Catatan harian yang semakin renta dan tua

Sabtu, 23 April 2016

,
Sumber Gambar
Ekspresi wajah itu berubah-ubah. Terkadang ia tersenyum, lalu beberapa menit kemudian tertawa, lalu kemudian hendak seperti orang mau menangis. Tapi siapa pun yang melihat pasti tahu bahwa binar matanya menunjukkan cinta yang teramat besar. Sumantri, menatap layar televisi empat belas inchi dengan hasrat menggebu ingin memeluk.

“Aku prihatin padamu!” Sukasrana menatap adiknya iba.

“Teruslah dengan pendapatmu, Mas. Aku akan berpura-pura tuli.”

“Kenapa tidak kau buktikan bahwa perempuan artis itu adalah benar kekasihmu?!”

Gerah dengan kesangsian Suksrana, keesokan harinya mereka berangkat ke Maespati, hendak menemui Citra. Berbekal alamat yang ditinggalkan, keduanya menumpang mobil paklik Rahwana dan dua belas jam kemudian tiba di depan salah satu rumah mewah.

Halaman rumah itu ramai. Banyak orang berlalu lalang dengan berbagai macam jenis pakaian kemewahan. Sumantri memindai dan mendapati Citrawatinya berbalut gaun indah, berbincang dan tertawa bersama pria yang dikenalnya sebagai aktor terkenal Arjuna dan beberapa pria lainnya. Sejenak jantungnya berdegup, cepat dan gugup, tapi ia coba melangkah. Dengan tertatih, Sumantri menghampiri.

“Citrawati…” Panggilnya lembut.

Percakapan mereka lantas terhenti, mata beralih pada Sumantri. Citra pun demikian, namun ekspresinya tidak dapat menyembunyikan kekagetan, tapi beberapa detik kemudian ia besuara…


“Ah Sumantri, apa yang kau lakukan disini? Cepat ke dapur dan bantu Darmawisesa menyiapkan makanan!”


Senin, 18 April 2016

,
Sumber Gambar
Siang itu panas sekali. Tini melompat turun dari bus yang ditumpanginya, berlari kencang, masuk rumah tanpa melepas alas kaki lantas dengan beringas membuka pintu kulkas. Ademnyaaaa…..

Beberapa menit kemudian, ia bergabung di meja makan di mana sudah ada Ibu, Mbak Tika dan Tina – adiknya yang masih duduk di bangku SMA yang menuggunya.

Makan siang hari itu berlangsung menyenangkan. Dengan bersemangat Tina menceritakan persiapan acara Habis Gelap Terbitlah Terang yang akan diselenggarakan sekolahnya minggu depan. “Sekolah jadi kelihatan lebih hidup dengan berbagai macam kesibukan. Temen-temen Tika sibuk nyiapin kebaya, belajar dan latihan buat lomba. Kakak-kakak OSIS juga pada sibuk nyiapin acara mulai dari ngirim undangan ke sekolah lain sampe nyiapin panggung buat pemilihan “Putri Sekolah”.

“Pemilihan Putri Sekolah? Kayak Putri Kampus atau Miss Indonesia gitu, ya?” Tanya Mbak Tika.
“Iya Mbak.” Jawab Tina. “Coba kalau Mbak Tini ikut pasti kepilih.”

 “Mbak Tini-mu ini sama sekali nggak cocok ikut ajang begituan. Pake high heel aja nggak bisa apalagi naik panggung. Isi kepalanya aja yang lumayan.” Mbak Tika berkomentar sekaligus menyindir.


Tini hanya berdehem pelan sambil mengeluarkan sebuah map dari ranselnya, “aku sih nggak apa-apa Mbak nggak naik panggung, dapat beasiswa S2 di Oxford aja udah berasa jadi Putri Sejati.”