Catatan harian yang semakin renta dan tua

Kamis, 03 Agustus 2017

[Ebook Review] Tuhan untuk Jemima By Indah Hanaco

Judul Buku: Tuhan untuk Jemima
Penulis: Indah Hanaco
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Editor: Gita Savitri
Perwajahan Isi: Ayu Lestari
Perwajahan Sampul: Shutterstock & Mulyono
ISBN: 978-602-03-1660-4
Rating: 4/5

Jemima, gadis gelisah yang merindukan Tuhan, tapi tidak tahu harus mencari ke mana. Diberi kebebasan memilih agama, Jemima malah makin bimbang. Apalagi sederet tragedi sedang mengintai gadis itu dan keluarganya.

Kenneth, pria belia yang sangat tahu apa yang diinginkannya dalam hidup ini, sibuk berjuang untuk kelestarian lingkungan hidup. Saat menyaksikan paus-paus kesayangannya dibantai, dia memutuskan tidak memercayai keberadaan Tuhan adalah keputusan yang paling cerdas.

Kala keduanya bertemu di Selandia Baru, negara cantik berangin dengan berjuta keajaiban, otak dan hati mereka seolah diadu. Di antara keindahan pohon rimu, di antara pertarunga hidup dan mati, serta tamu khusus berwajah cahaya, akankah mereka menemukan hidayah-Nya?

****

Jemima adalah seorang gadis belia yang lahir dari keluarga campuran. Ibunya beragama Islam, sementara Ayahnya beragama kristen. Ia bersama kakaknya, Ashlyn, diberi kebebasan untuk memilih agama mana pun yang mereka sukai dan yakini. Ashlyn, sang kakak sudah mantap ikut ayahnya, tapi Jemima masih bimbang akan menyembah Tuhan yang mana. Sebuah tragedi memilukan dan tak terduga tiba-tiba menimpa keluarga Damarys. Ashlyn mengalami kecelakaan fatal yang menyebakan nyawanya tak tertolong. Di saat itulah, Jemima mulai merasakan kebutuhannya akan Tuhan. Ia tak tahu harus mengadu pada siapa di saat kepergian Ashlyn ternyata juga ikut menyerap kebahagiaan dibrumahnya. Mama dan papanya teramat berduka, hingga terasa tak lagi memperhatikannya. Untuk itu, Jemima butuh Tuhan, tapi Tuhan yang mana?

Demi menenangkan hati, Jemima memutuskan untuk berlibur. Harapannya, selain dapat mengobati luka hati, ia juga dapat menemukan Tuhan lewat tanda-tanda kebesaran-Nya yang akan dihadirkan negeri cantik itu. Sayang, sampai beberapa lama di sana, ia tak kunjung bisa menemukan agama mana yang akan ia anut. Tapi, ia bertemu dengan 3 aktivis lingkungan yang ternyata menyenangkan. Stu, Remy, dan Kenneth adalah bagian dari SWC, organisasi lingkungan hidup yang memerangi pembantaian paus untuk keperluan materialistis. Menariknya, 3 sekawan ini ternyata memiliki keyakinan yang berbeda tentang agama. Remy adalah seorang mualaf yang taat beribadah, Stu seorang katolik, sementara Kenneth Lockhart memilih menjadi ateis.

Kenneth tidak percaya Tuhan sejak ia melihat pembantaian paus-paus tak berdosa. Baginya, segala hal patut dilindungi, begitu pun paus. Dan ketika Tuhan seolah tak melakukan apa pun untuk melindngi mereka, maka tak ada gunanya percaya pada keberadaan-Nya. Pertemuannya dengan Jemima yang juga memiliki problem soal keyakinan membuat mereka cepat akrab. Bersama Nick - tante Jemima yang masih muda, mereka menjelajahi setiap sudut keindahan Selandia Baru.

Tapi, jangankan sebelum Jemima menemukan Tuhannya, bahkan ketika jadwal liburannya masih ada, Jemima tiba-tiba diminta pulang ke Indonesia karena ada hal penting terkait kematian kakaknya yang ternyata perlu penelitian lebih lanjut. Dan lagi, nyawa Jemima sedang dalam bahaya.

****

Ini adalah buku terbaik Indah Hanaco yang telah saya baca. Buku-buku lainnya tergolong biasa saja, tapi buku ini merupakan buku perjalanan spiritual yang meninggalkan pesan dan syi'ar keislaman yang mendalam. Lewat buku ini, Indah Hanaco berhasil mengajak pembacanya untuk memahami agama, dalam hal ini Islam, lewat-lewat hal sederhana. Tidak menggunakan dalil, namun ngena dan masuk akal. Juga, menjelaskan salah satu ayat dalam Al-Qur'an. Saya nggak ingat bunyi ayatnya, tapi yang pasti hal itu berkaitan dengan keberadaan Tuhan.

Melalui tokoh Jemima, kita secara tersirat diingatkan bahwa ketika kekosongan melanda, perasaan sendirian mendera, maka sebenarnya kita sedang dituntun untuk mendekat pada Tuhan. Lewat cobaan, seperti Jemima, Tuhan sedang membisikkan betapa ia rindu kita meminta, bercerita dan curhat kepadanya.

Pencarian akan Tuhan oleh Jemima, yang rupanya membuahkan hasil hampir negatif adalah jawaban atas pertanyaan "mengapa kita tak perlu mencari Tuha jauh-jauh." Karena sesungguhnya Dia sudah ada dan menampakkan keagunganNya di sekeliling kita, hanya saja kita belum sadar atau terlalu abai. Buat saya pribadi, konflik terkait Ashlyn hanyalah sampingan, pelengkap, bukan merupakan konflik utama. Konflik inti dalam buku ini adalah kebimbangan akan agama yang dialami tokohnya.

Ada banyak sisi menarik dalam buku ini. Buat saya, buku ini dapat dijadikan referensi liburan, menampilkan satu kesalahan parenting yang mungkin belum banyak disadari, kisah persahabatan yang unik dan kehidupan penuh toleransi positif, juga kampanye lingkungan hidup yang bagus. Pertama, Selandia Baru merupakan negara yang cukup jarang dipilih sebagai tempat liburan. Sebagian besar pilihan jalan-jalan di Eropa selalu jatuh pada Perancis. Tapi, buku ini menampilkan hal-hal menarik dan tempat-tempat yang bisa dikunjungi kalau liburan ke Selandia Baru.

Kedua, kesalahan parenting yang saya maksud di atas terletak pada kedua orangtua Jemima yang membebaskan anak-anaknya dalam memilih agama, tapi tidak memberikan bimbingan minimal dari agama yang dianut keduanya. Sehingga, ketika dewasa, anak justru dilanda kebingungan dan risau harus ikut agama yang mana. Tidak ada bekal yang memadai. Ketiga, toleransi. Dapat kita temukan betapa keluarga Jemima yang memiliki keyakinan berbeda tetap bisa hidup berdampingan dengan damai. Pun, tiga sekawan aktivis yang menghargai agama masing-masing. Stu paham Remy hanya makan makanan halal menurut Islam, Remy juga tidak memaksa teman-temannya untuk ikut makan bersamanya jika memang tidak ingin. Keempat, kampanye lingkungan hidup. Paus, merupakan contoh yang diambil. Memang keberadaan makhluk laut ini sudah semakin berkurang, tapi bagi saya ini adalah perwakilan akan ajakan sang penulis untuk pembaca agar senantiasa menjaga lingkungan dan mempertahankan kelestarian ekosistem.

Sisi paling menariknya, buat saya pribadi terletak pada penjelasan-penjelasan sederhana temtang Islam yang berkaitan dan sudah dibuktika oleh sains. Memang hanya sebagian kecil, tapi itu sangat bermanfaat dalam menambah wawasan dan juga menurut saya dapat semakin memperkuat iman seorang muslim terhadap Islam. Terakhir, buku ini memberi pesan pada kita semua bahwa hidayah bisa datang dari mana saja dan setiap kejadian entah menyenagkan atau tidak selalu mengandung hikmah tersendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar