Catatan harian yang semakin renta dan tua

Jumat, 09 Februari 2018

[Flash Fiction] Laila Majnun


Dinding-dinding itu kokoh. Tinggi seperti tak berujung. Kupandang ke atas, yang ada hanya gelap. Di depan pun gelap. Satu-satunya cahaya hanya obor kecil yang kini kugenggam. Seperti labirin. Orang-orang bilang, jangan menjauh dari dinding jika tidak ingin tersesat. Kuraba sisi kananku, tidak ada apa-apa. Sementara sisi kiri, yang menyentuh kulit hanya angin. Gawat. Sepertinya aku tidak mempraktikkan  nasehat itu dengan benar. Panik. Takut. Seketika aku berlari namun ada suara yang mengikuti. “Mati...mati...,” katanya. Aku diburu. Aku akan dibunuh!

Di salah satu sudut Rumah Sakit Jiwa, Laila menjerit. Ia tersesat dan akan mati di tangan arwah wanita yang ditebasnya karena cemburu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar