Catatan harian yang semakin renta dan tua

Jumat, 18 Agustus 2017

[Book Review] Mati, Bertahun yang Lalu By Seo Tjen Marching


Judul Buku: Mati, Bertahun yang Lalu
Penulis: Seo Tjen Marching
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama: Oktober 2010
Setting oleh: Fitri Yuniar
Vector Image dari: Shutterstock.com
ISBN: 978-979-22-6345-9
Rating: 2/5

"Aku sudah mati bertahun-tahun yang lalu. Namun tak seorang pun telah menguburku, karena mereka belum tahu. Padahal aku sudah mati tidak hanya sekali, tapi dua kali..."
Seorang karyawan klinik bedah plastik tiba-tiba mati di meja kerjanya. Namun energi jiwanya tak padam sehingga ia selalu kembali ke dunia kehidupan. Padahal, ia sendiri sudah lelah untuk terus hidup. Saat berusaha mencari mati yang sesungguhnya, ia dihadapkan pada kenyataan-kenyataan yang mengejutkan dan anehnya "menghidupkan". Apa yang terjadi pada dia sebenarnya?

****

Lewat sinopsis, buku ini menawarkan petualangan seru. Tapi, setelah baca, sayang sekali saya harus mengatakan bahwa nyaris tidak ada yang dapat saya ambil darinya. Memang, untuk gaya penulisan, bukunya keren. Terlihat sekali kecerdasan penulisnya dalam bidang filsafat dan bahasa sastra. Tapi, selain itu, buku ini terbaca hanya seperti tuangan monolog panjang dari seseorang yang amat pesimis dengan kehidupn. Lewat tulisan ini, pembaca seolah 'dipermainkan oleh kata-kata yang nyaris sama tapi memiliki makna berbeda'. Namun, lagi-lagi yang menjadi sama dengan dari setiap teori dan kisah hidup yang ada adalah kepesimisan.

Saya tidak menemui pengulasan tentang bagaimana pekerjaan karyawan klinik bedah plastik, kecuali penjelasan bahwa bos sang tokoh dapat memalsukan banyak hal.

Kemudian, sang tokoh aku disini tidak membahas hidupnya, melainkan hidup orang-orang yang pernah bersinggungan dengannya. Dengan kata lain, tokoh utama dalam buku ini seolah tidak mendapatkan perannya sebagai tokoh melainkan sebagai pencerita. Saya juga tidak menemukan adanya korelasi pembahasan tentang peristiwa Mei Kelabu saat Presiden Soeharto masih memimpin Indonesia dengan kisah yang ada dalam buku ini. Rasanya aneh, ketika membaca buku yang hanya menampilkan lebih banyak 'kebobrokan' yang diakhiri dengan kepesimisan. 

Konsep hidup dan mati memang dijelaskan tidak sesederhana kata hidup dan mati itu sendiri. Tapi, yah itu saja. Sorry to say.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar