Catatan harian yang semakin renta dan tua

Minggu, 20 Maret 2016

Kontrak Cinta #9 (Revisi)

Selamat sore...........

Selamat tahun baru 2016

Udah telat sih. Sebagai pembuka saya mohon maaf jika sudah menelantarkan cerita ini kurang lebih satu tahun lebih. Sebenarnya saya sudah nggak punya niat aktif lagi posting cerbung meski keinginan untuk tetap dan terus menulis masih ada. Tapi hari ini saya dikejutkan oleh mention salah satu reader yang bertanya apa saya sudah nggak punya keinginan lagi untuk melanjutkan cerita ini. Dan perasaan yang seketika muncul adalah rasa bersalah. Saya memohon maaf buat semua janji melanjutkan cerita yang baru bisa ditepati hari ini atau terbersit dalam hati untuk tidak melanjutkannya lagi. Hari ini saya akan kembali mencoba untuk menulis cerita fiksi di blog dan sebagai pembuka saya akan melanjutkan cerita yang belum selesai namun sudah terlanjur dipublikasi. Saya sangat mengapresiasi kesabaran teman-teman dalam menunggu dan kesetiannya membaca cerita saya. Itu sangat berharga bagi saya. Belum pernah ada yang sentusias kalian dalam menunggu tulisan-tulisan saya. Terima kasih untuk semuanya, untuk mention di twitternya, untuk DM dan segala dukungannya.

Part 9 ini saya persembahkan untuk semua reader Kontrak Cinta <3

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ael menatap horror ke ponselnya. Apa yang baru saja ia lakukan? Matanya melotot sempurna melihat kenyataan bahwa ia baru saja mengirim pesan ke nomor Vivian. Dan lebih melotot lagi saat menyadari pesan seperti apa yang telah ia sampaikan pada gadis itu. 

Titik.

Asataganaga.....

Masih dengan ekspresi tidak percaya, diguncang-guncangnya ponselnya itu sambil mengetuk-ngetuk layarnya dengan gemas. Dan tanpa sadar ia telah kembali mengulangi kebegoannya dengan mengirim pesan kepada Vivian - lagi. Isi pesan tersebut bahkan lebih mengenaskan daripada yang sebelumnya. Berbagai macam huruf, angka dan tanda baca tergabung menjadi satu kesatuan disana. Bahkan orang dengan kejeniusan tingkat tinggipun belum tentu bisa membaca apa maksud dari pesan itu.

Sementara itu, di seberang sana Vivian yang baru saja hendak meletakkan kembali ponselnya mengurungkan niatnya saat didengarnya ponsel tersebut kembali meneriakkan dering tanda pesan masuk. Dengan malas dibukanya kembali pesan yang ternyata dari Ale-ale lagi namun dengan isi yang sangat mengenaskan. Apa-apaan? Ni orang mau main-main sama gue? Dengan cepat diketiknya satu pesan dan dikirimkan ke nomor Ael.

From: Ivy

Heh telep kalo berani!

Ael yang tadinya masih meruruki kebodohanny, langsung terpancing emosi begitu membaca pesan bernada tantangan dari Vivian itu. Dengan cepat dikontaknya nomor Vivian.

"Apa?" Tanya Vivian langsung begitu ia mengangkat telepon dari Ael.

"Lo yang apa? Nantangin gue, ya?!" Tanya Ael sengit.

"Elo yang apaan? Ngapain lo ngespam di ponsel gue?!"

"Eh gue bukan nge-spam, yaaa.. Itu... itu...." Aduh bego. Masa gue bilang kalo itu nggak sengaja? Jatuh dong harga diri ketahuan Ivy abis ngelakuin hal konyol kayak tadi.

"Itu apa? Dasar orang gila!"

"Eh kalo ngomong jangan sembarangan, ya. Gue itu salah satu pengusaha sukses di Indonesia. Enak aja lo katain orang gila!"

"Udah gila, sombong pula!" Cibir Vivian dari seberang sana.

"Eh lo kalo berani ketemu gue! Hadepin gue langsung!"

"Elo yang kalo berani kesini. Jangan jagonya di SMS doang."

"Lo tunggu ya! Gue bakal kasih perhitungan sama elo!" Ael mematikan sambungan teleponnya dan langsung bergegas menyambar kunci mobilnya.

****

Vivian yang sedang menikmati kegiatannya ngemil sambil nonton bola dikagetkan oleh pintu apartemennya yang tiba-tiba saja menjeblak terbuka. Ditolehkannya kepalanya untuk melihat siapa yang masuk dan langsung disuguhi pemandangan indah. Pemandangan indah dimana Niel si cowok berwajah oriental yang tersenyum manis sambil menatapnya beserta Ael yang berdiri sambil menatapnya tajam. Dateng juga dia. Kirain omdo, batin Vivian.

"Haiiiiii Niel." Sapa Vivian ramah sambil beranjak dari duduknya untuk menyambut kedatangan dua laki-laki itu.

"Hai Viv." Balas Niel tak kalah ramah masih dengan senyum yang terukir di bibirnya. Dihampirinya Vivian dan langsung menyalami tangan gadis itu sambil mencium pipi kanan dan pipi kiri Vivian. Vivian sedikit kaget namun ia segera merubah air mukanya. Sementara Ael, ia hanya bisa menganga tak percaya melihat apa yang baru saja dilakukan Niel. Benar-benar tipikal playboy. Mencari perhatian perempuan dengan sok akrab seperti itu padahal baru beberapa kali bertemu.

"Lagi ngapain Viv?" Tanya Niel basa basi sambil melongok kea rah televisi. "Nonton bola juga, ya? Wah keren." Sambugnya menjawab pertanyaannya sendiri.

"Hehe iya." Jawab Vivian. "Eh duduk duduk." Ujarnya mempersilahkan. Dengan senang hati Niel mengikuti Vivian dan duduk di samping gadis itu. Sementara Ael, ia memilih duduk di salah satu sofa yang berada di samping sofa panjang yang diduduki Vivian dan Niel. Keinginannya untuk memberi perlajaran pada Vivian seperti yang dikatakannya tadi harus rela menerima nasib tidak jadi terealisasi gara-gara saat hendak masuk ke mobilnya tadi ia malah bertemu dengan Niel yang ternyata akan bertandang ke apartemennya dan mengajaknya untuk nonton bareng bola bareng. Setelah dijelaskan bahwa ia ada sedikit urusan dengan Vivian, Niel malah membatalakan rencananya itu dan memilih ikut kesini. Benar-benar menyebalkan. Dan sekarang lihat saja, ia malah asyik mencari perhatian pada Vivian dengan sok sok bertanya tentang pekerjaan gadis itu.

"Nggak capek Viv kerja di pemasaran?" Tanya Daniel. "Ngurusin project iklan, promosi, event dan lain-lain." Lanjutnya kembali sok mengakrabkan diri. Rafa mencibir kesal mendengar pertanyaan bermodus perhatian itu. Posisi duduknya yang kini berada di belakang Daniel – tepatnya ia duduk di samping Daniel di sofa panjang sedangkan Vivian duduk di sofa single di sebelah mereka berdua, dan Daniel sengaja memunggunginya, membuat laki-laki itu tidak dapat melihat wajahnya.

"Gue nggak ngurusin event-nya ataupun project iklan. Semuanya kerjaan bos gue. Gue cuma sekretaris jadi yang gue urusin yaaa Cuma bos gue serta jadwal-jadwalnya" Jawab Vivian manis, membuat Rafa semakin jengkel saja. Kan yang bertujuan datang kesini dia. Dia dan Vivian ada urusan yang harus diselesaikan. Ehmmm...urusan SMS nggak sengaja kirim itu sih. Tapi kenapa sekarang malah dia yang jadi kacang? Obat nyamuk buat cowok yang mau modus? Ini nggak bisa dibiarin!

"Sama aja kan lo harus tetep dampingin beliau...."

"VY, AUS NIH!" Rafa berteriak memotong kalimat Daniel. "Ngagetin Raf..." Tegurnya.

"GUE AUS!" Ujarnya masih tetap berteriak. Vivian memandang Rafa kesal, lalu beralih tersenyum manis pada Daniel. "Maaf ya Niel. Dia emang gitu. Suka teriak-teriak kayak macacanigra." 

Mata Rafael kontan melebar mendengarnya. Apa? Macacanigra? Itu salah satu jenis monyet dari Sulawesi, kan?!! 

"Eh gue bukan..." Rafa baru hendak melayangkan protes namun Vivian sudah lebih dulu memotongnya.

"Diem! Gue ambilin! Nggak usah bawel!" 

Vivian lalu melangkah ke dapur untuk mengambilkan minuman untuk Raja Besar Rafael. Daniel yang menyaksikan interaksi mereka berdua hanya bisa geleng-geleng ketawa sambil tersenyum, lalu sebuah ide terbit di kepalanya. "Viv, aku juga nitip, ya," pintanya sambil tersenyum.

Vivian yang memang penyuka Drama Korea dan pencinta cowok berwajah oriental kontan salah tingkah dilempari senyum manis seperti itu apalagi Daniel megalamatkan dirinya dengan 'aku'. Sementara Rafael, lagi-lagi mendengus jengkel. Heyho! Vivian nggak bisa lihat apa kalo di jidat Daniel udah ada stempel PLAYBOY CAP KUDA TERBANG!? Dasar! Eh tapi tunggu, kenapa pula dia mesti perduli? 

"Mau minum apa, Niel?" Tanya Vivian kalem.

"Apa aja asal kamu yang bikini pasti enak hehe."

Vivian tersipu, Rafa mengutuk dalam hati! 

****

Pagi yang cerah, matahari bersinar indah dan...Range Rover dengan Rafael berdiri di sampingnya sambil tersenyum menjengkelkan. Hell! Kapan Vivian bisa lepas dari makhluk menyebalkan ini.

"Ngapain lo?" Tanya Vivian garang sambil berkacak pinggang.

"Jemput tunangan gue kerja dong." Jawab Rafael manis.

"Gue bukan tunangan lo!"

"Emang gue bilang lo tunangan gue?"

Sial! Dengan sebal Vivian berjalan melewati Rafael dan hendak menyetop taksi namun buru-buru ditahan laki-laki itu. "Jangan ngambek dong, nanti cantiknya ilang." Bujuknya sambil menahan lengan Vivian.

"Lepas!"

"Nggak mau."

"Ael gue lagi nggak pengen berantem, ya."

"Gue juga nggak pengen berantem Ivy sayang."

"Terus mau lo apa?"

"Gue cuma mau nganter lo ke kantor."

"Gila ya. Lo jadi orang nggak tau malu banget. Kemaren marah-marah nggak jelas ke gue dan sekarang dateng seolah nggak pernah terjadi apa-apa. Sok-sokan mau nganter ke kantor. Lo pikir gue cewek berhati malaikat kayak di drama drama yang meski disakitin bakal tetep bisa nerima apa adanya? Sorry ya gue bukan keset kaki!" Vivian mengomel panjang lebar yang sialnya hanya disambut dengan senyuman tertahan dari Rafael.

"Tahu nggak Vy gue jadi inget bikinan anak meme. Lo pikir gue keset kaki yang meski udah diinjek tetep bilang welcome?"

BUKKK!!! 

Dan terjadilah adegan gebuk menggebuk di depan gedung apartemen dengan Vivian sebagai pelaku penggebukan dan Rafael sebagai korban yang sialnya malah asyik tertawa-tawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar