“Anyaaaaaaaaaaaaaaaa.”
Teriakan itu sungguh mengusik pendengaranku. Seperti biasa, Vira Damayanti,
teman yang aku temui tiga tahun lalu. Disaat aku baru pertama kali memasuki
gerbang Universitas Negeri Yogyakarta. Kebiasaannya memang seperti ini. Tidak
peduli di manapun aku berada, dia akan selalu setia meneriakkan namaku. Mungkin
dia bangga dengan suaranya yang memang bisa mencapai 5 oktav saat ia bernanyi.
Aku akui ia memang pintar dalam hal tarik suara. Ku tolehkan pandanganku.
Astaga! Ternyata ia hanya berjarak kurang dari satu meter di belakangku.
“Apa?”
jawabku malas.
“He
he he.” Balasnya cengengesan sambil
menghampiriku dan tak lupa pula bergelayut manja di lenganku. Aku yakin saat
ini sudah muncul argument tidak enak tentang hubunganku denannya.
“Apa
sih? Kayak lesbi lo!” Ku lepaskan tangannya dari lenganku.
“He
he he.” Lagi-lagi tawa seperti ini. Aku sangat kesal dengan caranya tertawa. Ia
dengan sengaja menyuarakannya dalam bentuk suku kata. Ia tahu aku sangat tidak
suka itu. Tapi dia sangat suka melakukannya di depanku.
“Apaan?”
Tanyaku lagi. Aku benar-benar ingin segera beranjak dari sini. Masih banyak
yang harus aku urus. Terutama tugas yang akan aku jalani selama kurang lebih
tiga bulan ke depan. Banyak yang harus aku persiapkan. Termasuk mental juga
fisik yang sebentar lagi harus dipaksa bangun lebih pagi dari jam bangun pagiku
biasanya.
“Elo
dapet di mana?” tanyanya. Yah lagi-lagi pertanyaan yang sama. Entah sudah
berapa kali aku mendapatkan pertanyaan ini hari ini.
“SMA
4” Jawabku semakin malas.
“WHATTTTT?”
Teriak Vira tak percaya dengan bola mata yang hampir meloncat keluar dari
kelopaknya. Tapi aku sama sekali tak terganggu dengan hal itu. Itu sudah
menjadi tabiat gadis keturunan Jawa yang satu ini.
Aku
mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.
“Selamat,
ya.” Katanya seraya memelukku. Aku yakin argument yang sempat timbul di pikiran
setiap orang yang melihat adegan Vira bergelayut manja di lenganku kini sudah
semakin menjadi-jadi.
“Yah
semoga.” Jawabku sekenanya. Bagi teman-temanku mungkin ini adalah anugerah.
Tapi bagiku, ini benar-benar suatu bencana. Tak pernah terpikirkan olehku aku
akan ke sana. Aku sama sekali tidak siap. Oh, ya. Aku yakin kalian sedikit
bingung dengan apa yang aku maksudkan.
Perkenalkan.
Namaku Vanya Elistra Arinda. Aku lahir 12 Desember 1996 dari keluarga yang
berkecukupan. Cita-citaku adalah menjadi seorang guru. Aku benar-benar ingin
menyalurkan ilmu yang aku dapat kepada semua orang. Aku ingin berbagi
dengannya. Dan disinilah aku. Karena cita-citaku yang memang tidak pernah
berubah sejak dulu, saat ini aku sedang menempuh pendidikan di Universitas
Negeri Yogyakarta, Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Sebentar lagi aku akan mewujudkan cita-citaku untuk mewariskan ilmuku kepada
orang lain. Aku akan segera melaksanakan PPL atau Praktik Pengalaman Lingkungan
di salah satu SMA Negeri di kota ini, SMA Negeri 4 Yogyakarta.
“Entah
apa yang menantiku.” Lirihku kemudian beranjak meninggalkan Vira yang masih tak
mengerti dengan maksudku barusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar