Catatan harian yang semakin renta dan tua

Kamis, 01 September 2016

Wisata Sejarah di Kota Pangkalpinang #pesonapangkalpinang

Kota Pangkalpinang adalah salah satu Daerah Pemerintahan Kota di Indonesia yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus merupakan ibu kota Provinsi. Kota dengan luas wilayah 118,408 km2 ini terletak di bagian timur Pulau Bangka dan terbagi dalam 7 kecamatan yaitu Taman Sari, Rangkui, Pangkalbalam, Gabek, Bukit Intan, Girimaya, dan Gerunggang. Etnis Melayu dan Tionghoa suku Hakka dari Guangzhou kebanyakan membentuk kota dengan julukan BERARTI (BERsih, Aman, Rapi, Tertib, Indah) ini, ditambah sejumlah suku pendatang seperti Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa, Madura, Banjar, Bugis, Manado, Flores, da Ambon.

Penjajahan Belanda di Indonesia yang berlangsung selama kurang lebih tiga ratus lima puluh tahun meninggalkan jejak-jejak bisunya yang beberapa di antaranya terletak di kota Pangkalpinang. Keberadaan beberapa peninggalan sejarah ini menjadikan Kota Pangkalpinang sebagai kota wisata sejarah yang amat sangat sayang untuk dilewatkan. Berikut terdapat delapan pilihan lokasi bersejarah yang dapat kita gunakan sebagai destinasi wisata ke Kota Pangkalpinang

1. Museum Timah Indonesia


Sumber Foto
Museum Timah Indonesia berlokasi di Jl. Jenderal A. Yani No. 17 dan tercatat sebagai satu-satunya di Asia. Awalnya adalah rumah dinas Hoofdt Administrateur Banka Tin Winning (BTW) atau rumah pejabat perusahaan timah Banka Tin Winning. Museum ini mencatat sejarah perjalanan panjang pertimahan di Bangka Belitung, didirikan pada tahun 1958 saat banyak ditemukan benda-benda tradisional yang digunakan para penambang zaman dahulu, terutama pada masa penjajahan Belanda. Persemian Museum Timah Indonesia dilakukan pada 2 Agustus 1997 dengan tujuan untuk memerkenalkan sejarah timah Bangka Belitung kepada masyarakat luas.

Selain menyimpan sejarah pertimahan, museum ini juga menyimpan sejarah lainnya dimana beberapa kali dijadikan lokasi perundingan atau diplomasi antara pemimpin republik yang diasingkan ke Bangka dengan Pemerintah Belanda dan UNCI (United Nations Commissions for Indonesia) yang kemudian melahirkan Roem Royen Statement pada 7 Mei 1949.

Mengunjungi Museum Timah Indonesia akan menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang kepingan sejarah Indonesia yang tidak pernah kita pelajari di masa sekolah. Selain itu bentuk bangunan dan arsitekturya yang klasik akan membuat kita seolah terdampar pada masa lalu.

2. Rumah Sakit Bakti Timah


Sumber Foto
Nah selain punya perusahaan pertimahan, pada zaman dulu Pangkalpinang juga punya rumah sakit yang pada tahun 1920 digunakan sebagai balai pengobatan bagi karyawan Banka Tin Winning yakni Rumah Sakit Bakti Timah. Rumah Sakit Bakti Timah adalah salah satu rumah sakit tertua di Bangka Belitung sampai kemudian mengalami nasionalisasi pada tahun 1953.

Rumah sakit ini sempat dikenal dengan nama Rumah Sakit Tambang Timah Bangka (TTB) sebelum akhirnya dilakukan restrukturisasi dan dinamai dengan Rumah Sakit Bakti Timah. Berlokasi di utara Rumah Residen, rumah sakit ini juga merekam salah satu jejak sejarah pertimahan di Bangka Belitung.

3. Wisma Timah I


Sumber Foto
Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.13/PW.007/MKP/2010, tanggal 8 Januari 2010) dan dilindungi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Wisma Timah I ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya Kota Pangkalpinang dengan ciri khas bangunan berbentuk limas.

Pada Tahun 1922 rumah ini difungsikan sebagai  rumah dinas asisten residen Belanda ketika pemerintahan kolonial Belanda menerapkan Bestuurhervorming Wet yang pembagian tiga tingkat daerah otonom yaitu provinsi ordonansi (provinsi), regensche ordonansi (kabupaten), dan staatsgmente (kota) ordonansi. Pada masa pemerintahan residen Bangka, Starhamer HM (1931-1934 M), Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan menjadi Residentie en Orderherichgheiden dengan pulau utama Bangka sebagai residen dan pulau Belitung beserta pulau-pulau kecil lainnya sebagai onder afdelingen yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen.


Di bagian Timur gedung Wisma Timah I terdapat landraad (kantor pengadilan), asistent resident cantoor (kantor asisten residen) yang bersebelahan di bagian Selatan dengan resident cantoor (kantor residen). Kantor ini juga pernah dijadikan sebagai kantor sementara Gubernur Kepulauan Bangka Belitung ketika provinsi ini baru dibentuk. Mengunjungi Timah Wisma I akan mengajak kita untuk sedikit menyelami pemerintahan Hindia Belanda di Provinsi Bangka Belitung yang terangkum pada setiap sudut bangunan Wisma Timah I. 


Dari ketiga tempat bersejarah ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa Pangkalpinang selain kota wisata sejarah juga merupakan kota yang memiliki andil dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

4. Rumah Residen


Sumber Foto
Rumah Residen atau Residenthius te Pangkalpinang Op Bangka adalah rumah dengan arsitektur bergaya Eropa dengan banyaknya pilar-pilar tinggi, pintu utama tinggi dan besar dan dilengkapi dengan banyaknya jendela besar yang berfungsi sebagai sirkulasi udara. Bangunan ini juga lengkap dengan bagunan inti dan paviliun. Daya tarik yang paling cantik dari Rumah Residen ini bukan hanya dari bentuk dan arsitektur bangunannya tetapi juga pada Meriam Kuno abad ke-19 yang terdapat di depan rumah. Rumah Residen juga merekam banyak sejarah Kota Pangkalpinang. Awalnya rumah ini berfungsi sebagai administratur pemerintahan sipil distrik yang dikepalai oleh controlleur Pangkalpinang.


Rumah ini dikenal sebagai Rumah Besar di kalangan masyarakat dikarenakan pilar-pilarnya yang besar dan menjulang tinggi. Terletak di kawasan Civic Centre Pangkalpinang Rumah Residen juga merupakan salah satu Bangunan Cagar Budaya Kota Pangkalpinang.


5. Taman Sari (Wilhelmina Park)


Sumber Foto



Taman Sari adalah fasilitas pendukung yang terletak di sisi barat Rumah Residen rancangan Van Ben Benzenhorn, berupa areal luas dengan kontur tanah naik turun dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas bermain dan tanaman. Pada lokasi taman juga dibangun tugu berbentuk miniatur Monumen Nasional (Monas) yang diberi nama Tugu Pergerakan Kemerdekaan yang diresmikan oleh Drs. Mohammad Hatta pada bulan Agustus 1949. Tugu ini melambangkan perjuangan masyarakat Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan yang terangkum dalam prasasti "Surat Kuasa kembalinya Ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta" yang tertulis di tugu.


6. Kerkhof (Pemakaman Belanda)


Sumber Foto
Keberadaan Kerkhof atau Pendem Belanda merupakan salah satu bukti dan peinggalan sejarah di Indonesia dan berkaitan erat dengan kehidupan orang-orang asing yang pernah datang, menetap dan berpulang di tanah Indonesia. Keberadaan timah di Bangka Belitung telah menjadikan provinsi ini sebagai salah satu distrik tujuan eksplorasi timah di Indonesia.


Kerkhof terletak di Jalan Sekolah (sekarang Jl. Hormen Maddati) di Kel. Melintang, Kec. Rangkui. Terdapat kurang lebih 100 nisan bertuliskan Bahasa Indonesia, Jepang dan Belanda. Keunikan dari kawasan ini adalah merupakan pemakaman khas Belanda dengan makam tertua atas nama Ny. Irene Mathilde Ehrencron yang wafat 10 Maret 1928.


7. Masjid Jamik


Masjid Jamik juga adalah Cagar Budaya Kota Pangkalpinang. Didirikan pada tanggal 3 Syawal 1355 H atau bertepatan dengan tanggal 18 Desember 1936 oleh penduduk Kampung Dalam dan Kampung Tengah Tuatunu, masjid Jamik menjadi salah satu masjid terbesar di Pangkalpinang. Dengan luas kurang lebih 900 m2, masjid ini dapat menampung sekitar 2.000 jama'ah.

Keunikan dari masjid ini terletak pada tangga depan yang dibangun dengan bentuk setengah lingkaran dan dihiasi oleh lima tiang penyangga yang mengandung arti Rukun Islam, sedangkan antara tembok depan dan bagian atapnya dihiasi oleh enam tiang penyangga kecil yang berarti Rukun Iman. Keunikan ini bagi saya pribadi mengandung arti bahwa ibadah setiap muslim didasarkan pada dua patokan utama yakni Rukun Islam dan Rukun Iman.

8. Gereja GPIB Maranatha Pangkalpinang
Gereja protestan ini pada  masa pemerintahan Residen J.E Edie (1925-1928 M) dan diberi nama Kerkeraad der Protestanche Gemeente to Pangkalpinang. Dibangun pada sisi timur Rumah Residen gereja ini memiliki ciri khas dengan menara jam yang besar serta Pastori yang dibangun di sekeliling gereja. Jam yang terdapat pada menara ini masih berfungsi, digerakkan oleh mesin jam otomatis produksi NEDERLANDSCHE FABRIEK VAN TORENUURWERKEN B.E IJSBOUTS ASTEN dengan nomor 3061 tahun ANNO 3061. Keberadaan gereja ini menjadi bukti sejarah penyebaran Agama Kristen di Indonesia.

Wisata sejarah adalah salah satu agenda yang dapat kita lakukan untuk mengisi waktu luang sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan. Selain jalan-jalan, kita akan membawa pulang potongan kehidupan Indonesia di masa lalu lewat berkunjung ke tempat-tempat bersejarah yang ada di kota ini.

4 komentar:

  1. haduh, lihat museumnya jadi kepengen ke sana, nanti pinjam pintu doraemonlah

    Indonesia adalah bekas jajahan memang, jadi heritagenya kebanyakan bangunan bekas belanda. sama seperti di Medan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangett! Museumnya emang paling menggugah selera untuk belajar sejarah plus jalan-jalannya.

      Wah iya? Di Medan apa aja yang menarik dan masih peninggalan zaman Belanda?

      Hapus
  2. Jadi makin kangen Pangkalpinang. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang Pangkalpinang, ya? Aku juga ada temen yang tinggal di BaBel :))

      Hapus