Catatan harian yang semakin renta dan tua

Rabu, 21 Juni 2017

,
Judul Buku: Bilangan Fu
Penulis: Ayu Utami
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Terbit: 2008
Gambar Sampul dan Isi: Ayu Utami
Tataletak Sampul: Rully Susanto
Tataletak Isi: Wendie Artswenda
Tebal Buku: x + 573 hlmn,; 13,5 x 20 cm
ISBN 13: 978-979-91-0122-8
Rating: 4/5

Yuda, "si iblis", seorang pemanjat tebing dan petaruh yang melecehkan nilai-nilai masyarakat. Parang Jati, "si malaikat", seorang pemuda berjari dua belas yang dibentuk oleh ayah angkatnya untuk menanggung duka dunia. Marja, "si manusia", seorang gadis bertubuh kuda teji berjiwa matahari.
Mereka terlibat dalam cinta segitiga yang lembut, di antara pengalaman-pengalaman keras yang berasal dari sebuah kejadian aneh - orang mati yang bangkit dari kubur - menuju penyelamatan perbukitan gamping di selatan Jawa.
Di antara semua itu, bilangan Fu sayup-sayup menyingkapkan diri.

Pengarang menamai nafas novelnya "spiritualisme kritis". Yaitu, yang mengangkat wacana spiritual - keagamaan, kebatinan, maupun mistik - ke dalam kerangka yang menghormatinya sekaligus bersikap kritis kepadanya; yang mengangkat wacana keberimanan, tanpa terjebak dalam dakwah hitam dan putih.
Novel ini adalah manifesto Ayu Utami tentang sebuah sikap yang perlu diutamakan di zaman ini: sikap religius ataupun spiritual, yang kritis.

****

Buku ini berangkat dari kisah Yuda, seorang pemanjat tebing yang selalu memiliki sikap skeptis namun doyan bertaruh dalam kesahariannya. Pertemuannya secara tak sengaja dengan Parang Jati, mahasiswa geologi saat hendak mengambil peralatan panjat tebing di rumah salah satu temannya di Bandung ternyata menjadi awal mula persahabatan erat yang terjalin antara keduanya, pun sikap saling mengasihi antara mereka berdua dan Marja, kekasih Yuda. Namun, bukan kisah itulah yang hendak diceritakan. Buku ini lebih sebagai bentuk pengabadian Parang Jati, oleh Yuda dan penulisnya sendiri, Ayu Utami terhadap Parang Jati, pria berjari dua belas yang memiliki cara pandang yang sedikit berbeda juga sikap yang dinamainya "laku kritis".

Ada 3 bagian utama atau inti yang coba disampaikan Ayu Utami. Kalau bisa dikatakan, sebagai 3 hal yanh digugat dan dikritik sang penulis. Modernisme, monoteisme dan militerisme.

Pada bagian pertama, Ayu Utami menyampaikan bahwa di zaman sekarang, modernisme sudah terlalu banyak mengambil peran dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya pada penggunaan teknologi, tapi juga pada pola pikir manusianya. Keberadaan modernisme dalam hidup sejak ditawarkannya falsafah modern memang memberikan dampak yang positif namun juga tidak terbebas dari hal negatifnya. Dalam hal ini, sebagai contoh yang digunakan adalah kekerasan pada alam yang diakibatkan oleh sifat dan pola pikir modern orang-orang.

Sebelum datangnya agama dan pola modernisme, alam menjadi sesuatu yang dipuja banyak manusia. Dikeramatkan dan tidak bisa diganggu seenaknya, namun sejak pola modernisme masuk - yang selalu menekankan pada pembuktian dan bertolak belakang hingga mendongengkan takhayul, hal itu memberikan impak yang negatif pada contohnya, pemeliharaan alam. Dalam bagian ini, menurut saya pribadi, apa yang hendak disampaikan sang penulis dan apa yang saya tangkap adalah betapa modernisme menjadk jalan atau jembatan untuk memperkaya kaum kapitalis. Oleh sebab sikap modern, orang-orang tak lagi percaya pada hal-hal gaib atau mistik yang mendampingi alam, sehingga sesukanya melakukan eksploitasi dan penggunaan berlebihan,seperti penambangan daerah yang merupakan ekosistem yang patut dilindungi juga penebangan ilegal terhadap pohon-pohon yang sebenarnya menyimpan sumber-sumber penghidupan bagi seluruh manusia.

Setelah kritik atas modernisme, Ayu Utami melancarkan kembali "serangan" terhadap monoteisme atau kaum-kaum agamis yang memiliki kepercayaan tertentu atau keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Memang, dalam beberapa bagian, saya kurang setuju, karena pemggambaran kaum monoteisme disini seolah menitikberatkan pada kaum Muslim yang melarang pengeramatan atau penyembahan terhadap hal-hal gaib selain Allah karena itu adalah perilalu musyrik atau syirik. Namun, seperti "laku kritis" yang dikedepankan Parang Jati, saya sebagai pembaca mencoba menilai ide Ayu Utami ini secara objektif. Saya menghormati pendapatnya tapi tidak meyakini. Ada perbedaan yang jelas antara dua hal ini, ketika kita menerima pendapat orang lain walau itu bertentangan dengan keyakinan kita, dan ketika kita ikut meyakini juga. Menerima disini bukan dalam artian membenarkan karena pembenaran lebih dekat pada pengertian meyakini. Disini, saya mencoba menarik batas antara ide penulis dan apa yang saya yakini dalam agama saya sehingga saya menghasilkan hal atau opini atau mungkin cara lain. Jika Ayu Utami memilih gagasan tetap melestarikan sajen dan pemujaan terhadap roh roh halus (sekali lagu bukan karena meyakini atau dengan niat mempersekutukan Tuhan), maka saya memilih gagasan lain yakni bahwa memang dalam hidup ini, manusia tidak hidup sendiri. Jin-jin yang berdampingan dengan kita dan mungkin saja tinggal di hutan saya yakini ada, tapi jika ide ini dirasa tidak bisa menjadi plural dengan keyakinan lain, maka saya memilih pada gagasan bahwa hutan-hutan dan mata air yang ada memang patut dijaga karena disana juga hidup hewan-hewan yang membutuhkan rumah dan makanan. Pun kita manusia, butuh air dari sana. Memang akan sulit untuk dipraktekkan sepertinya, tapi itu hanya gagasan pribadi atau sebut saja sebagai apa yang saya petik dari membaca buku ini. Memang, tidak bisa "makan" dengan ide pelestarian sajen dan kebiasaan lainnya yang dianggap sebagai bagian dari budaya dan warisan nenek moyang, namun dalam kasus ini, rasanya hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia yang diajarkan untuk selalu dijaga akan terasa lengkap jika ditambahi dengan hubungan bersama alam sekitar juga ekosistemnya.

Sebenarnya, dalam kasus Parang Jati, Ayu Utami bukan menyalahi paham-paham agama namun lebih pada mengkritik kaum monoteis yang secara sadar atau pun tidak telah disusupi paham modernis yang kemudian diperalat oleh sikap militeris orang-orang kapitalis.

Pada bagian tiga, militerisme, jelas dan nampak sekali bahwa kritik yang disampaikan adalah ditujukan bagi pemerintahan, karena memang dalam bab ini yang lebih banyak mendominasi cerita adalah kejadian-kejadian ganjil yang mengikuti reformasi
 Sejak awal-awal lengsernya Mantan Presiden Soeharto hingga pergantian pemimpin negara menjadi bapak Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tak hanya mengkritik sikap manusia terhadap alam, Ayu Utami juga mengangkat isu sosial yang pernah menimpajuga beberapa hal yang sempat meresahkan warga dan masyarakat pads zaman itu, yang menurut penulis diakari oleh sikap militeris dan keinginan untuk berkuasa.

Tempelan kliping beberapa berita harian dari koran juga banyak menghias buku ini, termashk opini Parang Jati yang sempat menimbulkan kekacauan karena perasaan terintimidasi dari para kaum yang ingin mendulang kekuasaan dari banyak peristiwa yang terjadi. Saya nggak bisa mengambil kesimpulan secara penuh, karena di zaman itu saya juga belum paham apa yang sebenarnya terjadi, tapi lewat selipan klipiing berita saya bisa sedikit mengatakan bahwa beberapa bagian dalam buku ini mungkin saja dipetik dari kisah nyata. Apalagi setelah membaca kolom ucapan terima kasih dari sang penulis.

Over all, buku ini keren dan sangat saya rekomendasikan bagi siapa yang suka dengan bacaan yang mencerahkan pikiran. Tapi, mungkin saya perlu mengatakan bahwa "laku kritis" sangat dibutuhkan dalam membaca buku ini serta menarik kesimpulan tentang apa yang hendak disampaikan penulisnya. Karena, pendapat kita bisa saja berbeda, bahkan jauh dari apa yang ditargetkan Ayu Utami sendiri. Tapi bagian paling kerennya adalah buku ini tidak hanya menggugat tiga isme di atas tapi juga dapat memperkaya khazanah ilmu penhetahuan pembacanya tentang sejarah, mitologi Jawa atau yang berkembang di Jawa pada masa itu, juga sedikit dari Sunda. Pun beberapa informasi terkait geologi lainnya.

Jumat, 16 Juni 2017

,
Judul Buku: Corat-coret Di Toilet
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Desain Sampul: Eka Kurniawan
Setter Isi: Fitri Yuniar
ISBN: 978-602-03-0396-4
Rating: 2/5

"Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan. Aku lebih percaya kepada dinding-dinding toilet."


"Nada komedi satirnya cukup kuat dalam Corat-coret di Toilet. Cerdas juga usahanya mengangkat hal kecil yang remeh-temeh menjadi problem kemanusiaan."

_Maman S. Mahayana, Media Indonesia

"I decided to translate Coret-coret di Toilet not because it is one of Eka's best-known short stories, but because it is very blackly funny. It catches perfectly the atmosphere of student life in Indonsleia, at the start of new century, as the brief promise of Reformasi was being estenguished by gangstersim, cynicism, greed, corruption, stupidity, and mediocrity. It also mirrors beautidully the bizarre lingo shared ex-radicals, sexual opportunists, young inheritors of the debased culture of the New-Order era, and anarchists avant la lettre. Finally it shows Eka's gift for startling imagery, sharp and unexpected changes of tone, and his 'extra-dry' sympathy for the fellow members of his late-Suharto generation."
_Beneddict R. O'G. Anderson, Indonesia


2 stars for Eka Kurniawan's book? Mungkin buat yang kenal siapa Eka akan bertanya-tanya tapi ini adalah rating paling jujur saya tentang buku ini. Kumpulan cerpen yang berisi cerpen baru maupun cerpen-cerpen yang sudah pernah diterbitkan sebelumnya menarik minat saya karena judulnya. Saya sudah yakin dan percaya bahwa buku ini akan menyinggung beberapa hal tentang rezim yang pernah menguasai Indonesia selama 32 tahun itu. Dugaan itu benar, but I just can't got into them. Entah apa karena gaya penceritaan atau cerpennya yang nggak masuk jajaran my cup of tea atau memang karena cerpen di dalamnya berasa kurang greget dan tidak Eka - saya baru baca Lelaki Harimau sih tapi demi apapun suka banget sama buku itu. Tapi buku ini justru nggak dan kalau kasih 3 bintang berasa bohong banget ratingnya kalau menggunakan kacamata dan penilaian saya.


Buku ini memuat 12 cerpen, di antaranya:

  1. Peter Pan
  2. Dongeng Sebelum Bercinta
  3. Teman Kencan
  4. Rayuan Dusta Untuk Marietje
  5. Hikayat Si Orang Gila
  6. Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam
  7. Siapa Kirim Aku Bunga
  8. Tertangkapnya si Bandit Kecil Pencuri Roti
  9. Kisah dari Seorang Kawan
  10. Dewi Amor
  11. Corat-Coret di Toilet
  12. Kandang Babi
Sebenarnya, kalau dilamai dengan lebih serius, materi yang disinggung buku ini punya makna yang dalam. Seperti dalam Peter Pan, Eka mengajak kita semua untuk tidak menyia-nyiakan reformasi yang kita peroleh karena sejatinya ia didapat dengan susah dan mengorbankan banyak hal, Rayuan Dusta Untuk Marietje memberi tamparan pada kita bahwa negeri kita yang "kaya ini sebenarnya miskin", Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Rumah sedikit menyinggung cara parenting yang masih terlalu mengekang anak, Siapa Kirim Aku Bunga mengingatkan kita untuk tidak seenaknya dalam bertindak, Kisah dari Seorang Kawan menyindir hal yang berkaitan dengan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat menengah ke bawah khususunya pedagang kecil, dan Corat-coret di Toilet adalah sebuah sindiran telak bahwa pada zaman itu, anak muda Indonesia amatlah skeptis terhadap cara kerja pemerintah. 

Belum lagi, cerita-cerita ini menceritakan pada kita kerasnya hidup akademisi/mahasiswa zsman Orde Baru - bahkan tinggal di gudang kampus pun yang mirip kandang babi, digusur. Tapi tetap, saya nggak bisa menikmati. Ending-ending cerpen yang saya temui nggak nendang dan jujur saja mengkhianati ekspektasi saya akan kepuasan yang akan didapat jika telah selesai baca bukunya. Tapi ini hanya pendapat pribadi, buat yang penasaran dengan bukunya bisa coba baca dan beri penilaian versi sendiri. Sejujurnya, nggak rela banget ngasih 2 bintang, tapi apalah daya perasaanku tak sampai padanya. Eh tapi, really aku suka cerpen utamanya :D

Kamis, 15 Juni 2017

,
Sumber Gambar
Judul: The K2
Genre: Action, Melodrama, Politik
Penulis: Jang Hyuk Rin
Sutradara: Kwak Jung Hwan
Rumah Produksi: HB Entertainment, Studio Dragon
Stasiun TV: tVN, Studi Dragon
Negara: Korea Selatan
Bahasa: Korea
Jumlah Episode: 16
Pemain:

Ji Chang Wook as Kim Jae Ha

Im Yoo Na as Go Anna

Song Yoon Ah as Choi Yoo Jin



Kim Jae Ha adalah seorang mantan tentara yang menjadi buron karena dituduh melakukan pembunuhan. Dalam pelariannya, ia bertemu dengan seorang gadis Korea di Barcelona. Gadis tersebut juga sedang dalam pelarian, ia dikejar-kejar oleh sekelompok laki-laki yang pada akhirnya diketahui Jae Ha sebagai polisi. Sama-sama orang Korea, Jae Ha berniat menolongnya. Namun, posisinya juga tidak terlalu menguntungkan.

Setelah berhasil sampai di Korea, Jae Ha bekerja di salah satu perusahaan iklan. Ketika sedsng memasang spanduk kampanye milik Jang Se Joon, salah satu calon presiden Korea Selatan, Jae Ha tak sengaja melihat adegan perselingkuhan sang calon presiden dengan wanita tak dikenal do hotel. Sebenarnya, Jae Ha tidak peduli. Tapi, ternyata, wanita tersebut adalah suruhan Park Kwan Soo, calon presiden lainnya yang sedang berusaha bertarung dengan cara politik kotornya. Malam itu, Jae Ha pun menjadi satu-satunya saksi perselingkuhan Jang Se Joo dan juga sempat terlibat dalam perkelahian dengan beberapa preman suruhan Park Kwan Soo.

Choi Yoo Jin, istri Jang Se Joon yang juga merupakan penggerak bidak politik terbaik tidak mau mengambil resiko perselingkuhan suaminya terbongkar dan melemahkan posisi politik mereka. Oleh sebab itu, ia memerintahkan anak buahnya yang disebut sebagai agen JSS untuk membunuh Kim Jae Ha. Tapi, tidak sesuai yang diharapkan, bukannya dilaporkan tewas, Jae Ha justru mendatangi kediamaj Yoo Jin dan meodongkan pistol padanya. Ternyata, Jae Ha bukan pria sembarangan yang bisa dibunuh dengan mudah. Ia adalah salah satu anggota Black Stone, salah satu organisasi rahasia yang terkenal dengan keberingasannya dalam melumpuhkan lawan-lawannya. Choi Yoo Jin yang secara tidak sengaja telah diselamatkan oleh Jae Ha pun mencoba untuk menahan Jae Ha di sisinya. Jae Ha menolak, namun ternyata keberadaan Park Kwan Soo sebagai salah satu tokoh politk Korea dan juga capres yang mengunjungi Irak dan membunuh Rania, gadis penerjemah yang dituduhkan telah dibunuh oleh Jae Ha.

Jae Ha akhirnya bergabung dengan JSS demi menuntaskan misi balas dendam dan membersihkan namanya. Namun, ia pun kembali bertemu dengan Go Anna, gadis Barcelona yang ternyata adalah anak hasi perselingkuhan Jang Se Joon dengan salah satu model terkenal. Anna ingin membunuh Yoo Jin, dan Jae Ha diperintahkan untuk mengawasi gerak-gerik gadis itu, juga menjamin keselamatannya.

****

This Korean drama was really great. Saya suka banget sama ceritanya, apalagi karena yang main Ji Chang Wook Oppa. I have been love him since the Healer drama. Chang Wook memang cocoo banget main dalam drama action. Selain postur tubuhnya yang mendukung, garis mukanya yang bad boy juga jadi part yang menarik.

The K2 ini adalah drama action yang kalau diperhatikan tidak terlalu kentara kalau menggunakan stuntman. Nggak sejelas waktu di Healer, mungkin karena adegan actionnya didominasi perkelahian menggunakan pistol dan tembak-tembakan, berbeda dengan Healer yang banyak adegan one on many (?) berantemnya.

Saya menikmati banget nonton drama ini. Durasi satu jam nontonnya nggak berasa lama sama sekali, justru terasa sebentar. Selain action, drama ini juga mengusung cerita politik. Unsur politiknya sangat dominan sih mengingat ada agenda besar yakni pemilihan presiden. Secara tersirat, drama ini memperkenalkan pads kita bahwa dalam dunia politik, demi memegang tampuk kekuasaan dan kedudukan, para politikus nggak sekedar mencalonkan diri, kampanye lantas terpilih. Ada pergerakan-pergerakan lain di belakang layar yang kita tidak tahu bagaimana bentuknya. Bisa saja itu bahkan menggunakan cara-cara yang tidak semestinya. Kemudian, dalam setiap keputusan yang diambil juga pasti ada pemicunya. Sejujurnya, kisah ini lebih pada mempertunjukkan politik boneka. Dalam hal ini, Jang Se Joon yang merupakan calon presiden, namun setiap pergerakannya justru diatur oleh sang istri,  Choi Yoo Jin.

Di samping itu, kita juga disuguhi kisah romantis antara Kim Jae Ha dan Go Anna. Berikut ada beberapa cuplikan adegan manis yang sempat bikin saya baper dan senyum-senyum sendiri, di luar fakta bahwa saya sama sekali nggak ngefans sama Im Yoona SNSD.







Selain itu, ada juga masalah parenting yang disinggung walau nggak begitu banyak. Suka banget lah ya sama drama ini meski endingnya agak bikin kesel. Tindakan Yoo Jin dan Jang Se Joon agak-agak nggak masuk akal. Eksekusi "para penjahatnya" juga berasa nggak pas. Akan lebih enak aja perasaan kalau bukan eksekusi kejam kayak gitu yang diberi ke mereka.

Drama ini rekomen buat yang suka cerita politik, kisah cinta yang menegangkan dengan adegan-adegan actionnya, apalagi buat yang ngefans sama Ji Chang Wook kayak saya 😁

Selasa, 13 Juni 2017

,
Judul Buku: Antologi Rasa
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Agustus 2011
Editor: Rosi L. Simamora
Desain Cover: Ika Natassa
Tebal Buku: 344 hlmn; 20 cm
ISBN: 978-978-22-7439-4
Rating: 3/5

Keara
We both just people who worry about the breaths we take, not how we breath. How can we be so different and feel so much alike, Rul? Dan malam ini, tiga tahun setelah malam yang membuatku jatuu cinta, my dear, aku disini terbaring menatap bintang-bintang langit pekat Singapura ini, aku masih cinta, Rul. Dan kamu mungkin tidak akan pernah tahu. Three years of my wasted life loving you.


Ruly

Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai sekarang gue merasa mungkij satu-satunya momen yang bisa mengalahkan senangnya dan leganya gue subuh itu adalah kalau suatu hari nanti gue masuk ke ruangan rumah sakit seperti ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia lahirkan. Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah rasa hangat yang terasa di dada gue waktu suster membangunkan gue subuh itu dan berkata, "Pak, istrinya sudah sadar," dan bahwa gue bahkan tidak sedikit pun berniat. mengoreksi pernyataan itu. Mimpi aja terus Rul.

Harris
Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu. Karena setiap gue mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan perempuan-perempuan lain tidak pernah gagal membuat mereka klepek-kelepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, "Harris darling, udah deh, nggak usah sok manis. Go back being that chauvinistic jerk that I love." That's probably as close as I can get to hearing that she loves me.

Tiga sahabat. Satu pertanyaan. What if the person that you love, you find a bestfriend instead of lover? 


****


Keara cinta Ruly, tapi Ruly  cinta Denise yang sayangnya sudah menikah dengan Kemal. Bertahun Ruly clueless dengan perasaan Keara, ternyata Keara sama cluelessnya dengan Ruly. Selama bertahun-tahun juga dia nggak sadar kalau Harris, sahabat dan partner wine wine solution-nya ternyata juga cinta mati dengan dia. Miris, di antara mereka berempat, hanya Harris yang paling sadar, jadi dia yang paling terluka. Namun, status persahabatannya dengan ketiga orang tersebut membuat dia hanya bisa diam-diam berdoa dalam hati semoga suatu hari nanti Denise sadar akan perasaan Ruly dan Keara berbalik menatapnya sebagai laki-laki yang dicintai. Namun, belum juga doa itu terkabul, sebuah bencana terjadi. Agenda jalan-jalan Harris dengan Keara ke Singapura untuk nonton F1- harusnya Ruly ikut tapi mendadak batal, justru menjadi sumber malapetaka terhadap kehidupan persahabatannya dengan Keara. Pengaruh alkohol dan posisi Keara yang sedang dalam pelarian dari perasaannya terhadap Ruly membuat ia secara tak sengaja melakukaj sesuatu yang secara mabuk atau pun sadar, tak bisa Harris tolak baik sebagai laki-laki normal maupun sebagai laki-laki yang mencintainya. Hubungan Harris Keara kacau, tapi Ruly masih tetap sama cluelessnya tentang perasaan Keara.

Sejak pertama kali baca karya Ika Natassa -,Critical Eleven, saya sudah tertarik dengan gaya penulisannya. Khas dan benar-benar Ika Natassa sekali. Tapi, novel Antologi Rasa ini agak berbeda. Karena, menggunakan POV bergantian antara tokoh-tokohnya, walau memang yang dominan adalah POV Keara, disusul Harris, Ruly, kemudian ada tokoh tambahan Panji Wardhana. Tokoh tambahan yang sayang sekali lebih menarik perhatian ketimbang tokoh utamanya, heran juga saya malah ngefans sama dia 😹

Buku ini menceritakan kisah cinta saling silang atau mungkin bisa juga dibilang rantai makanan atau lingkaran setan yang nggak ketahuan dimana ujungnya. Tapi, lewat kisah cinta Keara, Harris, Ruly dan juga Panji ini - saya nggak bisa mengeluarkan Panji begitu aja sebagai tokoh yang berpengaruh, kita disuguhi kehidupan metropolis kalau nggak bisa dibilang nyarus hedonis para anak ibukota. Dalam hal ini, Keara sebenarnya jadi tokoh yang kurang saya sukai. Memang sih semua tokoh yang ada punya  satu karakter sama, ceplas-ceplos. Tapi, saya kurang suka dengan sifat Keara yang terasa terlalu memunculkan 'kejelekan-kejelekan negerinya.' Mulai dari Jakarta yang panas dan dibenci karena kemacetannya - it's true but mendapati kota itu dijelaskan sedemikian rupa entah kenapa nggak sreg aja, sampai menyentil pada industri musik Indonesia dan band-band yang dianggap kampungan. Yah buat saya, meski mungkin aliran musiknya kurang modern, at least mereka berkarya. Baca statement-statement Keara kok kayak berasa musik Indonesia dicap busuk banget. Padahal, banyak kok band-band Indonesia yang kerennya bahkan kebangetan.

Tokoh-tokoh dalam buku ini walau punya sifat-sifat yang berbeda, tapi punya kesamaan dalam hal memendam cinta, punya gaya penceritaan yang sama. Hanya dibedakan oleh penyebutan diri sendiri, jadi berasa kalau mereka adalah 1 orang yang dibelah jadi 3 bagian. Tapi tetap seru sih, nggak ada perasaan kayak bosan gitu bacanya. Statement-statement tentang cinta dalam buku ini juga juara. Emang sih ya khas Ika Natassa banget. Belum, beberapa informasi tambahan seperti film-film, langsung bikin pembaca tahu kalau penulisnya movie addict, referensi buku - bikin kita tahu juga kalau penulisnya punya selera yang tinggi terhadap buku bacaan, bikin buku ini tambah asyik untuk dinikmati. But, yang menyayangkan adalah tidak ada kelanjutan nasib Panji disini, well maybe saya nggak puas pada part ini karena saya ngefansnya sama Panji, terus juga kisah cinta Keara dan Ruly pas udah bab bab terakhir berasa maksa dan "oh gitu doang". Yah tapi harus diakui sih kalau "oh gitu doangnya" adalah alasan yang bikin kisah mereka bertiga jadi terasa lebih real. Buku ini bukan jenis bacaan romance yang menyajikan kisah cinta yang akan bikin kita termehek-mehek saking gregetannya, justru lebih pada nunjukin kalau "dalam real life gini loh cinta dan relationship itu.

Sabtu, 10 Juni 2017

,
Judul Buku: Wheels & Heels
Penulis: Irene Dyah Respati
Penerbit: PT. Elexmedia Komputindo
Tahun Terbit: 2015
Editor: Pradita Seri Rahayu
ISBN: 978-602-02-75475
Rating: 4/5

Pangeran memalsukan citra saat bertemu Cinderella di belantara
Cinderella memalsukan busana saat berdansa dengan Pangeran di istana
Dan toh, mereka bahagia selamanya

Abilaasha tak bisa lepas dari gaun mewah, high heels, dan dunia gemerlapnya. Sedangkan, Aidan selalu lekat dengan kemeja aneh, serbakaku, dan dunia otomotifnya.

Dan dunia berbeda itu mempertemukan Abby dan Aidan.

Mereka berperan, berpura-pura, beradu dalam rahasia.

Ketika kejujuran ditunjukan oleh masing-masing pemeran, apakah semua akan tetap sama?

****

Abby dan Aidan dipertemukan pertama kali dalam sebuah agenda pemberian materi oleh Aidan kepada para usher sebagai pegangan untuk bahan presentasi mereka dalam peluncuran produk otomotif sebuah perusahaan dalam hal ini, mobil. Abby yang memang terkenal dengan penampilan cantik, glamor, sexy dan mempesonanya secars cepat telah membuat Aidan tertarik dan tidak mampu mengalihkan pandangan dari kaki-kaki jenjangnya. Sifat Abby yang memang usil dan jahil pun membuat ia tergelitik untuk mengerjai Aidan. Dan, ternyata, pria jangkung nan tampan namun sayangnya berpenampilan aneh dan out of mode itu adalah tipe pria yang pemalu, kikuk, dan mudah blushing.

Pekerjaan Abby yang memang berhubungan dengan bidang otomotif membuat dia akhirnya jadi banyak bertemu dengan Aidan. Dan, pertemuan mereka itu akhirnya membawa pada agenda sama-sama hadir dalam acara Jakarta Fashion Week, salah satu pagelaran fashion yang sangat terkenal. Awalnya, Abby tidak mau merendahkan dirinya yang memang selalu dikejar-kejar pria dengan mengajak Aidan jalan duluan, tapi daripada sendirian, ia pun akhirnya memilih menghubungi Aidan duluan. Tapi, ternyata Aidan adalah tipe pria menyebalkan yang sok penting. Pria itu baru menjawab pesan what'sapp Abbybsetelah beberapa jam dan juga terhitung lamaaaaa banget kalau balas chat. Bikin Abby bete setengah mati, tapi selain hal itu ada juga hal yang lebih menyebalkan. Ketika Aidan menyamakan bulu yang digunakan salah satu model dalam JFW dengan upil. Upil pemirsahhh.... Dan, setelah membuat Abby kesal dengan aksi melucunya yang sungguh tidak lucu itu, pria itu kemudiaj melontarkan pertanyaan yang cukup membuat Abby tersinggung. Ia bertanya apa jenis mobil yanh Abby miliki.

Meski menggunakan barang bermerk, sebenarnya Abby bukanlah berasal dari keluarga kaya raya. Ia adalah seorang Cinderella dengan adik-adik yang masih harus disekolahkan serta warung makan milik keluarganya yang hampir bangkrut setelah ayahnya meninggal. Pertanyaan yang Aidan tujukan membuat Abby berpikir bahwa Aidan menilainya dengan materi. Walau memang, seperti yang Nicolette, sahabatnya, katakan, Abby butuh pria kaya yang bersedia menjadi pangerannya dan akan mengeluarkan Abby dari jurang kemiskinan. Aidan memnuhi syarat itu, karena ia adalah anak dari salah satu pengusaha terkenal di Indonesia, namun bagi Aidan walaupun ia menyuaki Abby, ia dan Abby akan sulit bersama. Karena Aidan tidak bisa berhubungan dengan wanita yang memiliki kehidupan glamor. Abby sendiri, walau dengan segala kesalahpahaman yang sering terjadi antara dirinya dan Aidan, kekaukan pria itu dan ketidakmodisannya, tanpa sengaja, Abby sudah menjatuhkan hatinya untuk Aidan, satu-satunya laki-laki yang pernah dekat dengannya yang mau banjir-banjiran mengantarkan persediaan makanan untuknya, bahkan sebelum tahu Aidan adalah anak orang kaya. Bagaimana ini? Abby suka Aidan yang kaya tapi bukan karena kekayaannya, sementara Aidan malah bilang tidak bisa berhubungan dengan Abby karena wanita itu terlalu glamor untuknya.

****

Sukaaaaaak banget sama novelnya 😍. Loveable, enjoyable, ngakakable, plus baperable. Ini adalah novel solo mbak Irene pertama yang saya baca dsn sukses langsung jatuh cinta. Jadi penasaran sama tulisan-tulisannya deh. Buku ini rekomen banget buat yang doyan cerita roman yang nggak menye-menye. Konflik Abby dan Aidan biasa aja sebenernya, karena zaman sekarang kisah Cinderella yang ketemu pangeran kayak udah banyak terjadi dan itu sama sekali bukan masalah. Tapi, interaksi keduanya sangat sangat menghibur dan menyenangkan untuk dinikmati. Dijamin bakal ketawa-ketaws ngakak saking lucu, gregetan saking gemesnys, oh dan yah I reallu love Aidan's character. Cowok pemalu yang bisa sadis juga kalo ngomong itu, tapi gampang banget memerah digodain dikit meski sebelumnya dia serius abis bener-bener ngegemesih. Pen gigit jadinya kalo orangnya ada 😂

Dan, menariknya adalah ilustrasi status-status Facebook Abby dan kenyataan bahwa Aidan suka lihatin, merhatiin dari jauh gitu katanya sebagai fans tapi aslinya naksir setengah mati. Abege feels banget ya penjelasanku tapi swear novelnya lucu dan cakep banget. Oh ya ada adegan baper-baperan juga antara Abby dan ibunya, saya sempet baper karena emang lagi rindu rumah dan harus menelan fakta pahit lebaran tahun ini nggak bisa mudik (curhat 😭).

Berikut ada beberapa kutipan yang buatku menarik dari novel ini:

  1. Masih untung, hanya dikira bodoh. Daripada dituduh jadi wanita simpanan - Davina, hlmn 11
  2. A selfie everyday keeps doctors away - Bams, hlmn 18
  3. Cantik, eksis di acara gaul, tapi sendirian. Mengenaskan sekali. Sanda jepit saja ada pasangannya... - hlmn 26
  4. Kamu tulis suka bolu, jadi aku belikan bolu untukmu - Aidan, hlmn 45
  5. Tidak semua pria harus memperhatikanmu dan mematuhi keinginanmu kan, Abby? - Aidan, hlmn 48
  6. Wanita-wanita super cantik yang glamor, high-maintenance, penggoda, sulit ditolak. Kalian semua terlihat seperti boneka yang seragam, berkilauan di dalam bola kaca yang tidak ingin kumasuki. Kalian terlihat ... berbahaya. Dan aku tidak yakin ingin mengenal kalian lebih jauh - Aidan, hlmn 50
  7. Mobil dan wanita. Kenapa, ya acara mobil harus selalu dibumbui kehadiran wanita sebagai pemanis? Apa karena keduanya adalah mainan para pria, sehingga kaum Adam merasa perlu menyatukan keduanya dalam satu ruang dan waktu untuk mendapatkan gambaran optimal? - hlmn 50
  8. Diperhatikan wanita seperti kamu membuatku besar kepala - Aidan, hlmn 70
  9. Abby, sometimes we are not okay and it is okay - Aidan hlmn 147
  10. Bagi manusia uang berapa pun tidak akan cukup. Kamu punya seratus juta bisa habis. Punya dua ratus juta pun sama saja. Selamanya seperti itu - Nicolette, hlmn 250
  11. Karena aku juga akan memperjuangkanmu. Bahkan ketika situasi menjadi sulit sekalipun - Aidan, hlmn 266

Rabu, 07 Juni 2017

,
Judul Buku: Di Tanah Lada
Penulis: Ziggy Zezyazeoviennazabrizkie
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Editor: Mirna Yulistianti
Copy Editor: Rabiatul Adawiyah
Ilustrasi Sampul dan Isi: Ziggy Zezyazeoviennazabrizkie
Desain Sampul: Suprianto
Setter: Fitri Yuniar
ISBN: 978-602-03-1896-7
Rating: 4/5

Namanya Salva. Panggilannya Ava. Namun papanya memanggil dia Saliva atau ludah karena menganggapnya tidak berguna. Ava sekeluarga pindah ke Rusun Nero setelah Kakek Kia meninggal. Kakek Kia, ayahnya Papa, pernah memberi Ava sebagai kamus hadiah ulang tahun yang ketiga. Sejak itu Ava menjadi anak yang pintar berbahasa Indonesia. Sayangnya, kebanyakan orang dewasa lebih menganggap penting anak yang pintar berbahasa Inggris. Setelah pindah ke Rusun Nero, Ava bertemu dengan anak laki-laki bernama P. Iya, namanya hanya terdiri dari satu huruf P. Dari pertemuan itulah, petualangan Ava dan P bermula hingga sampai pada akhir yang mengejutkan.

****

Satu pertanyaan besar yang diberikan Ziggy lewat buku ini: Bagaimanakah idealnya menjadi orangtua yang baik? Salva adalah seorang anak berusia enam tahun yang sudah tumbuh lebih cerdas dari anak seusianya. Kecerdasan itu datang dari kebiasaannya membaca kamus bahasa Indonesia yang diberikan Kakek Kia padanya. Ketika ada pembicaraan yang ia tangkap dan tidak ia mengerti artinya, maka Ava dengan sendirinya akan mencari arti kata tersebut dalam kamus, lantas menarik kesimpulan dari arti-arti yang ia kumpulkan. Itulah kenapa, ketika dia berbicara, kalimat yang keluar hampir selalu lebih dewasa dari usianya.

Namun, kecerdasan Ava tidak diimbangi dengan masa kecil yang bahagia. Di usianya yang masih kecil, ia sudah terbiasa melihat kemarahan papanya yang ia pahami sebagai bentuk kejahatan. Sebagai refleksi bahwa papanya tidak menyayanginya. Ditambah lagi, pendidikan dan nasihat-nasihat yang diberikan mamanya selalu bertolak belakang dengan tingkah laku papanya. Bagi Ava, papanya jahat, papanya monster, dan papanya setan.

"Kata Mama, kalau melakukan perbuatan tidak baik, itu berarti kita dibujuk setan. Judi adalah perbuatan tidak baik, menurut Mama. Jadi, Papa diajak setan untuk berjudi. Orang-orang yang berjudi semuanya diajak setan. Papa bilang, teman-temannya yang mengajak dia judi. Jadi, teman-temannya Papa itu setan. Dan, kalau Papa mengajak orang lain untuk berjudi, Papa juga setan. Jadi benar kalau aku bilang Papa adalah setan - hlmn 33"

Usia Ava dan pemikirannya yang masih polos, juga hal-hal yang ia alami (dikasari Papa, dimaki Papa, dibentak Papa, dianggap ludah) telah membentuk pribadi gadis kecil yang memprihatinkan.

Ketika Kakek Kia meninggal dan warisannya jatuh ke tangan papa Ava, mereka sekeluarga pindah ke Rusun Nero karena papanya suka tempat itu. Dekat dengan kasino, untuk berjudi. Di rusun ini, Ava bertemu dengan anak laki-laki bernama P. Hidup P juga tidak jauh beda dengan Ava. Ia juga punya papa yang kasar dan selalu memukulnya. Bedanya, kalau Ava masih punya Mama yang sayang padanya, P tidak. Mamanya pergi meninggalkannya. Untungnya, ia masih punya Kak Suri yang mau mengajarinya bahasa Inggris dan Mas Alri yang baik sekali membelikannya gitar.

Ketika seorang anak dengan tekanan mental bertemu dengan anak lainnya yang memiliki masalah psikis, maka yang akan terjadi adalah "perkawinan" pola pikir dan pendapat mereka. Dan pola pikir itu sayangnya terkadang "menyesatkan." Karena mereka hanya mengambil kesimpulan dari apa yang mereka lihat dan alami. Seperti Ava yang bertemu P, keduanya sama-sama memiliki papa yang jahat. Akhirnya mereka pun mengambil kesimpulan bahwa semua papa itu jahat, dan P yang kelak akan jadi papa juga akan jadi papa yang jahat. Ava dan P sama-sama tumbuh menjadi anak yang skeptis terhadap kebahagiaan.

Walau pada beberapa bagian terasa kurang rasional, mengingat pencerita disini adalah Ava tapi sudah terlalu 'dewasa', buku ini menjadi peringatan bagi setiap orangtua bahwa apa yang kita lakukan akan berdampak pada anak-anak. Mulai dari pembentukan pola pikirnya, caranya menilai sesuatu/kejadian, hingga tingkah laku. Pads akhirnya, buku ini tidak memberi jawaban tentang bagaimana seharusnya kita menjadi orangtua atau orangtua yang baik itu seperti apa. Ziggy meminta kita mencari sendiri jawabannya lewat kehidupan kita sehari-hari, dalam interaksi dan cara kita memperlakukan anak-anak.

Buku ini juga memberikan pesan tersiat bahwa, membekali anak-anak kita dengan buku pelajaran guna menambah ilmu pengetahuan adalah hal yang baik, tapi tidak akan berubah jadi baik jika kita tidak mendampingi mereka dalam mempelajari hal-hal itu. Anak-anak butuh orangtuanua untuk meluruskan pemahamannya, butuh didampingi, bukam dibiarkan belajar sendirian. Karena seperti Ava, bisa saja mereka menarik kesimpulan yang keliru atas suatu kejadian/peristiwa atau dari hal-hal yang mereka baca dan pelajari itu. Anak-anak adalah amanah dan menyia-nyiakan mereka tidak akan membuat kita bahagia.
"Ava tahu Mama sayang Ava. Tapi Mama nggak butuh Ava. Mama sering lupa soal Ava, karena Mama nggak butuh Ava - hlmn 148"

Selasa, 06 Juni 2017

,
Judul Buku: Malam Terakhir
Penulis: Leila S. Chudori
Diterbitkan Pertama Kali: Pustaka Utama Grafiti tahun 1989
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) 2009
Cetakan Pertama: November 2009
Cetakan Kedua: Desember 2012
Perancang Sampul: Fernandus Antonius
Ilustrator Sampul: Jim Bary Aditya
Penata Letak: Bernadetta Esti W.U
Tebal Buku: xviii + 117 hlmn.; 13,5 cm x 20 cm
ISBN: 978-979-91-0521-9
Rating: 4/5




"Leila bercerita tentang kejujuran, keyakinan, tekad, prinsip, dan pengorbanan.... Banyak idiom dan metafor baru di samping pandangan falsafi yang terasa baru karena pengungkapan yang baru. Sekalipun bermain dalam khayalan, lukisan-lukisannya sangat kasat mata."

H.B. Jassin, pengantar Malam Terakhir edisi pertama


"Dalam cerpen 'Air Suci Sita', ditulis di Jakarta 1987, Leila memulai cerita dengan kalimat: 'Tiba-tiba saja malam menabraknya.' Sebuah kalimat padat yang sugestif dan kental.... Dengan teknik bercerita yang menarik, Leila berhasil mengangkat gugatan kenapa hanya kesetiaan wanit yang dipersoalkan, bagaimana dengan kesucian para pria?


Putu Wijaya, Tempo, Februari 1990


****


Nama Leila S. Chudori sudah tidak asing lagi bagi saya. Sejak membaca karya Pulang miliknya, saya sudah langsung jatuh cinta dengan penulisnya. Walau baru buku itu saja yang saya lahap karena memang nama Leila S. Chudori, meski sudah lama menulis, baru-baru ini mulai mengisi deret buku-buku bacaan saya.

Kumpulan cerpen edisi kali ini adalah kumcer pilihan dari Malam Terakhir edisi pertama. Lewat kata pengantarnya, Leila bercerita bahwa ia sengaja menjatuhkan pilihan pada cerpen-cerpen yang dimuat dalam buku ini dengan pertimbangan penyesuaiannya pada zaman dan kebutuhan sekarang ini. Ada total 9 cerpen yang dimuat dalam buku ini yakni:


1. Paris 1988
Mengisahkan seorang gadis yang berkelana di Paris, Perancis, kota yang banyak dipuja, penuh dengan keindahan juga selalu mampu menarik hati banyak orang untuk mengunjunginya. Namun, berbeda dengan apa yang ia alami, ia justru menemukan sudut kpta Paris yang kacau, jauh dari keramahan dan aneh. Ia menginap di penginapan kecil dan dijaga oleh wanita tua yang doyan marah-marah dan meludah, juga memelihara sepasang tikus besar. Ia pun bertemu dengan Marc, laki-laki tampan yang terobsesi melukis alat kelamin, melakukan grasak-grusuk di kamarnya yang selalu penuh dengan suara perempuan. Awalnya, ia hendak memanggil polisi karena khawatir dengan jerit pilu kesakitan yang sering ia dengar dari kamar Marc, tapi kemudian tak perlu waktu lama untuk ia menyadari bahwa ia harus cepat-cepat pindah dari sana jika ingin terlepas dari kegilaan yang Marc alami.

2. Air Suci Sita
Agak klepek-klepek bacanya karena ada nama sendiri dalam bubuhan judul, tapi setelah baca ceritanya justru miris. Karena apa yang digugat dalam cerpen ini sangatlah nyata. Menurut hemat saya, cerpen ini tidak hanya terinspirasi dari kisah Rama dan Sita. Disini, penulis mencoba menggugat pria, seperti Rama yang dengan tega meragukan kesucian sang istri hingga Sita harus terjun ke dalam kobaran api demi membuktikan kesuciannya, juga menggugat masyarakat yang hingga kini masih memiliki cara pandang yang memihak tentang kesucian perempuan. Kaum wanita selalu dipersalahkan dan kurang diterima jika ia sudah tak lagi perawan tapi kaum pria yang sejatinya akan bertanggung jawab terhadap hidup anak orang lain dan anaknya sendiri, kesuciannya tak pernah dipermasalahkan apalagi dipertanyakan. Konsep 'tidak membekas' masih terlalu mengekang pola pikir mereka.

3. Sehelai Pakaian Hitam
Dalam cerpen ini, penulis beralih menggugat para munafikun atau orang-orang bermuka dua lewat Hamdani. Digambarkan bahwa Hamdani adalah pria terhormat, terpandang dan amat disegani karena 'pakaian putih' yang selalu ia kenakan di manapun ia berada di depan para pengikutnya, di depan masyarakat yang memuja dan mengelukannya. Sementara, di kala malam dan pengikutnya tidur, 'pakaian hitam' yang seharusnya membuat 'pakaian abu-abu'nya tersingkap ia kenakan seolah lupa bahwa di siang hari ia dikenal sebagai Si Putih. Cerpen ini adalah sodokan bagi kejujuran yang sudah sejak lama kehilangan kesejatiannya.

4. Adila
Kasus dalan Adila lebih pada kesalahan parenting. Adila diceritakan sebagai sosok gadis belia yang mengalami tekanan batin dan mental yang amat berat oleh orangtuanya, dalam hal ini lebih khusus ibunya. Sang Ayah juga tidak membantu dengan senantiasa membuat Adila terbiasa sembunyi-sembunyi melakukan kesalahan atau menyembunyikan kesalahannya. Cerpen ini adalah teguran dan peringatan karena ending Adila sama sekali tidak mengenakan hati.

5. Untuk Bapak
Dalam cerpen kelima ini yang saya tangkap adalah kisah saling mengasihi dengan tulus antara seorang anak dan Bapaknya. Walau pada akhirnya mereka dipisahkan oleh takdir, sang anak tetap memandang Bapaknya sebagai laki-laki paling tegar yang pernah ia miliki.

6. Keats
Isu rasisme dan perbenturan kebudayaan adalah hal yang diangkat dalam buku ini. Juga bakti anak pada orangtua yang mengikat, yang membuat orangtua jadi terasa memenjarakan sang anak dalam sel keinginannya untuk selalu dipatuhi salah satunya dalam urusan memilih pendamping hidup.

7. Ilona
Isu perselingkuhan yang masih sering terjadi sampai sekarang diangkat dan ditelanjangi dalam buku ini. Ketika si anak ternyata dengan transparan tahu apa yang terjadi antara kedua orangtuanya, yang kemudian membentuknya menjadi wanita yang tidak percaya ikayan suci pernikahan dan tidak mau membaginya dengan orang lain.
"Rasa sepi itu selalu menyerang setiap orang yang menikah maupun yang tidak menikah. Barangkali, rasa sepi akan terasa lebih perih bagi mereka yang mengalami kegagalan dalam perkawinan. Mereka terbiasa berbagi, lalu mereka terpaksa menjadi sendiri."

8. Sepasang Mata Menatap Rain
 Selain mencibiri isu parenting, tentang orangtua yang lebih sibuk mengurusi tanaman dan hobinya ketimbang memberi perhatian pada anaknya, atau yang berliburdi hari minggu tapi tetap tidak bisa melepas majalah Times dari genggamannya, buku ini juga menyindir isu kesenjangan dan kepedulian sosial yang menitikberatkan pada kelaparan yang terjadi dimana-mana. Penulis menggugat kita, yang lebih sibuk memperhatikan kelaparan di negara lain tapi tidak tersentuh melihat kelaparan di negeri sendiri. Anak-anak jalanan yang katanya dipelihara oleh negara, bahkan tak mendapat perhatian dari saudara sebangsanya.

9. Malam Terakhir
Sekaligus cerpen terakhir yang menjadi penutup buku ini. Cerita yang membuat saya bergidik ngeri dan membuat nyali saya ciut dan menyusut. Cerpen ini adalah bentuk rasa miris bahwa oleh kekuatan rezim bahkan ayah pun bisa menggantung anak sendiri.

Jumat, 02 Juni 2017

,
Judul Buku: A Scent of Love in London
Penulis: Indah Hanaco
Penerbit: PT. Elexmedia Komputindo
Terbit: 2015
Editor: Afrianty P. Pardede
ISBN: 978-602-02-5775-4
Rating: 3/5

Ivana Zelde bukan sosok sempurna yang diimpikan para gadis. Dia penderita disleksia hingga sampai pada taraf tidak mampu membaca. Dikhianati kekasih dengan cara yang sulit dibayangkan memang terjadi di dunia nyata. Karena kekurangannya, seumur hidup Ivana dihujani perhatian yang justru dianggap menyesakkan.

Hugh Joaquin Levine pernah berada di puncak dunia. Hingga kecelakaan di Valencia seakan merenggut udara dan gravitasi dari hidup Hugh. Semua jungkir balik dan membuat cowok itu berakhir dalam kondisi menyedihkan.

Hugh pernah sangat ingin mengakhiri hidupnya, hingga bertemu dengan Ivana. Lalu dunia bergerak cepat di sekitar mereka, termasuk perasaan yang terus bertumbuh tanpa bisa dihalau. Namun mereka punya terlalu banyak perbedaan sehingga sulit untuk tetap bersama. Tapi, apakah Hugh kembali menyerah dan melepaskan Ivana dengan mudah? Karena tanpa Ivana, Hugh takkan bisa bahagia lagi.

****
Ivana Zelde adalah seorang wanita yang berasal dari keluarga berkecukupan namun tidak dianugerahi kemampuan membaca dan menulis. Ia penderita disleksia yang sama sekali buta huruf. Meski demikian, hidupnya cukup bahagia dengan kehadiran kedua orangtua yang amat menyayanginya, dua kakak laki-laki – Hans dan Irving selalu sedia menjadi pelindungnya, serta Damon, sang kekasih yang bersedia menerima dan mencintai apa adanya. Namun, ternyata kebahagiaan itu tidak berselang lama. Pengkhianatan yang Damon lakukan justru mendatangkan kerugian untuknya. Sebagai penderita disleksia, Ivana sudah terbiasa mendapat perhatian super dari orang-orang di sekelilingnya, bahkan perlindungan yang tiada tara. Dan, kabar putusnya hubungannya dengan Damon membuat keluarganya jadi makin ekstra memperhatikannya, perhatian yang membuat Ivana justru merasa dikekang, bukannya disayangi. Oleh karenanya, Ivana memutuskan untuk sejenak menjauh dari keluarganya. Ia ingin membuktikan bahwa meski menyandang cacat, ia bisa diberi kepercayaan untuk pergi sendiri. Akhirnya, dengan sedikit paksaan, Ivana berhasil memperoleh izin sang mama untuk menyusul Irving ke London.

Sementara itu, Hugh Joaquine Levine, seorang pembalap terkenal harus menelan pil pahit dan melupakan impiannya karena kecelakaan yang terjadi saat uji coba ajang Formula One di Valencia. Kenyataan bahwa ia tak bisa menjadi pembalap lagi membuat Hugh hancur. Ditambah sang kekasih – Claudia, memilih meninggalkannya ketika karir balap Hugh terhenti secara tak terduga. Hal tersebut membuat Hugh kehilangan semangat hidupnya dan berusaha untuk mengakhiri segalanya dengan cara bunuh diri.

Ivana tidak pernah menduga akan berhubungan dengan cowok asing yang tidak dikenalnya, tapi secara naluriah, Ivana yang saat itu sudah berada di London, dengan kecepatan yang tak pernah ia bayangkan, serta keberanian yang entah datang dari mana nekad menyelamatkan sesosok cowok yang sedang melakukan usaha bunuh diri dengan menabrakkan dirinya ke Double Dekker.

Aksi nekad yang Ivana lakukan ternyata justru menjadi jembatan penghubung antara dirinya dan Hugh. Membuat cowok itu dengan terpaksa menceritakan kisah pahit hidupnya pada Ivana karena merasa bertanggungjawab untuk sebuah penjelasan dan alasan kenapa ia lebih memilih mengakhiri hidupnya.
Kebersamaan yang dibangun oleh sesuatu yang insidentil itupun secara perlahan malah menimbulkan benih-benih cinta antara mereka dalam waktu kurang dari tiga hari.

****
Konflik dalam buku ini tergolong ringan, hanya seputar kisah cinta. Walau demikian, keberadaan Hugh dan profesinya sebagai pembalap menjadi warna tersendiri. Jujur saja, saya bukan penyuka olahraga ini walau kadang-kadang kalau lagi iseng suka nonton, tapi kisah Hugh dan perjuangannya dalam berkarir sekaligus mengejar impiannya cukup mengesankan saya. Sisi menarik lainnya adalah Ivana diceritakan sebagai wanita yang menderita diskleksia juga menjadi keunikan tersendiri. Walau disini penyakitnya tersebut tidak begitu nampak karena kisahnya dimulai di pertengahan hidupnya, bukan saat awal-awal ia dikenali sebagai penderita disleksia. Sayang, untuk hal ini kurang diulas. Ivana dan Hugh adalah dua orang dengan kisah hidup pahit yang berbeda, tapi menurut saya yang lebih kelihatan pahitnya disini justru Hugh. Jadi, bukunya memang berkisah seputar Ivana si wanita penderita disleksia yang jatuh cinta dalam beberapa hari saja pada mantan pembalap yang pernah mencoba bunuh diri, tapi sisi sedih justru datang dari Hugh, bukan Ivana.

Jadi, dapat dikatakan bahwa permainan emosi dalam buku ini kurang ngena, padahal hidup Ivana dan Hugh cukup rumit.

Asyiknya, pertemuan pertama Ivana dan Hugh cukup mengesankan. Saya suka dengan karakter Ivana disini, tapi setelah ia dan Hugh saling mengakui perasaan masing-masing, saya justru didera bosan. Entah kenapa, karakter keduanya malah membuat saya jadi kurang tertarik lagi. Belum kegalauan Ivana yang diakibatkan oleh permaninan pikirannya sendiri. Yang justru menarik hati saya adalah Irving, sang kakak yang punya mulut pedas tapi senantiasa bicara dengan logika dan realita.

Untuk penyelesaian konfliknya terasa biasa. Memang sih akan jatuh terlalu drama kalau kisahnya dibuat lebih rumit lagi, tapi ya itu tidak drama tapi tidak greget juga. Namun, satu hal penting yang dapat kita petik dari kisah Ivana dan Hugh adalah kekurangan yang dimiliki keduanya justru hal yang membuat mereka sempurna ketika bertemu. Ivana ‘memberi hidup’ pada Hugh yang sudah kehilangan semangat untuk bertahan, sebaliknya Hugh memberikan kepercayaan diri pada Ivana bahwa meski dengan keterbatasan kemampuan yang ia miliki, ia masih dapat melakukan banyak hal dan mengisi harinya dengan kebahagiaan.