rujuk kembali.


Persoalan menjadi rumit karena Bagas telah menjatuhkan talak 3 kepada Risa. Hukum talak 3 mengharuskan jika pasangan mau rujuk, harus melalui Muhalil, yaitu seorang laki-laki yang menikahi pihak perempuan kemudian bercerai. Untuk memuluskan niat mereka, Bagas berniat mengakali aturan dengan cara mencari suami kontrak untuk Risa.

Akhirnya pilihan jatuh pada Bimo, teman masa kecil Bagas dan Risa yang dianggap baik dan bertanggungjawab. Dalam proses merencanakan pernikahan Risa dan Bimo, terungkap kalau Bimo sudah menyimpan rasa cinta kepada Risa sejak lama. Risa gundah, dia tak ingin melukai pria baik hati seperti Bimo, dia meminta Bagas mencari calon suami lain namun dia tak mampu mengungkapkan alasannya karena tidak ingin Bagas berkonflik dengan Bimo.

****

Ini adalah film drama komedi romantis yang sebenarnya berkonflik biasa. Sudah bisa ditebak memang apa masalah yang akan menimpa pasangan suami istri yang ingin rujuk namun sudah telanjur menjatuhkan talak 3 sebelumnya, tapi dari film ini saya jadi tahu alasan yang awalnya saya anggap konyol dan tidak masuk di akal kenapa suami istri yang audah talak 3 lantas tidak bisa rujuk begitu saja. Ada sejarah cukup kelam tentang peremphan pada zaman dulu yang bisa dinikahcerai sesukanya dan hukum rujuk setelah talak 3 ini sebaliknya justru membuat saya senang. Di sini benar-benar digambarkan walau secara tersirat betapa dalam Islam hak-hak perempuan dan kehormatannya amatlah diperhatikan.

Untuk akting, nggak usah dinilailah ya, castnya aja udah juara gitu. Tapi, suka banget sama perannya Laudya Cynthia Bella di sini. Bener-bener khas wanita sosialita - mulai dari penampilan dan kipasnya yang nyaris nggak lepas, gaya bicaranya yang asyik dan lucu, dia jadi kelihatan lebih muda beberapa tahun plus fashionnya kece banget. Peran pria, duh sempet bingung harus pilih siapa (sebenernya sih ngapain ya pake milih haha). Dua aktor yang ada adalah aktor favorit saya. Bedanya, Abang Vino aktor favorit sejak zaman SMP, Abang Reza baru beberapa tahun ini. Tepatnya, sejak main dalam film Habibie dan Ainun. Seperti karakter yang kebanyakan dimainkan Vino, dia jelas cocok bangey jadi pria arogan dengan rambur gondrong dan jeans biri serta kaos oblong, tapi khusus Abang Reza, oh my aukaaaa banget dengan gaya jeans belel, kaos lapis kemeja kotak2 atau jaket, beannie dan brewok sexynya. Walau perannya kalem, jiwa Abang Reza Rahadiannya sama sekali tidak hilang. Sukalah ya sama akting mereka bertiga, apalagi saat udah ada permainan emosinya.

Komedinya lucu, pas, walau hanya terjadi di benerapa scene. Thank's to Dodit Mulyanto yang memang sudah cukup saya sukai sejak masih kadi kontestan SUCI hingga sekarang audah jadi stand up comedy-an bahkan aktor. Peran yang dimainkan pun pas dengan bagaimana Dodit saat di panggung. Hanya memang ada yang agak bolong atau terasa janggal. Penyelesaian masalah Bagas Risa Bimo kerasa terlalu cepat alurnya, cuma endingnya bagus. Nggak nyangka akan ada adegan yang cukup mengejutkan dalam salah satu scene penting dalam film ini.

Terakhir, film ini memberikan pesan yang cukup mendalam apalagi untuk pasangan suami-istri agar tidak gegabah dalam bertindak dalam mengambil keputusan karena resiko dari keputusan dan tindakan yang kita ambil sebagian besar bisa saja memaksa kita untuk mengorbankan hal yang paling kita sayangi. Seperti pernikahan, kata talak nggak bisa dijadikan bahan bercandaan.

Jumat, 14 Juli 2017

,
Judul Buku: Permainan Maut
Penulis: Lexie Xu
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cover oleh: Regina Feby
Terbit: November 2011
Cetakan Kelima: Februari 2015
Tebal Buku: 280 hlmn., 20 cm
ISBN: 978-602-03-1295-8
Rating: 3/5

Yo, namaku Tony senjakala dan hidupku saat ini bagaikan sederetan mimpi buruk.

Sebuah e-mail dari teman lamaku - tentang kejadian-kejadian misterius di rumahnya - terus mengusik pikiranku. Tetapi, aku berusaha melupakannya karena sudah tidak sabar lagi berlibur dengan Jenny, pacarku yang manis banget.

Tak disangka, tiba-tiba muncullah seseorang yang sangat tidak ingin kujumpai, namun terus saja menghantui kehidupanku. Tidak ingin orang ini membahayakan Jenny, aku terpaksa melupakan liburan impianku, mengadakan kamp latihan judo dadakan, dan menginap di rumah misterius yang konon menimbulkan nasib buruk bagi para penghuninya.

Celakanya, Markus, sobatku, malah menjalin hubungan mesra dan menjijikkan dengan si oknum ini, tidak peduli betapa uring-uringan aku dibuatnya, tidak peduli kami terkurung di penginapan menyeramkan, tidak peduli satu per satu anggota klub judo mulai lenyap.

Bersama pasangan tidak serasi inilah aku harus membongkar semua kejadian aneh ini. Apa sih sebenarnya yang sedang terjadi di penginapan ini? Apakah ada kaitannya dengan hantu legenda si Kakak yang menginginkan teman dan si Adik yang menginginkan pembalasan dendam?

Ataukah ada permainan yang lebih mengerikan daripada yang kami duga?

****

Buku ketiga ini dapat disebut sebagai side story dari buku keduanya yang berjudul Pengurus Mos Harus Mati karena waktu dan kejadiannya bersamaan dengan agenda MOS berdarah SMA Persada Internasional yang melibatkan Hanny. Sama seperti pada buku sebelumnya, buku ini mendatangkan tokoh baru bernama Tory. Dan, selain itu kalau di buku kedua orang-orang yang terlibat adalah pengurus MOS, maka disini adalah anggota klub Judo yang diketuai Tony, Markus, anggota klub lain dan teman semasa SMP Tony.

Menurut saya, buku ini kurang seram. Malah lebih pada drama cinta anak SMA yang terjadi di saat yang kurang tepat. Karena, selain unsur thrillernya yang cukup lama muncul, juga banyaknya adegan cinta yang melibatkan tokoh-tokohnya. Plotnya juga agak mirip dengan buku Obsesi, menggunakan ruangan rahasia sebagai tempat untuk mengolah kejahatan. Sejujurnya, saya kurang menikmati bacanya. Karena pertama, gaya bercerita Tony dan Markus yang sama sehingga kadang suka keliru atau ketuker orang pas baca POV mereka, plus gaya bercerita Tory yang entah kenapa kurang sreg sama selera saya. Saya lebih suka gaya bercerita Hanny. Jujur saja, seri ini agak drama dan terasa lebay.

Tapi, kendala ini mungkin hanya terletak pada selera baca saya yang kurang bisa masuk. Untuk ceritanya, cukup oke. Ide menggunakan kota Pontianaknya bagus, tapi sayang unsur kota itu kurang diulas. Memang sih, tujuan Tony dkk bukan untuk wisata. Tapi, karena penggunaan Pontianak cukup jarang ditemukan dalam novel remaja - kebanyakan selalu pakai setting Jakarta atau Bandung, rasanya nggak pas kalau yang ditekankan tentang Pontianak hanya bahwa kota itu panas banget karena tepat dilewati garis khatulistiwa.

Adegan pembantaiannya lumayan keji, tapi sayang kurang thriller. Gimana, ya? Cuma hilang untuk digunakan dalam persembahan. Rasa-rasanya malah jadi nyerempet kisah takhayul bukan thriller lagi. Dan kejadian-kejadian yang ada terasa monoton, kurang greget. Sempat berekspektasi akan ada hal lebih karena buku keduanya udah seru banget, tapi ternyata nggak terbukti. Tadinya mau kasih bintang 2, tapi karena endingnya lumayan oke dan lagi-lagi menerbitkan rasa ingin untuk terus baca sampai seri terakhir, jadi akhirnya tetap kasih tiga bintang. Terkadang, ending memang selalu menjadi penyelamat yang melegakan.

Kamis, 13 Juli 2017

,
Judul: Uang Panai' Maha(R)L
Sutradara: Asril Gani, Halim Gani Safia
Produser: Amril Nuryan, Halim Gani Safia
Perusahaan Produksi: Makkita Cinema Production
Distributor: 786 Production
Rilis: Makassar, 25 Agustus 2016
Durasi: 119 menit
Negara: Indonesia
Bahasa: Melayu Makassar, Bahasa Indonesia, Makassar, Bugis, Inggris
Pemain: 

Ikram Noer as Ancha

Nur Fadillah as Risna

Chaya Ary Nagara as Farhan
Tumming dan Abu (Sahabat Ancha)



Sinopsis

Ancha (Ikram Noer) seorang pemuda Bugis-Makassar, baru saja kembali dari perantauan. Tanpa sengaja dipertemukan kembali dengan mantan kekasihnya Risna (Nur Fadillah), setelah sekian lama mereka tidak saling berkabar. Benih-benih cinta akhirnya tumbuh kembali di antara mereka. Tidak ingin kehilangan Risna untuk kedua kalinya, Ancha berniat mempersunting Risna.


Namun niag tulus Ancha harus terbendung oleh syarat pernikahan secara adat. Ancha harus menyediakan Uang Panai' dalam jumlah yang cukup fantastis di mata keluarga Ancha. Perjuangan Ancha pun dimulai. Dia dibantu kedua sahabatnya Tumming dan Abu, yang sering memberi ide kocak dan absurd.

Di tengah perjuangan Ancha mengumpulkan Uang Panai', hadir Farhan (Cahya Ary Nagara), sahabat kecil Risna yang baru pulang dari luar negeri. Ayah Farhan dan Ayah Risna yang juga bersahabat berniat menjodohkan Farhan dan Risna sebagai bentuk terima kasih atau hutang budi di masa lalu. Ancha tertekan. Dia membutuhkan waktu lebih untuk mengumpulkan Uang Panai'. Harga dirinya sebagai putra Bugis-Makassar dipertaruhkan. Risna dilema, khawatir Ancha akan meninggalkannya seperti sebelumnya.

 Sementara keluarganya tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi. Mampukah Ancha mengumpulkan Uang Panai' sebagai syarat untuk meminang Risna? Sanggupkah Ancha membuktikannya sebagai putra Bugis-Makassar?

****

Filmnya keren dan seru. Mungkin sebelumnya akan saya jelaskan sedikit apa itu Uang Panai'. Uang Panai' dalam adat Bugis-Makassar adalah syarat sejumlah uang yang yang diminta keluarga pihak perempuan atau harga yang harus dikeluarkan keluarga pihak laki-laki ketika hendak mempersunting seorang wanita. Syarat ini dibicarakan dalam acara lamaran, dapat dilakukan tawar menawar, namun biasanya harga ini ditentukan oleh tingkat pendidikan, pekerjaan dan status sosial perempuan. Uang Panai' akan semakin mahal jika si perempuan seorang adalah sarjana, punya pekerjaan mapan, berasal dari keturunan bangsawan dan sudah berhaji. Adat ini sedikit mirip dengan adat Bolaang Mongondow meski dengan nama berbeda. Namun bedanya, di Bolaang Mongondow biasa disebut dengan kinta ukaton atau kalau dibahasaindonesiakan artinya "yang akan diberikan". Namun, dalam pertimbangan jumlah, biasanya hanya diukur dari tingkat pendidikan saja. Cuma, kalau di Bugis Makassar berapa yang disebut itulah jumlahnya, di Bolaang Mongondow masih bisa dikondisikan sesuai kemampuan pihak laki-laki. Dan ini bukanlah mahar.

Film uang Panai' ini, selain mengangkat budaya dan adat pernikahan dan pinangan dalam Bugis-Makassar, film ini juga merupakan sindiran secara terang-terangan terhadap banyak pihak yang dewasa ini sudah menggunakan pernikahan sebagai ajang gengsi-gengsian dan pamer kekayaan. Saing-saingan pesta siapa yang lebih meriah dan anak siapa yang dibayar dengan harga paling tinggi. Dalam film ini, keluarga Ancha digambarkan sebagai keluarga sederhana, sementara Risna berasal dari kalangan bangsawan yang sudah berhaji pula. Selain sindiran terhadap sikap materialistis yang seolah sudah mendarah daging, film ini juga bisa diambil sebagai teguran terhadap para orangtua yang menyalahi kewajibannya untuk menikahkan anak-anaknya dengan memberi persyaratan sulit sehingga banyak dalam contoh perempuan Bugis Makassar yang memilih Silariang (kawin lari) atau menjadi perawan tua karena Uang Panai'nya terlalu mahal.

Dari segi Bahasa, nontonnya enak banget. Pas rasa Bugis-Makassarnya. Kebetulan saya sudah terbiasa dengan logat Melayu Makassar, paham artinya, bisa membunyikannya - bisa juga logat juga saya ji' hehe walau sedikit jadi nontonnya nggak perlu baca subtitle. Cuma kalo pas adegan pakai bahasa Bugisnya yang perlu baca, tapi sama sekali nggak asing karena sehari-hari selalu dengar bahkan di rumah yang ditinggali sekarang orang-orangnya ngomongnya logat Melayu Makaasar dan Bahasa Bugis juga. Dan, ini patut bangey diacungi jempol. Film Bugis-Makassar dan bahasanya pun menysuaikan, nggak maksa pakai Bahasa Indonesia.

Sinematografinya oke, bikin pengin ke Makassar lagi dan jalan-jalan ke Pantai Losari, bikin inget waktu pulang dari Mall dan harus ganti angkot dua kali di Pettarani dan nunggu di fly over biar bisa sampe ke Perintis. Bikin kangen suasana Perumahan Sudiang dan waktu jalan-jalan nyari bubur kacang ijo di gang gang perumahan 😅. Soundtracknya juga bagus, feel komedinya juga kocak. Apalagi Abu, Tumming sama Mamaknya Ancha. Lucu sekali ki', ketawa terus mi saya nontonna 😁

Namun, ada beberapa tokoh yang aktingnya dirasa agak kaku seperti Farhan dan Daddynya yamg sok bule sok Inggris itu 😂

Rabu, 12 Juli 2017

,
Judul Buku: Lalita
Penulis: Ayu Utami
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit: 2012
Gambar Sampul dan Isi: Ayu Utami
Tataletak Sampul: Wendie Artswenda
Tataletak Isi: TI, Wendie Artswenda
Tebal Buku: x + 251; 13,5 x 20 cm
ISBN 13: 978-979-91-0493-9
Rating: 2/5

LALITA menerima sejilid kertas tua berisi bagan-bagan mandala, dan sejak itu setiap hari pengetahuannya tentang sang kakek bertambah. Setiap kali pengetahuan itu bertambah banyak, setiap kali pula sang kakek bertambah muda dalam penglihatannya. Pada suatu titik ia bisa sepenuhnya melihat seorang remaja berumur tiga belas tahun, yang berdiri lurus kaku dan kepala sedikit miring seolah melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain. Apa hubungan semua itu dengan vampir dan candi Borobudur? Itu akan menjadi petualangan Yuda, Marja, dan Parang Jati.

****

Tertarik baca buku ini pertama, karena penulisnya Ayu Utami. Kedua, karena review di Ijak sebagian besar bilang bukunya keren. Ketiga, pengalaman berkata, bahwa bacalah buku berdasarkan review yang diterimanya. Keempat, tolak ukur saya dalam baca buku adalah lihat review berdasarkan tulisan dan juga jumlah bintang yang diterima antara 3 sampai 5. Kelima, buku ini banyak dapat 4 bintang. Tapi, setelah baca bukunya, saya malah bingung menarik kesimpulan haha

Kalau dilihat dari materi, buku ini lebih pada cerita perjalanan spiritual Anshel yang lahir dari keluarga Yahudi namun memilih jalan Buddhisme. Ia adalah seorang "figur ilmuwan" yang dekat dengan nilai spiritual Buddha. Nilai yang dikenalnya secara tak sengaja saat berwisata ke menara Eiffel di Paris bersama Ayahnya. Buku ini memuat bagian tersendiri yang menjelaskan tokoh Anshel dan dengan sangat menyesal saya harus mengakui bahwa saya nyaris tidak paham. Saya bisa menjelaskan perjalanan hidup Anshel sedikit, tapi tentang sesuatu yang dirumuskannya sebagai alam nirsadar, titik pusat diri, entah, nggak bisa masuk. Mungkin memang benar seperti kata Marja, nilai sejarah dan budaya Hindu lebih mudah dipelajari daripada Buddha. Dan itu memang saya rasakan.

Buku ini masih merupakan bagian dari perjalanan Yuda, Marja dan Parang Jati yang juga merupakan tokoh utama dalam novel Bilangan Fu, dan jujur saya bingung apa ini adalah buku keduanya, pertamanya atau malah ketiganya. Meski ketiganya nyaris tidak bisa dibilang sebagai tokoh utama disini, karena sesungguhnya ada Lalita yang jadi judul novel ini, serta bab yang membahas kakeknya secara panjang.

Hal positif yang saya ambil dari buku ini adalah saya mendapat sedikit pelajaran mengenai sejarah Buddha meski hanya sedikit, dan memang kalau diperhatikan secara baik, buku-buku Ayu Utami memang selalu memuat hal edukatif, di samping percampurannya dengan "sastra wangi" yang memang dikenal vulgar. Tapi kemudian, sekali lagi sayang, hal edukatif itu tidak bisa benar-benar melekat dalam kepala saya, kecuali unsur candi Borobudur yang memang merupakan salah satu simbol spiritual Buddha yang terbesar pertama di dunia yang terletak di Yogyakarta. Dalam penjelasannya, candi Borobudur secara garis besar dapat dikatakan adalah tempat spiritual yang menjelaskan tentang diri manusia, tapi karena yang saya tahu disana juga terdapat relief yang mirip dengan kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Islam, saya jadinya tidak setakjub Marja dan kawan-kawannya. Saya hanya mengambilnya sebagai warisan budaya dari Dinasti Syailendra.

Poin cukup menarik dalam buku ini adalah penjelasan singkat tentang sejarah pervampiran atau kepercayaan bahwa Transylvania adalah tanah leluhur vampir yang ternyata berkaitan dengan perang Turki dan Eropa. Saya mengapresiasi sang penulis pada kelihaiannya mengawinkan sejarah, budaya dan fiksi juga kehadiran Sigmund Freud yang beberapa teori psikologinya sangat saya sukai. Saya juga suka dengan interaksi Marja dan Parang Jati, ataupun Marja dan Yuda, tapi yah sebatas itu. Hampir dikatakan saya tidak bisa menarik garis kesimpulan tentang Lalita selain sebagai wanita dengan hidup yang complicated dan telah memberikan Yuda pengalaman tutup botol sampanye axis mundi.

Senin, 10 Juli 2017

,
Judul Buku: Bulan
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cover dan Ilustrasi dalam: eMTe
Terbit: 2015
Tebal Buku: 400 hlmn; 20 cm
ISBN: 978-602-03-1411-2
Rating: 4/5

Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh. Dia sama seperti remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu yang sama, pergi ke serial fast food, menonton seria drama, film, dan hal-hal yang disukai remaja.

Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli yang tidak pernah diketahui siapa pun. Sesuatu yang dia simpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan dengan tangannya.

Namanya Seli. Dan tanganny bisa mengeluarkan petir.

****

Bukunya keren! Sepulangnya dari "wisata" ke klan Bulan, Raib, Seli dan Ali sudah mulai menjalani aktivitas biasa mereka di sekolah. Namun, di samping itu, mereka masih harap-harap cemas menanti Miss Keriting yang berjanji akan memberi kabar, entah kabar apa, yang pasti terkait kekacauan antardimensi yang sedang coba direalisasikan Tamus. Sekali pun ia sudah dikirim ke penjara Bayangan Di Bawah Bayangan, mereka tidak bisa menutup kemungkinan bahwa ia akan bisa meloloskan diri. Enam bulan berlalu, Miss Keriting kembali dengan kabar bahwa Klan Matahari bersedia melakukan diplomasi untuk membuka kembali portal dimensi. Mereka akan mengunjungi tanah leluhur Seli, Klan Matahari. Raib dan Ali juga turut serta, bersama Av sang kepala Perpustakaan klan Bulan dan Ily, anak tertua Ou.

Mereka disambut dengan meriah oleh penduduk Klan Matahari dalam acara Festival Bunga Matahari yang memang selalu diadakan setiap tahun. Festival tersebut adalah kompetisi untuk mencari bunga matahari yang pertama kali mekar di seluruh daratan Klan Matahari. Kompetisi itu akan diikuti masing-masing 9 perwakilan fraksi atau partai politik yang ada di Klan Matahari. Namun, tak disangka, Fala-tara-tana IV, pemimpin Klan Matahari yang sudah berkuasa selama 400 tahun mengumumkaj bahwa tamu-tamu dari klan bulan akan menjadi kontingen kesepuluh untuk pertana kalinya yang mengikuti ajang lomba Festival Bunga Matahari.

Buku ini adalah seri kedua dari Bumi karya om Tere. Dan, menurut saya pribadi, buku ini keren dan lebih asyik dibaca ketimbang seri pertama. Mungkin karena dalam buku Bumi, saya masih harus menyesuaikan ritme baca dengan buku fantasi milik Tere Liye. Bumi adalah cerita fantasi pertama Tere Liye yang ssya baca, dan awalnya masih agak kaku dan kurang menikmati.

Bulan menyajikan petualangan yang seru dan menegangkan. Mulai dari perjuangan Raib, Seli, Ali dan Ily untuk menjelajah Klan Matahari, tanah yang sama sekali asing bagi mereka, hingga pertempuran-pertempuran yang harus mereka lalui demi menemukan bunga matahari yang pertama kali mekar dibekali petunjuk yang membingungkan. Memang, jenis petunjuknya sama, tapi menurut saya dalam permainan kali inu, Tere Liye amatlah kreatif. Juga, bentuk, peta dan rintangan-rintangan yang kalau dicermati secara logika sebenarnya bisa ditebak. Tapi, karena terlanjur seru dengan ceritanya, pembaca seolah dikelabui dan pada nyaris akhir cerita petualangan, dibuat berdecak kagum oleh kecerdasan penulisnya.

Ada yang bilang kalau cerita ini mirip The Hunger Games, novel fantasi terkenal yang juga sudah difilmkan. Tapi menurut saya, sama sekali berbeda. Karena dalam Hunger Games, para anggota adalah orang-orang pilihan atau orang-orang tertindas yang terpaksa mengikuti permainan mematikan demi kesenangan pemimpin negara dan juga sebagai hiburan bagi masyarakat. Dalam Bulan berbeda, karena tujuan diadakannya Festival untuk tahun yang diikuti Klan Bulan ini dilatarbelakangi oleh tujuan lainnya yang akan menggiring kita pada rasa penasaran akan buku ketiganya, Matahari.

Overall, saya menikmati banget baca buku ini. Selesai bacanya cuma 2 hari, padahal dulu waktu baca Bumi, bisa sampai semingguan. Ceritanya asyik, mengangkan, ada bikin bapernya juga, dan diselipi sedikit selera humor Ali yang walau kadang garing namun tetap menghibur juga.

Sabtu, 08 Juli 2017

,
Judul Buku: Pengurus MOS Harus Mati
Penulis: Lexie Xu
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April 2011
Cover oleh: Regina Feby
Tebal Buku: 304 hlmn; 20 hlmn
ISBN: 978-602-03-1294-1
Rating: 4/5

Hai, namaku Hanny Pelangi, dan hidupku saat ini bagaikan sederetan mimpi buruk.

Awalnya semua terlihat luar biasa.  Aku sedang menikmati liburan yang menyenangkan bersama sahabatku, Jenny, saat aku diminta pulang oleh pacar baruku, Benji, sang ketua OSIS, lantaran aku terpilih menjadi salah satu pengurus MOS. Wow! Terpilih menjadi anggota tim elite dan mendapat kesempatan menyiksa murid-murid baru? Siapa yang tidak mau?

Namun, semuanya ternyata tidak seindah yang kubayangkan. Belum apa-apa rapat kami sudah diteror oleh seorang cowok bengal yang tidak naik kelas, sangat membenciku, dan hobi membuatku malu. Pokoknya, cowok yang minta diinjak mukanya deh.

Urusan ini bertambah parah saat Benji mengajak kami mengarang kisah horor bohongan seputar sekolah kami. Maksudnya sih untuk menakut-nakuti anak baru. Tak disangka, kisah-kisah horor bohongan itu malah menjelma menjadi kenyataan. Satu demi satu pengurus MOS mengalami kecelakaan mengerikan yang tidak bisa dijelaskan. Puncaknya, nyawaku nyaris melayang.

Apakah yang menyebabkan kecelakaan-kecelakaan ini? Kutukan kisah horor yang berbalik menimpa kami? Anak baru yang dendam pada kami?

Kalah memang begitu, mengapa semua petunjuk mengarah pada Jenny?

****

Buku seri kedua dari Johan. Seperti yang sudah bisa dijelaskan dalam sinopsis, buku ini menceritakan tentang Hanny Pelangi, cewek paling cantik dan populer di SMA Persada International yang tadinya sedang liburan bareng sahabatnya Jenny Angkasa di Singapura, tapi tiba-tiba disuruh pulang ke Indonesia oleh Benji karena akan menjadi salah satu panitia MOS.

Pekan MOS yang selama ini dijalankan menuru Benji, sang Ketua OSIS sekaligus pacar Hanny, amatlah membosankan. Oleh karena itu, ia berniat mengubah agenda MOS menjadi lebih seru, yakni dengan melakukan penyiksaan terhadap anak baru, juga mengarang kisah horror bohongan yang akan digunakan untuk menakut-nakuti mereka. Selain itu, kalau tahun-tahun sebelumnya MOS hanya diadakan 3 hari, kali ini akan diadakan 6 hari jadi mereka butuh 6 kisah horror. 6 orang yang punya ide pun menyumbangkan kisah horror karangannya, MOS dimulai dengan lebih kejam, namun yang mengejutkan adalah di hari pertama terjadi kecelakaan yang skenarionya sama persis dengan kisah horror karangan Mila.

Kalimat pertama untuk buku ini adalah, this book is so much better than the first one. Makanya yang obsesi dapat 3 bintang, buku ini dapat 4. Berbeda dengan Obsesi, alur cerita dalam buku ini memang tertebak, tapi kita sama sekali misteri dengan siapa pelaku kejahatan yang sebenarnya. Kalau di Obsesi kan tanpa mikir emang nyata-nyata udah kelihatan jelas siapa otak di balik 2 kejahatan yang menimpa Jenny Tompel dan Jenny Bajaj. Kemudian, kalau di buku sebelumnya, ada pergantian POV antara Jenny dan Hanny, disini hanya ada Hanny saja. Jadi, rasanya walau memang tokoh utamanya udah yakin adalah Hanny Jenny dan Johan, disini jadi berasa bahwa tokoh paling utamanya ya si Hanny.

Ceritanya mengalir dengan menyenangkan. Nggak cepat, nggak lambat. Tergolong pas. Dan saya suka banget dengan ide urutan kisah misteri yang didasarkan pada kisah karangan pengurus MOS. Udah bisa ditebak bahwa pelakunya berasal dari mana, tapi nggak bisa disimpulkan dengan cepat yang mana orangnya. Seperti kata Frankie, siapapun berpotensi dicurigai.

Pemicu konflik dalam buku ini mirip obsesi karena ada unsur balas dendam dan juga obsesinya walau tidak separah yang pertama. Tapi, kalau dari segi kengerian dan horrornya kejahatan yang dilakukan, buku ini lumayan seram. Apalagi pas kisah horror kelima karangan Violina. Untuk feel detektifnya masih tetap ada, meski tidak sekental dan seDetective Conan buku sebelumnya, tapi pemecahan masalah oleh Frankie dirasa kurang masuk akal. Terlalu cepat, nyaris tidak berproses, dan tidak setelusur Markus dan Tony. Tapi memang sih Marku dan Tony feelnya mengarah ke DC. Overall buku ini bikin penasaran tetep yah untuk lanjut baca seri ketiga: Permainan Maut. 

Jumat, 07 Juli 2017

,
Judul Buku: Cantik Itu Luka
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Januari 2015
Tebal Buku: 496 hlmn
ISBN: 9786020312583
Rating: 3.8/5

Di akhir masa kolonial, seorang perempuan dipaksa menjadi pelacur. Kehidupan itu terus dijalaninya hingga ia memiliki tiga anak gadis yang kesemuanya cantik. Ketika mengandung anaknya yang keempat, ia berharap anak itu akan terlahir buruk rupa. Itulah yang terjadi, meskipun secara ironik ia memberikan nama Si Cantik.

"Perihal berbagai gaya dan bentuk yang diaduk jadi satu ini, Cantik Itu Luka memang sebuah penataan berbagai capaian sastra yang pernah ada. Seluruh referensi yang ada dalam bagasi penulisnya, hadir bercampur aduk membentuk mozaik konstruksi linguistik yang dinamis."
_Alex Supartono, Kompas



"Mencermati isinya, kita seperti memasuki dunia yang di sana, segalanya ada."
_Maman S. Mahayana, Media Indonesia



"Inilah sebuah novel berkelas dunia! Membaca novel karya pengarang Indonesia kelahiran 1975 dan alumnus filsafat UGM ini, kita akan merasakan kenikmatan yang sama dengan nikmatnya membaca novel-novel Kanon dalam kesusastraan Eropa dan Amerika Latin."
_Horison



"It's nice that, after a half a century, Pramoedya Ananta Toer has found a successor. The young Sundanese Eka Kurniawan has published two astonishing novels in the past half-decade. If one considers they often nightmarish plots and chatacters, one could say there is no hope. But the sheer beauty and elegance of their language, and the exubarence of their imagining, give one the exhilaration of watching the snowdrops poke their little heads up towards a wintry sky."
_Benedict R.O'G. Anderson, New Left Review


****


Novel yang panjang dengan cerita yang complicated. Kenapa begitu? Karena novel ini tidak hanya menceritakan kisah hidup satu tokoh saja, yakni Dewi Ayu sebagai salah satu pelacur Halimunda di zaman akhir kolonial, tapi hampir semua kisah hidup tokoh yang bersinggungan dengan Dewi Ayu diangkat, beberapa hanya sepintas, ada yang mungkin setengah hidupnya, ada juga yang dibahasa sejak ia dilahirkan. Feelnya itu kayak Naruto Shippuden. Buku ini ditulis dengan alur mundur, kemudian maju beberapa tahun, mundur lagi ke zaman yang entah kapan, maju lagi meski bukan ke masa sekarang tapi ke masa lalu yang tidak terlalu lalu, kemudian banyak filler pada beberapa tempat. Bedanya, kalau dalam NS fillernya kadang dikeluhkan, dalam novel ini, fillernya justru dibutuhkan untuk melengkapkan cerita dan membangun pemahaman yang utuh bagi pembaca. Dan saya sangat mengagumi kelihaian Eka dalam meramunya, namun sayang pada beberapa tempat saya didera kebosanan.

Selain pertaburan karakter dan sejarah hidupnya, sebut saja biografi singkat, buku ini juga mengandung unsur sejarah. Saya tidak tahu apa dalam sejarah yang dipaparkan disini segalanya berasal dari kisah nyata, beberapa bagian memang pernah saya ketahui dari pengalaman membaca sejarah, contohnya, paksaan untuk menjadi pelacur ketika Nippon masuk menjajah di Indonesia, tapi apa kejadian di Halimunda ini benar adanya, saya tidak tahu. Harus diakui pula, tidak hanya cerdas meramu kisah, Eka juga mampu membawa perasaan pembacanya untuk terhanyut dalam perasaan-perasaan yang dirasakan tokoh-tokohnya. Sumpah mati, saya ngeri dengan apa yang dialami Dewi Ayu dan teman-temannya saat dibawa ke Bloedankamp, dan juga ngeri dengan pembantaian para anggota PKI beberapa tahun setelahnya. Well, hal itu memang pernah terjadi dan pembantaian itu sukses menempatkan Indonesia ke urutan pertama pelanggar HAM terberat pada masanya. Walau saya bukan seorang komunis, saya mengaku sedikit sosialis dan selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan manusia. Jadi, bagaimana Eka mendeskripsikan kisah pembantaian dalam buku ini membuat saya merasa horror berlipat-lipat.

Saya juga ikutan dibuat baper oleh kisah cinta mengharukan antara Kamerad Kliwon dan Alamanda, juga dibuat terpesona pada cinta Maya Dewi dan suaminya. Pun oleh Dewi Ayu yang tak menginginkan nasib malang menimpa anak-anaknya. Namun, yang membuat buku ini tidak bisa saya kasih 4 bintang adalah unsur dendam roh halus. Bukan apa-apa, saya merasa sekalian baca fantasi daripada kisah hidup yang diikutcampuri orang-orang mati demikian dalamnya. Yah namanya fiksi kan memang bisa terserah mau dibuat gimana aja, mungkin juga saya yang belum terlalu paham dalam menilai atau gimana tapi dendam kesumat Ma Gedik dirasa berlebihan. Meski ya, itulah yang membuat buku ini jadi penuh cerita dan sarat makna juga pesan-pesan kehidupan maupun kematian.

Yang menyebalkan adalah saya tidak rela dengan nasib yang menimpa tiga bersepupu Krisan, Rengganis Si Cantik dan terutama Nurul Aini. Tragisnya tidak bisa terterima oleh perasaan. Pun kisah cinta Si Cantik dengan keponakannya juga sama sekali bikin saya bete. Apaan coba, kenapa begini menderitanya, gitu? Tapi disitulah suksesnya Eka, berhasil bikin saya ikutan benci tokoh sebuah novel seolah dia mengganggu hidup saya, patut diacungi jempol, kan?

Terakhir, I love the ending. Sukaaaak banget. Rasanya kekesalan dan kebetean juga sedikit kebosanan yang saya alami diobati dengan kalimat terakhir milik Krisan.

Rabu, 05 Juli 2017

,
Judul Buku: Obsesi
Penulis: Lexie Xu
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cover Oleh: Regina Feby
Terbit: 2010
Cetakan Kedelapan: Februari 2015
Tebal Buku: 240 hlmn;, 20 cm
ISBN: 978-602-03-1293-4
Rating: 3/5

Halo, namaku Jenny Angkasa dan hidupku saat ini bagaikan deretan mimpi buruk.
Pertama-tama, aku dimusuhi Hanny, cewek paling popuper di sekolah yang tadinya adalah sahabatku satu-satunya. Mantan sohibku itu kini menganggapku lebih rendah daripada amuba, bahkan aku dikutuk untuk menjalani hidup sial selamanya.
Kedua, dua teman sekelasku yang memiliki nama yang sama denganku mengalami kecelakaan yang mengerikan. Berdasarkan observasi umum, aku akan menjadi korban berikutnya. Bagaimana aku tidak deg-degan?
Ketiga, aku mulai uring-uringan tinggal di rumah yang kudiami selama enam tahun terakhir ini. Memang sih, kabarnya rumahku dihantui oleh wanita bergaun putih dan berambut panjang serta anak  kecil. Tapi selama ini kami hidup berdampingan tanpa saling mengganggu kok. Kini, mendadak beberapa kejadian aneh muncul di rumahku.
Apa yang terjadi sebenarnya? Benarkah penyebab semua masalah ini adalah hantu-hantu masa lalu? Atau gara-gara kutukan Hanny yang ternyata manjur banget?
Atau mungkin ada misteri lain di balik semua ini?

****

Bercerita tentang Jenny, gadis SMA yang tinggal di rumah yang angker. Berbagai keanehan ia alami di rumah itu, cap tangan bayi di cermin kamar mandi hingga fakta bahwa rumahnya punya ruangan serta lorong rahasia. Jenny bersahabat dengan Hanny, tapi gara-gara Toni persahabatan mereka rusak. Hanny menjauh dari Jenny dan memilih bersahabat dengan Johan, anak laki-laki aneh dan menyeramkan. Putusnya hubungan persahabatan Jenny dan Hanny diikuti peristiwa aneh. Beberapa kejadian yang nyaris membunuh dua teman sekelas Jenny yang bernama Jenny juga membuat Jenny jadi parno. Apalagi Hanny sempat mengutuk Jenny waktu mereka bertengkar. Hal itu, membuat Jenny serta teman-temannya berpikir bahwa Jenny Angkasa juga akan mendapat giliran celakanya.

Buku ini bergenre thriller yang ditulis khusus untuk remaja. Tokoh-tokohnya juga masih remaja SMA. Jujur saja, sudah sejak lama saya pengin banget baca tulisan mbak Lexie, karena sebagian besar teman saya yang doyan baca ngaku suka banget sama seri OMEN. Saya baca buku ini karena ngira ini buku pertamanya, ternyata ini seri JOHAN 😅 tapi nggak apa-apa sih walau jujur aja buku ini menurunkan ekspektasi saya terhadap OMEN karena buku ini sama sekali nggak berasa seram. Ada sih sedikit yang bikin bulu meremang tapi lebih karena pendeskripsian hantunya pas banget dibaca pas mati lampu.

Untuk bagian pencarian yang dilakukan Jenny terkait misteri ruangan rahasia di rumahnya, juga musibah yang menimpa 2 gadis lain bernama Jenny langsung mengantarkan saya pada kesimpulan bahwa penulisnya adalah penggemar Detective Conan. Feelnya Conan banget sih walau tetap masih lebih mendetail manga jebolan Jepang tersebut. Tapi, ada satu poin yang sangat saya sukai. Endingnya twist, dan walau ceritanya nggak seram, saya tetap berhasil dibuat penasaran untuk baca buku kedua dan ketiganya.