Catatan harian yang semakin renta dan tua

Sabtu, 25 Oktober 2014

Selamat Bermalam Minggu

Hai bintang…

Bagaimana kabarmu? Lama tak bertamu. Kau masih ingat aku, kan? Si pecinta langit barat. Aku kembali. Seperti biasa, untuk berbagi. Ada begitu banyak yang ingin aku ceritakan padamu. Cerita yang belum pernah aku ceritakan sebelumnya. Tentang dia… dia yang begitu jauh, dia yang tak terengkuh. Aku tidak tahu sejak kapan ia menjadi dia yang aku dambakan, yang selalu aku ingat bahkan di tengah kesibukanku yang padat. Aku hanya tahu, dia sudah berhasil melantunkan kembali melodi indah itu di telingaku. Orang kedua yang (kembali) tanpa disadari telah mengisahkan begitu banyak kisah indah di masa depan. Kisah di Negeri Angan.

Sebenarnya ini semua kecerobohanku. Jika aku tidak sebegini pelupanya, sampai tidak sadar telah meninggalkan kuntum kecil di salah satu pot bunga di rumahnya, mungkin tidak akan begini jadinya. Kuntum kecil yang semakin hari tumbuh. Kuntum kecil yang begitu mencintai hujan, kuntum kecil yang begitu suka berada berlama-lama di bawah guyurannya. Hingga akhirnya ia jadi sebesar ini.

Kau tahu, Bintang. Menyukainya bukan perkara mudah, begitu pula melupakannya. Keduanya sama-sama menyakitkan. Sama-sama meninggalkan jejak di tiap sisi bagian terdalam. Mengingat dan merindukannya apalagai. Keduanya selalu menoreh sayatan kecil perih di sudut hati. Benar-benar buah simalakama. Tapi mau bagaimana lagi? Mungkin harapku juga sudah terlalu tinggi. Aku sudah terlalu asyik dengan dunia mimpi. Bahkan sampai tak sadar bahwa setiap malam kau selalu ada di sisi, menungguku berkeluh.  Aku minta maaf, ya jika sudah mengacuhkanmu. Aku sama sekali tidak bermaksud begitu. Aku harap kau mengerti.

Baiklah Bintang. Aku tidak ingin menganggu ritual malam panjangmu. Jangan bosan menungguku, selamat bermalam minggu.

Gorontalo, 25 Oktober 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar