Catatan harian yang semakin renta dan tua

Rabu, 23 Desember 2015

Favorite Genre

Selamat pagi. Selamat merayakan kelahiran Sang Nabi bagi yang merayakannya...dan selamat berlibur bagi yang nggak kena cegat bosnya.

Genre Favorite. Sebenarnya untuk bacaan sebaiknya nggak pilih-pilih karena setiap buku pasti memberi ilmu yang bermanfaat. Tapi meski begitu, pasti semua orang punya kegemaran dalam hal yang digemarinya. Salah satu contoh adalah gemar membaca buku bisa dipilih antara Novel, komik atau buku Pendidikan Kimia. Dari pilihan kegemaran itu bisa semakin dipersempit lagi dengan novel atau komik jenis apa yang disukai.

Berhubung ini postingan berkaitan tentang kesukaan membaca novel, maka gue akan mengerucutkan novel favorit gue ke beberapa genre. Pertama, teenlit. Cerita remaja. Kenapa suka? Karena gue pernah remaja. Meski sekarang udah nggak lagi (?). Gue tetap suka membaca kesederhanaan novel teenlit dalam menyampaikan maksud cerita, tapi sekarang udah kurang tertarik. Alasannya: mungkin karena bukan remaja lagi. Satu-satunya novel teenlit yang masih gue tunggu adalah Seri Jingga dan Senja karya bunda Esti Kinasih.

Genre favorit kedua adalah romance. Meski gue bukan orang romantis dan berharap bisa mendapatkan pacar atau pasangan dengan tingkat keromantisan wajar, gue tetep perempuan yang menyukai hal-kecil-tapi-manis-yang-dapat-dilakukan-seorang-laki2 terhadap pasangannya. Dan di novel romance ini banyak ditemui. Contoh: Sunset Bersama Rosie

Ketiga, metropop. Kenapa suka? Kisah cinta novel metropop rata-rata sederhana tapi feel-nya selalu bisa bikin kita terbang ke Angkasa Luar. Contoh: Sunshine Becomes You by Ilana Tan

Keempat, chicklit. Why? Ketegaran perempuan-perempuan mandiri itu sesuatu yang unik dan patut dipelajari, karir mereka yang gemilang selalu bisa bikin iri dan mau menyaingi atau minimal menyamai meski itu tokoh fiksi. Bisa dibilang novel chicklit itu bener-bener cewek banget. Cewek strong.

Kelima, fiksi ilmiah. Ini mungkin kedua terkeren. Fiksi ilmiah bisa menjadi cerminan betapa liarnya imajinasi manusia. Bebek berkaki kuda, kuda berwajah sapi.... bayangkan! Otak manusia mana yang bisa menggambarkan hal itu sampai sedetil-detilnya. Contoh; Harry Potter, Percy Jackson, dan Twilight.

Keenam, drama. Baru-baru ini suka. Ini ada sinop:

Pulang karya Leila S. Chudori

Paris, Mei 1968
Ketika gerakan mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Suryo, seorang eksil politik Indonesia, bertemu Vivienne Deveraux, mahasiswa yang ikut demonstrasi melawan pemerintah Perancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta: Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas.

Di tengah kesibukan mengelola Restoran Tanah Air di Paris, Dimas bersama tiga kawannya - Nugroho, Tjai, dan Risjaf - terus menerus dikejar rasa bersalah karena kawan-kawannya di Indonesia dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja dalam perburuan peristiwa 30 September. Apalagi ia tak bisa melupakan Surti Anandari - istri Hananto - yang bersama ketiga anaknya berbulan-bulan diinterogasi tentara.

Jakarta, Mei 1998.
Lintang Utara, puteri Dimas dari perkawinan dengan Vivienne Deveraux, akhirnya berhasil memperoleh visa masuk Indonesia untuk merekam pengalaman keluarga korban tragedi 30 September sebagai tugas akhir kuliahnya. Apa yang terkuak oleh Lintang bukan sekadar masa lalu Ayahnya dengan Surti Anandari, tetapi juga bagaimana sejarah paling berdarah di negerinya mempunyai kaitan dengan Ayah dan kawan-kawan Ayahnya. Bersama Segara Alam, Putera Hananto, Lintang menjadi saksi mata apa yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar dalam Sejarah Indonesia: kerusuhan Mei 1992 dan jatuhnya Presiden Indonesia yang sudah berkuasa 32 tahun.

Dari sinopnya aja udah greget, kan? Selain itu gue juga ada rekomen Sabtu Bersama Bapak. Novel itu bakal mengingatkan kita banyak hal tentang masa lalu dan me-warning tentang segala kemungkinan masa depan.

Sekian, selamat malam :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar