Catatan harian yang semakin renta dan tua

Jumat, 30 Oktober 2015

EKC-Ngeblog Week 14 "First Love Character"

Selamat pagi. Selamat berakhir pekan. Gue balik lagi bersama postingan untuk label EKC. Gue akui gue emang kehabisan bahan ide untuk meramaikan kembali lapak sunyi ini. Mmmm.. bukan abis sih idenya. Ada beberapa cerita miris romantis yang sebenarnya melintas di dalam kepala gue, tapi entah kenapa jari gue males banget ngetiknya *curhat

Khusus musim ini, kita dikasih tema "First Love Character". Awalnya gue agak kaget, ini gue disuruh beberin siapa cinta pertama gue, gitu? Cowok pertama yang gue cinta setelah bokap gue? Astaganaga kebongkar dong rahasia kelam perjalanan kisah cinta gue yang berbatu ini. Eh tapi Alhamdulillah ternyata bukan. Kita diminta menguraikan siapakah tokoh pertama dalam novel yang membuat kita jatuh cinta.

Sebelum masuk ke penyebutan nama atau penjabaran karakter *bahasa gue 😂, mari terlebih dahulu kita cari tahu apa itu karakter novel.

Menurut @nulisbuku #karakter adalah elemen penting dalam cerita selain konflik dan setting. Konflik udah kita bahas minggu kemarin, jadi munfkin setting bisa kita bahas di minggu berikutnya (padahal bukan gue yang nentuin temanya haha). Nah, kata nulis buku, karakter itu adalah salah satu bagain terpenting. Kenapa? Karena karakter adalah dia yang mengalami apa yang diceritakan. Karakterlah yang menciptakan konflik, menjalaninya dan menyelesaikannnya, sebagaimana konflik adalah bagian utama dari cerita (sumpah gue kesulitan banget ini).

First Love Character atau First Love Novel Character. Adalah tema yang sukses bikin gue garuk-garuk kepala. Bukan karena temanya nggak bagus, tapi lebih karena tema ini adalah tema yang memaksa kita untuk kembali ke masa lalu, membuka kenangannya dengan paksa. Tema ini adalah tema yang bikin gue sukses flashabck seketika #dengansetengahmati. Tema ini adalah tema yang membuat gue harus berusaha mengingat novel pertama yang gue baca itu apa dan harus berlapang dada menerima hasil bahwa gue nyaris nggak inget apa-apa �

Novel pertama yang gue baca (berdasarkan hasil galian memori dengan daya ingat gue yang pas-pasan) adalah "Gue Suka Gaya Lo." Gue lupa apa penerbitnya, siapa penulisnya dan bahkan bagian penting yang sedang kita bahas, karakternya. Mampus dah! Gue cuma ingat covernya berwarna hijau lembut, bukunya kecil dengan tingkat ketebalan kira-kira seperti Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh-nya Dee Lestari. Novelnya lucu, cakep, manis dan bisa bikin lo ketawa bahagia.

Oke, ralat. Mungkin bukan sepenuhnya lupa juga. Gue inget beberapa hal tapi swear gue bener-bener lupa siapa nama karakter itu. Sumpah! Gue bener-bener lupa. Yang ada di kepala gue saat gue berusaha mengungat siapa nama karakter itu adalah Rey - jelas bukan itu namanya. Kenapa? Percaya atau nggak, saat ini, saat gue mengetikkan bahwa nama yang gue inget adalah nama Rey, otak gue yang nggak cemerlang ini secara tiba-tiba membisikkan bahwa nama karakter itu adalah Bimo. Iya! Namanya Bimo. It's sooo magic.

Bimo. Cowok kuliahan dengan tampilan nggak rapi namun enak dilihat. Rambutnya sebahu (jujur gue nggak suka cowok gondrong, kesannya maksa banget jadi cewek sangar) tapi untuk Bimo, gue menjadikannya sebagai pengecualian.

Gimana nggak? Bimo adalah sosok cowok yang sangat menyayangi adiknya, taat beribadah, serta selalu terlihat cool dengaj caranya. Pokoknya dia itu something banget. Anak kuliahan plus adalah salah satu anggota MAPALA. Eits, bukan mahasiswa paling lama, tapi Mahasiswa Pencinta Alam. Tahu, kan mahasiswa pencinta alam itu apa? Itu loh yang sering mendaki gunung lewati lembah kayak ninja Hattori. Tahu, kan Ninja Hattori itu apa? Kalo nggak tahu, coba deh tanya Spacetoon.

Nah, itulah dia. Bimo adalah cowok tercuek yang pernah ada (dalam dunia novel). Dia itu cowok yang kelihatan dari luar cenderung nggak peduli sama hal sekitar, bahkan saat ceweknya nyaris diambil dideketin orang (sahabat sependakiannya sendiri), padahal sebenarnya dia teramat peduli sama hal itu, tapi nggak ditunjukin. Cowok yang kelihatannya nggak sayang sama pacarnya tapi aslinya takut banget bakal kehilangan. Cowok cool yang manja-manjaan dan ledek-ledekan cuma sama pacarnya doang. Cowok yang kalo nembak nggak pake prolog, kata pengantar, preambule dan kawan-kawannya itu. Pokoknya nembak ya nembak aja gitu. Nggak pake ijin ijin dulu buat mengungkapkan perasaan dan keinginan. Diterima pun nggak ada tuh agendal langsung pelukan atau bahkan ciuman kayak yang sering nongol di sinetron. Pokoknya pas diterima yaudah berarti pacaran. Tanpa wajah bahagia, excited ataupun merona. Datar aja gitu kayak tembok. Tapi justru disitulah letak seninya, yang bikin gue jatuh cinta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar