Catatan harian yang semakin renta dan tua

Sabtu, 08 Juli 2017

[Ebook Review] Johan Series #2: Pengurus MOS Harus Mati By Lexie Xu

Judul Buku: Pengurus MOS Harus Mati
Penulis: Lexie Xu
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April 2011
Cover oleh: Regina Feby
Tebal Buku: 304 hlmn; 20 hlmn
ISBN: 978-602-03-1294-1
Rating: 4/5

Hai, namaku Hanny Pelangi, dan hidupku saat ini bagaikan sederetan mimpi buruk.

Awalnya semua terlihat luar biasa.  Aku sedang menikmati liburan yang menyenangkan bersama sahabatku, Jenny, saat aku diminta pulang oleh pacar baruku, Benji, sang ketua OSIS, lantaran aku terpilih menjadi salah satu pengurus MOS. Wow! Terpilih menjadi anggota tim elite dan mendapat kesempatan menyiksa murid-murid baru? Siapa yang tidak mau?

Namun, semuanya ternyata tidak seindah yang kubayangkan. Belum apa-apa rapat kami sudah diteror oleh seorang cowok bengal yang tidak naik kelas, sangat membenciku, dan hobi membuatku malu. Pokoknya, cowok yang minta diinjak mukanya deh.

Urusan ini bertambah parah saat Benji mengajak kami mengarang kisah horor bohongan seputar sekolah kami. Maksudnya sih untuk menakut-nakuti anak baru. Tak disangka, kisah-kisah horor bohongan itu malah menjelma menjadi kenyataan. Satu demi satu pengurus MOS mengalami kecelakaan mengerikan yang tidak bisa dijelaskan. Puncaknya, nyawaku nyaris melayang.

Apakah yang menyebabkan kecelakaan-kecelakaan ini? Kutukan kisah horor yang berbalik menimpa kami? Anak baru yang dendam pada kami?

Kalah memang begitu, mengapa semua petunjuk mengarah pada Jenny?

****

Buku seri kedua dari Johan. Seperti yang sudah bisa dijelaskan dalam sinopsis, buku ini menceritakan tentang Hanny Pelangi, cewek paling cantik dan populer di SMA Persada International yang tadinya sedang liburan bareng sahabatnya Jenny Angkasa di Singapura, tapi tiba-tiba disuruh pulang ke Indonesia oleh Benji karena akan menjadi salah satu panitia MOS.

Pekan MOS yang selama ini dijalankan menuru Benji, sang Ketua OSIS sekaligus pacar Hanny, amatlah membosankan. Oleh karena itu, ia berniat mengubah agenda MOS menjadi lebih seru, yakni dengan melakukan penyiksaan terhadap anak baru, juga mengarang kisah horror bohongan yang akan digunakan untuk menakut-nakuti mereka. Selain itu, kalau tahun-tahun sebelumnya MOS hanya diadakan 3 hari, kali ini akan diadakan 6 hari jadi mereka butuh 6 kisah horror. 6 orang yang punya ide pun menyumbangkan kisah horror karangannya, MOS dimulai dengan lebih kejam, namun yang mengejutkan adalah di hari pertama terjadi kecelakaan yang skenarionya sama persis dengan kisah horror karangan Mila.

Kalimat pertama untuk buku ini adalah, this book is so much better than the first one. Makanya yang obsesi dapat 3 bintang, buku ini dapat 4. Berbeda dengan Obsesi, alur cerita dalam buku ini memang tertebak, tapi kita sama sekali misteri dengan siapa pelaku kejahatan yang sebenarnya. Kalau di Obsesi kan tanpa mikir emang nyata-nyata udah kelihatan jelas siapa otak di balik 2 kejahatan yang menimpa Jenny Tompel dan Jenny Bajaj. Kemudian, kalau di buku sebelumnya, ada pergantian POV antara Jenny dan Hanny, disini hanya ada Hanny saja. Jadi, rasanya walau memang tokoh utamanya udah yakin adalah Hanny Jenny dan Johan, disini jadi berasa bahwa tokoh paling utamanya ya si Hanny.

Ceritanya mengalir dengan menyenangkan. Nggak cepat, nggak lambat. Tergolong pas. Dan saya suka banget dengan ide urutan kisah misteri yang didasarkan pada kisah karangan pengurus MOS. Udah bisa ditebak bahwa pelakunya berasal dari mana, tapi nggak bisa disimpulkan dengan cepat yang mana orangnya. Seperti kata Frankie, siapapun berpotensi dicurigai.

Pemicu konflik dalam buku ini mirip obsesi karena ada unsur balas dendam dan juga obsesinya walau tidak separah yang pertama. Tapi, kalau dari segi kengerian dan horrornya kejahatan yang dilakukan, buku ini lumayan seram. Apalagi pas kisah horror kelima karangan Violina. Untuk feel detektifnya masih tetap ada, meski tidak sekental dan seDetective Conan buku sebelumnya, tapi pemecahan masalah oleh Frankie dirasa kurang masuk akal. Terlalu cepat, nyaris tidak berproses, dan tidak setelusur Markus dan Tony. Tapi memang sih Marku dan Tony feelnya mengarah ke DC. Overall buku ini bikin penasaran tetep yah untuk lanjut baca seri ketiga: Permainan Maut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar