Catatan harian yang semakin renta dan tua

Minggu, 01 November 2015

Horror Travelling

Sumber
Riri meletakkan ranselnya di tempat tidur. Dipijatnya kakinya yang terasa pegal. Berjalan kaki sejauh 12 kilometer memang tidak mudah, apalagi harus melewati kaki gunung, perkebunan dan sungai. Ia dan teman-temannya sedang berada di Kampung Cibeo, salah satu Kampung Suku Baduy Dalam, Banten. Sebagai seorang blogger traveler, jalan-jalan adalah salah satu kegiatan favorit Riri dan untuk postingan blognya edisi minggu depan, ia berencana untuk membahas Suku Baduy Dalam, suku yang masih memegang erat adat istiadat dan tidak menerima budaya luar.

Meski begitu, kedatangan mereka disambut dengan baik. Mereka diberi izin untuk mengeksplorasi kehidupan sehari-hari para penduduk Kampung Cibeo, menginap di rumah Pu'un - pimpinan Kampung, selama beberapa hari dan juga diizinkan untuk ikut ke Arca Domas, tempat pemujaan lelembut atau roh halus.

Sebelum memulai aktivitas, Riri memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Riri bangkit dan berjalan menuju sungai yang sudah ditentukan bisa digunakan untuk mandi bagi pendatang. Riri berjalan melewati pintu depan (rumah orang Suku Baduy tidak memiliki pintu belakang). Akan tetapi, baru beberapa langkah ia berjalan, sesosok bayangan putih tiba-tiba melintas dari arah kanannya. Bulu kuduk Riri meremang seketika. Hari memang sudah sore dan cuaca yang mendung serta tidak adanya pencahayaan bola lampu membuat rumah jadi terasa mencekam.

Digiring oleh rasa penasaran, Riri memutar arah, mencoba mencari tahu bayangan apa yang melintasinya. Matanya hanya bisa membelalak terkejut mendapati seorang permpuan dengan rambut panjang dan wajah penuh darah menatapnya dengan marah! Kuntilanak!

Perlahan, Riri berjalan mundur! Napasnya memburu! Digigitnya bibir kuat-kuat untuk menghalau teriakan. Kuntilanak itu mengikutinya hingga ia tersudut. Kemudian kuntilanak itu tersenyum dengan sangat menyeramkan. Dari giginya yang tanggal beberapa, keluar darah kental hitam berbau busuk. Kakinya tidak menapak di tanah dan baju panjangnya juga penuh noda darah. Ia hendak mencekik Riri!

Riri sudah hampir pipis di celana ketika didengarnya seseorang menegurny, "Teh Riri!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar