Catatan harian yang semakin renta dan tua

Senin, 18 Juli 2016

The Prince of Blangkon - Pangeran Jomblo yang Nggak Bisa Ilmu Sihir

Judul Buku: The Prince of Blangkon
Penulis: Endik Koeswoyo
Editor: @rinalubis_stone
Tata Sampul: Ferdika
Tata Isi: Violet Vitrya
Pracetak: Antini, Dwi, Yanto
Tahun Terbit: 2012
Penerbit: Diva Press (Anggota IKAPI)
Tebal Buku: 289 hlmn
ISBN: 978-602-191-168-6
Rating: 4/5

****

Pangeran Semur Jaya Rasa adalah pangeran dari Negeri Timur yang masih jomblo. Dengan didampingi oleh pengawal setianya bernama Premadana, Pangeran Semur mengikuti sayembara untuk menemukan Putri Permata Hati, putri dari Kota Tengah.

Karena tidak memiliki ilmu sihir seperti kebanyakan pemuda di Pulau Tukis, ia pun hampir kalah saing dengan Pangeran Gura Manis dari Kota Barat. Akhirnya, Pangeran Semur berniat mencari kunci rahasia untuk mengaktifkan ilmu sihir yang ada di benda-benda kesayangannya.

Dengan membawa keris, blangkon, dan selendang sutra, Pangeran Semur ditemani Premadana menembus keangkeran Pulau Kentut Kuda untuk menemui seorang oden (guru sihir). Berhasilkah Pangeran Semur menunaikan keinginannya?

Tentu saja buah kerja kerasnya sangat membahagiakan alias dia berhasil juga menemukan Puri Permata Hati.

Masalahnya, sejak pandangan pertama ternyata Premadana telah jatuh cinta kepada Putri Permata Hati.

Lantas, bagaimanakah sikap Pangeran Semur selanjutnya?

****

Pulau ini sebenarnya masih masuk wilayah NKRI, hanya saja karena letaknya di ujung selatan dan dicuekin oleh pemerintah pusat, maka dikuasai tiga orang.

Pulau Tukis adalah sebuah pulau indah yang wilayah kekuasannya terbagia atas bagian Timur, Tengah dan Barat. Sebelum dibagi ke tiga wilayah kekuasaan, Pulau Tukis sudah berpenghuni. Akan tetapi, pertikaian sering terjadi antara Wilayah Timur dan Wilayah Barat. Oleh karena itu, dibentuklah Wilayah Tengah sebagai penetralisir yang selalu dipimpin oleh seorang wanita - yang diberi gelar Ratu Rasa, sedangkan Wilayah Timur sendiri dikuasai oleh Raja Agung Raden Rasoman Harya Titah dan Wilayah Barat dikuasai oleh Raden Soleh Hary Jagad.

Dalam kesahariannya, Pulau Tukis adalah pulau yang bebas polusi. Penduduk menolak penghasil polusi di Pulau Tukis dan Ilmu Sihir adalah ilmu yang ditetapkan digunakan oleh masyarakat Pulau Tukis. Siapa saja harus bisa menguasai Ilmu Sihir, baik laki-laki maupun perempuan. Masalahnya, Pangeran Semur Jaya Rasa adalah putra Raja Agung Raden Rasoman Harya Titah yang sama sekali buta dengan ilmu sihir. Ia sama sekali tidak bisa menggunakan ilmu sihir, katanya sih  karena kelamaan menempuh pendidikan di luar wilayah Pulau Tukis.

Pangeran Semur Jaya Rasa sebagai penerus kerajaan Wilayah Timur suatu hari mengikuti sayembara untuk menemukan Putri Permata Hati, putri cantik jelita yang juga diincar oleh Pangeran Gura Manis, putra dari wilayah Barat yang terkenal tampan serta terkenal oleh ilmu sihirnya yang kuat. Untuk bisa mengalahkan Gur Manis, Pangeran Semur harus memiliki hal-hal yang berbau sihir, termasuk juga meminang wanita untuk dinikahi ilmu sihir adalah salah satu persyaratan yang diwajibkan. Maka, berangkatlah Pangeran Semur ditemani pengawal pribadinya, Premadana ke Kota Tengah.

Kota Tengah bisa dikatakan adalah pusat kota sehingga disana adalah tempat bertemunya masyarakat dari wilayah barat dan wilayah timur. Pangeran Semur yang tidak bisa ilmu sihir dan penakut itu pun, karena takut diapa-apain sama orang-orang dari wilayah barat akhirnya mengganti identitasnya dengan panggilan Jay. Sesampainya disana, Pangeran Semur dan Premadana menginap di sebuah penginapan mewah dan sangat tekenal di Kota Tengah. Belum-belum mendapatkan ilmu sihir yang diperlukan, eh Jay sudah mulai terpesona oleh kecantikan para gadis dari Kota Tengah dan membayangkan betapa Putri Permata Hati cantiknya pasti tak dapat  dilukiskan. Tapi, angan itu terputu oleh peringatan Premadana bahwa jika Pangeran Semur ingin menemukan Putri Permata Hati, maka yang harus lebih dulu ia lakukan adalah menguasai ilmu sihir.

Jangan mimpi dengan Putri Permata, kecantikannya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Kebaikannya menjadi pedoman masyarakat Tukis dan tentu saja dia menjadi incaran Gura Manis dari Barat. Kamu sudah kalah tampang dengan Gura Manis jadi sebaiknya  kamu mejaga hati agar tidak jatuh hati dengannya jika suatu kelak kamu bisa bertemu dengan Putri Permata.

Setelah menginap dan mempelajari beberapa hal di Kota Tengah, Pangeran Semur dan Premadana akirnya beragkat menemui Erdin, calon pakar telematika Pulau Tukis yang dapat membantu memasangkan ilmu sihir pada keris, blangkon dan selendang sutra Pangeran Semur Jaya Rasa. Akan tetapi, ternyata Erdin saja tidak cukup. Pangeran Semur Jaya Rasa harus menemui Oden Biru - guru ilmu sihir yang dapat membuka kunci chip sihir yang sudah dipasangkan Erdin. 

Masalahnya, Oden Biru saat ini berada di Pulau Kentut Kuda, pualu yang terkenal angker dengan kalimat "siapa pun yang masuk kesana tidak akan pernah bisa keluar". Awalnya, Pangeran Semur menolak tapi karena itu satu-satunya cara, maka ia pun terpaksa menyeret langkahnya mengikuti Premadana ke Pulau Kentut Kuda.

Dengan menumpangi perahu lapis kaca milik Erdin, mereka akhirnya berhasil menemui Oden Biru, membuka kunci dari keris, blangkon dan selendang sutera milik pangeran serta berhasil lolos dari ancaman maut oleh raksasa Kuda Laut Gila. Tentu saja dengan ilmu sihir yang secara otomatis aktif ketika Pangeran Semur mencoba untuk bernegosiasi dengan Kuda Laut Gila agar mereka dapat selamat dari ancaman Pulau Kentut Kuda.

Sekembalinya dari sana, Pangeran Semur Jaya Rasa pun mendapat gelar baru dari ayahanda tercinta. Namanya berubah menjadi Pangeran Harya Blangkon Semur Jaya Rasa. Setelahnya, sang Raja berpesan bahwa sebagai penerus, Pangeran Semur harus segera menemukan calon istrinya.

Tugasmu sekarang adalah mencari pasangan hidup, Anakku. Ayahmu ini sudah tua, maka kamu harus segera mencari pasangan hidup untuk bisa menggantikan posisi ayahmu ini sebagai pengganti memimpin wilayah timur.

Titah dari sang Ayah kemudian membuat Pangeran Semur Jaya Rasa dan Premadana berangkat ke Kota Tengah dan kembali menginap di penginapan yang sama. Tapi, yang diberi titah Pangeran Semur, eh yang jatuh cinta duluan malah Premadana.

****
 Di sampul depan novel kita akan menemukan dua komentar tentang buku The Prince of Blangkon:

"Seru, bikin ketawa sampe terkentut-kentut."
Agung Setausa,
Sutradara film

"Lucu, kisahnya unik bikin cengar-cengir sendiri."
Renny Fernandez,
Sutradara video clip

Dan di sampul belakang kita juga akan menemukan sebuah komenta:

Kita diajak menelusuri negeri fantasi dengan gaya penceritaan yang ringan. Yang serius diolah kelakar. Itulah yang membuat terpikat, kemudian merenunkan ihwal tanpa mengerutkan jidat atau jadi senewen.
Agus Noor,
Penulis  

Dan saya sependapat denga beliau. Seperti yang dikatakan bahwa The Prince of Blangkon memang mengajak kita untuk merenungkan banyak sekali pesan-pesan dalam hidup yang terkadang sering kita abaikan atau sepelekan. Dan itu, tanpa harus berpikir panjang dan berputar-putar, kita akan segera paham kandunga yang tersirat dalam buku ini.

Salah satu hal yang menggelitik saya adalah kutipan pertama yang saya temukan yakni "Pulau ini sebenarnya masih masuk wilayah NKRI, hanya saja karena letaknya di ujung selatan dan dicuekin oleh pemerintah pusat," kalimat ini begitu saja mengingatkan saya pada saudara-saudara kita yang terletak di sebelah Timur Indonesia sana, di perbatasan Kalimantan yang jarang ditengok oleh pemerintah, yang alamnya subur dan banyak memberikan kontrbusi bagi pendapatan negara, namun kehidupan masyaraktnya masih banyak yang serba kekurangan dan berada di bawah garis kemiskinan. Digerus oleh kerasnya hidup di bawah kekuasaan orang-orang yang dengan semena-mena mengeksploitasi hasil bumi demi kekayaan pribadi.


Bagi saya, Pulau Tukis adalah pulau yang menggambarkan kondisi mereka namun dengan sedikit perbedaan dan pesan. Bahwa meski tanpa perhatian pemerintah, mereka tetap akan dapat hidup dengan hal-hal yang mereka miliki asal tidak dirusak oleh hal-hal yang tidak baik. Yang sangat ditekankan dalam buku ini adalah pemeliharaan dan penggunaan terhadap kekayaan alam yang senantiasa harus kita letakkan pada kadar yang semestinya.

Apabila hanya dilihat dari sampul, dan dari sinopsis, buku ini sekilas hanya seperti buku komedi biasa, yang akan membuat kita terpingkal kala membacaya namun entah apa yang akan dipetik setelahya, ada atau tidak. Akan tetapi, isinya meski dikemas oleh unsur komedi yang cukup unik, buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca oleh siapa saja.

Selanjutnya, ilmu sihir yang diceritakan dalam buku ini menurut saya pribadi bukanlah sebenar-benar ilmu sihir akan tetapi mengacu pada pentingnya pendidikan bagi penerus bangsa agar dapat hidup dan bertahan di tengah pesatnya perkembangan informasi dan teknologi. Seperti Pangeran Semur yang tidak memiliki kemampuan ilmu sihir, keputusannya untuk menemui Oden Biru meski dengan ancaman nyawa melayang adalah keputusan yang tepat. Kita, sebagai bangsa yang ingin bersaing dengan negeri tetangga dan yang berada di seberang lautan, sudah seharusnya menuntut ilmu. Keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk belajar, namun bantuan dan perhatian dari pemerintah juga berperan penting dalam kesuksesan para penerusnya.

Di Pulau Tukis ilmu sihir adalah kewajiban jika ingin memperoleh pendamping hidup, maka disini pendidikan terbaik adalah syarat utama untuk memperoleh kesejahteraan masyarakat.

Meski pada beberapa halaman ada saya temukan keslahan penulisan pembaca masih tetap dapat menikmati ceritanya tanpa harus merasa kebingungan dengan maksud dari penulis. Selain itu, buku ini juga mengajarkan kita bagaimana arti persahabatan, kebersamaan, serta bagaimana kita seharusnya menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain.

4 komentar: