Catatan harian yang semakin renta dan tua

Jumat, 20 April 2018

[Book Review] 2 Menantu By V. Lestari

Judul Buku: 2 Menantu
Penulis: V. Lestari
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Desain Sampul dan Isi: Iwan Mangopang
Terbit: 2011
Tebal Buku: 560 hlmn; 18 cm
ISBN: 978-979-22-9855-0
Rating: 4/5

DUA pemuda pengangguran berangan-angan bisa cepat kaya dengan mudah. Hanya bermodalkan ketampanan dan kepintaran merayu , mereka mencari anak orang kaya untuk diperistri.

                Lalu dua gadis kakak-beradik calon pewaris kekayaan berhasil dipikat. Keduanya tidak cantik, malah bisa dibilang berwajah jelek, tapi fisik tidaklah penting. Ambisi kedua pemuda tersebut terhambat ayah kedua gadis yang curiga bahwa hartalah motivasi mereka. Meski menentang, persetujuan terpaksa diberikan sanga ayah karena kedua putrinya mengancam akan bunuh diri.

                Rencana jahat 2 menantu tersebut tidak berhenti setelah meracuni sang ayah sebelum satu tahun usia pernikahan mereka. Anggota keluarga yang lain harus disingkirkan agar harta keluarga bisa dikuasai. Mereka lupa, bahwa mati hidup seseorang tidak berada di tangan manusia…

****
Aditya Warman adalah seorang programmer di salah satu perusahaan IT. Sudah sejak lama ia terbaring koma di rumah sakit dikarenakan suatu kecelakaan. Kepalanya dipukul dari belakang oleh seseorang yang tidak diketahui siapa. Ketika dalam keadaan koma, Aditya mendapat kesempatan untuk berjalan-jalan di rumah sakit sebgai roh. Ada banyak hal yang ia temui, pun rahasia-rahasia yang ia ketahui dari hasil pegembaraannya sebagai roh itu. Ia juga bertemu dengan Pak Simon, salah satu pemilik perusahaan farmasi yang cukup bonafid. Laki-laki itu juga dalam keadaan koma, jadi ia juga bertemu Aditya sebagai roh.

Ketika mengembara di rumah sakit sebagai roh, secara tidak sengaja Simon mengetahui bahwa ternyata selama ini ia diracuni oleh kedua menantunya – Dadang dan Kurnia. Ternyata juga, selama ini dua pria itu tidak mencintai putrinya, Eva dan Evi, melainkan hanya mengincar harta mereka saja. Tapi, kini, nyawanya sudah di ujung tanduk. Sudah tidak ada harapan bahwa ia bisa melindungi keluarganya.

Pertemuan Simon dengan Aditya memberikan mereka kesempatn bagi keduanya untuk bertukar cerita. Dan, lewat kesempatan itulah Simon meminta bantuan Aditya untuk menyampaikan peringatan tentang Dadang dan Kurnia pada keluarganya.

Adit sadar, tapi Simon meninggal. Adit punya janji yang harus ia tunaikan pada Simon. Tapi, karena pertemuan mereka tidak terekam dalam memori otak, begitu sadar, Aditya lupa pada janjinya.

****

Buku ini adalah buku yang direkomendasikan sepupu saya yang juga seorang kutu buku. Katanya, ini karya V. Lestari pertama yang ia baca, dan ia sukses jatuh cinta dan langsung nge-fans sama sang penulis. Oleh karenanya, saya memutuskan untuk ikut membacanya juga, walau sebenarnya waktu baca blurb saya nggak begitu tertarik.

Konflik di buku ini disajikan di depan, di awal bab, jadi udah ketahuan duluan dan membuat ceritanya jadi mudah tertebak. Karena di bab 1 Aditya sudah jadi roh, kemudian disusul dengan pertemuannya dengan Simon yang sudah jadi roh juga, kalau dikaitarkan dengan isi blurb-nya, pembaca sudah bisa menebak bahwa Simon akan minta tolong pada Aditya. Dan, hal itu akan menjadi misi utama Aditya begitu ia sadar dari koma. Yang jadi main idea buku ini gitulah. Yang nggak diketahui, adalah bagaimana cara Aditya melindungi keluarga Simon, atau minimal memberi mereka peringata sementara kenal saja nggak. Saya menebak bahwa proses itu akan berlangsung lama dan dramatis, tapi ternyata nggak juga.

Proses penyampaian warning oleh Aditya ke keluarga Simon berlangsung lancar dan nyaris nggak ada halangan berarti. Tapi, yang bikin buku ini agak tebal sih menurut saya pribadi karena tambahan bumbu-bumbu cinta antara Aditya dan perawat pribadinya, Siska. Juga hal-hal tentang rumah tangga Aditya juga pertemanannya dengan sesame programmer di perusahaan tempat ia bekerja. Tapi tenang aja, bukunya nggak akan nyerempet isu pelakor yang lagi viral saat ini kok ;).

Selain itu, meski konfliknya udah jelas, bukan berarti bukunya langsung plek cuma bahas itu aja. Di pertengahan, ada sedikit ‘sejarah’ keluarga Simon dan juga bagaimana ceritanya Eva dan Evi bisa menikah dengan Dadang dan Kurnia meski tanpa persetujuan Ayahnya. Jadi, kofliknya nggak bolong dan jadi jelas dengan lengkap. Hanya saja, jujur, saya kurang menikmati gaya penulisannya. Bukan karena jelek, tapi mungkin memang nggak sesuai sama selera saya.

Di awal sampai pertengahan, Dadang dan Kurnia belum beraksi jelas. Tapi, kemudian setelahnya pergerakan keduanya sudah mulai dimunculkan dan itu menjadi bagian serunya. Saya lebih suka bab dimana ada interaksi kedua menantu itu dengan istri-istrinya disbanding yang lain sebenarnya. Karena lebih menuju konflik yang ada dan rasanya lebih seru. Pada beberapa bagian, saya kerap didera rasa bosan. Tapi, ketika istri Simon sudah mulai waspada, ceritanya jadi seru dan bikin penasaran.

Dan, endingnya sangat memuaskan. Saya suka banget sama penyelesaian konfliknya, juga keterkaitan antara Kurnia dan Frans. Puas banget deh. Lebih dari itu, buku ini mengandung pesan moral yang amat baik. Bahwa keserakahan nggak akan memberikan kita hasil yang memuaskan. Ia hanya akan semakin menjerumuskan kita dan membuat kita membuat kita mendapatkan balasan yang lebih menyakitkan.
x

3 komentar:

  1. makasih reviewnya, akan aku beli termasuk suka dg tulisannya mbak lestari ini

    BalasHapus
  2. mantap riviewnya sist

    mampiryah www.satumanado.com

    BalasHapus
  3. Kebanyakan buku2 v lestari memang begitu alurnya. Solusi masalahnya sih gampang, tp ceritanya dibikin melebar dulu :D. Beberapa bukunya aku suka kok. Tp blm banyak baca buku dia. Aku lbh suka s mara gd soalnya :D.

    BalasHapus