Catatan harian yang semakin renta dan tua

Senin, 23 April 2018

[Ebook Review] Mengungkit Pembunuhan - Five Little Pigs By Agatha Christie

Judul Buku: Mengungkit Pembunuhan – Five Little Pigs
Penulis: Agatha Christie
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono W.
Sampul: Staven Andersen
Terbit: Desember 1987
Cetakan Keempat: April 1992
Cetakan Kelima: Agustus 2005
Cetakan Keenam: April 2013
Tebal Buku: 376 hlmn; 18 cm
ISBN: 978-979-22-8365-5
Rating


Hasrat Amyas Crale pada lukisan dan wanita membuat namanya terkenal. Namun pembunuhan atas dirinya membuat namanya tercemar. Enam belas tahun kemudian istrinya yang cemburu dituduh dan dijatuhi hukuman seumur hidup karena pembunuhan yang menggemparkan. Kini Carla, putri mereka, wanita muda yang yakin ibunya tidak bersalah, menghadapkan Hercule Poirot pada tantangan yang menggoda: memulihkan nama baik ibunya dengan kembali ke tempat terjadinya pembunuhan dan mencari kekurangan fatal pada kejahatan yang sempurna itu.

****

Agatha Christie adalah novelis yang amat terkenal. Karyanya banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Indonesia. Novelnya diiodalakan banyak orang, bahkan setelah kematiannya, masih banyak penggemarnya dari kalangan anak muda. Saya, saying sekali adalah salah satu penikmat buku yang tidak mengenal Agatha Christie ‘dengan baik’. Saya hanya tahu namanya, itu pun awalnya sempat tertukar dengan novelis Indonesia, Santi Agatha – penulis roman dewasa. Jujur saja, saya  dulu nggak tahu kalau Agatha Christie bukan penulis milik Indonesia.

Saya mulai mengenal namanya dari grup kepenulisan yang saya ikuti di WhatsApp dan salah satu member adalah penggemar sejatinya. Jadi, kemarin, saya mencoba untuk membaca buku ini – tujuannya biar nggak kuper kuper amat. Karena saya nggak tahu buku pertamanya berjudul apa, saya asal comot saja yang ada. Dan kayaknya, buku ini adalah seperti buku serial Dan Brown, Hercule Poirot bisa dipastikan adalah tokoh utama dalam beberapa buku karya Agatha.

Buku ini menggunakan alur mundur. Bab satu dibuka dengan Carla yang meminta Hercule Poirot untuk menyelidiki kembali kasus kematian Ayahnya – Amyas Crale, yang dibunuh oleh ibunya enam belas tahun lalu. Carla akan segera menikah dengan pria yang dicintainya, namun masa lalu kelam pada keluarganya dan citra pembunuh yang melekat pada almarhumah ibunya membuat pernikahan itu terhambat. Dan, Carla ingin membuktikan bahwa Caroline Crale sama sekali tidak membunuh Amyas Crale.

Perjalanan Poirot pun dimulai. Yang menarik dari cerita ini adalah, Poirot adalah jenis detektif – kalau bisa dibilang begitu, yang tidak hanya bertolak ukur pada bukti fisik dalam penyelidikannya, seperti yang dilakukan pihak kepolisian dan pengadilan. Ada unsur lain yang ia gunakan sebagai bahan pertimbangan, ranah yang biasanya tidak disentuh dalam proses penyelidikan suatu kasus; sisi psikologis orang-orang yang terlibat dalam kasus tersebut, dalam hal ini pembunuhan Amyas Crale. Oleh karena itu, Poirot pun menemui beberapa orang untuk ditanyai dan dimintai keterangan seperti Philip Blake yang merupakan sahabat Amyas, Meredith Blake – kakak Philip yang juga sudah seperti keluarga bagi Amyas, Angela Warren – adik kandung Caroline Crale, Cecilia Williams yang bertindak sebagai pengasuh Angela, dan Lady Dittisham atau yang dulunya dikenal sebagai Elsa Grear yang merupakan wanita pemicu keretakan hubungan Amyas dan Caroline. Masing-masing dari mereka diminta untuk menceritakan kembali hal-hal yang mereka ingat terkait peristiwa/kejadian di mana Amyas Crale terbunuh. Dan, poin paling menariknya adalah, pertemuan dengan lima orang tersebut dipisahkan ke dalam bab yang berbeda, deengan julukan yang berbeda pula yang digunakan sebagai judul babnya. Dan, saya jadi paham kenapa bukunya diberi judul Five Little Pigs.

Selanjutnya, setelah pertemuan tersebut, Amyas meminta kelima orang ini untuk menuliskan kembali risalah tentang kejadian itu, sejauh yang dapat mereka ingat, kemudian membandingkan setiap risalah yang ada. Jadi, kasus pembunuhan Amyas Crale diselidiki ulang lewat rekonstruksi kejadian yang disajikan dalam bentuk cerita dan ingatan-ingatan orang-orang yang bersangkutan.

Sampai pada pemahaman ini, saya menyimpulkan bahwa bukunya nggak hanya menarik, tapi juga cerdas. Kalau dibandingkan zaman sekarang, prosedur penyelidikan mungkin sudah lebih canggih dan maju, tapi dalam beberapa kasus, bukti fisik memang selalu jadi yang terdepan dalam mengungkapkan betul/tidaknya seseorang melakukan tindak kejahatan. Buku ini menilai sisi psikologisnya, jadi beda nggak kayak cerita detektif lain, dan menarik banget. Asik! Seru! Suka!

Benang merah yang ditemukan dan digunakan Poirot dalam menarik kesimpulan sangatlah masuk akal. Nggak ada istilah plothole atau hal yang membuat pembaca bingung akan eksekusi dan kesimpulan yang ada. Keren banget sih. Memang, sejak tahu metode penyelidikan yang akan digunakan Poirot itu seperti apa, saya udah bisa menduga bahwa akan ada perbedaan dalam setiap cerita, atau minimal kejanggalan, atau sesuatu yang tidak kita temukan di cerita lain tapi ada di 4 cerita atau sebaliknya, jadi selama baca saya juga focus untuk menemukan itu dan mencari pemandingnya. Sayangnya nggak berhasil. Tingkat ketelitian saya ternyata masih cukup rendah haha.
Overall, saya suka banget sama ceritanya. Keren dan bikin penasaran untuk baca kisah yang lainnya.
x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar