Catatan harian yang semakin renta dan tua

Kamis, 01 Maret 2018

Menemukan Hal yang Menyenangkan dari Naik Bus

Sumber Gambar
Sejak saya masih kecil naik bus adalah salah satu 'barang mewah'. Di desa tempat saya lahir dan besar, ke sekolah nggak perlu naik bus, cukup jalan kaki. Saat SMP, saya sekolah di desa tetangga, nggak perlu naik bus juga. Disana ada kendaraan becak bermotor atau yang sering dikenal dengan nama Bentor. Lagipula, di desa saya belum ada rute busway kayak di kota besar. Namanya juga di desa. 

Lulus SMP dan sekolah SMK, nggak perlu naik bus juga. Memang saya dulu SMK-nya di kota yang cukup besar, tapi, sekolah berasrama. Sekolahnya cuma depan asrama. Lagi-lagi, cukup jalan kaki. Jadi, ketika udah mulai kuliah di luar kota yang memang mengharuskan untuk naik bus antar provinsi, rasanya excited banget. "Gue bakal naik bus, yeay!" Dan serunya lagi, waktu berangkat diantar sama Papa dulu, saya diberikan "kursi emas". Kursi di samping jendela! Makin senang lagi, akhirnya bisa ngerasain gimana naik bus dan berpura-pura jadi model video clip atau tokoh utama wanita dalam drama Korea. Pas naik pertama kali, dan duduk, kaca jendelanya langsung saya buka. Dan, udara yang masuk seketika saya hirup dalam-dalam sambil nggak lupa ngayal sebagai aktris Korea. Walaupun bus antar provinsi di kota saya sama sekali nggak ada mirip-miripnya sama bus-bus mewah di Korea.

Sumber Gambar

Hanya saja, menikmati embusan angin dari jendela bus itu nggak akan terlalu menyenangkan kalau perjalanan yang harus ditempuh mencapai jarak waktu 8 jam, dengan kondisi jalan yang berkelok-kelok tak jarang berlubang. Meski awalnya menyenangkan, kegiatan naik bus juga menjadi kegiatan yang melelahkan. Lama-lama, ngebayangin pulang mudik naik bus bukan excited lagi tapi malah mikir capeknya duduk kelamaan.

Hingga akhirnya, sekarang saya bekerja di salah satu perusahaan yang menyediakan bus sebagai fasilitas transportasi bagi karyawannya. Enaknya, nggak perlu bayar ongkos atau khawatir beli bensin walau kadang busnya PHP, kagak nongol dan bikin kita terpaksa nelan malu minta tebengan ke karyawan lain yang naik motor meski nggak saling kenal. Tapi, hari ini, 20 Februari 2018, saya menemukan lagi hal menyenangkan dari naik bus. Syaratnya, masuk shift II biar berangkatnya siang dan busnya nggak penuh.

Sambil ngelihat pemandangan pantai lewat kaca jendela - sayangnya kacanya nggak bisa dibuka, cuma di bagian depannya aja yang bisa dan bisa leluasa memerhatikan ekspresi orang-orang. Sebagai orang yang nggak suka main hp saat berkendara, yang saya lakukan sambil nunggu sampai kantor tuh cuma bengong, nengok kiri nengok kanan, nikmatin lagu-lagu kenangan tahun 80 90-an yang biasanya emang disetel sama sopir busnya, dan memperhatikan ekspresi para penumpang di dalamnya. Dan, ternyata itu menjadi aktivitas yang menyenangkan.

Ada yang lagi senyam-senyum sambil lihatin ponsel dan sesekali ngetik - udah bisa dipastikan dia lagi jatuh cinta. Ada yang mukanya lempeng lihatin pemandangan sepanjang perjalanan - ketahuan menikmati banget momen ia berangkat kerja dan mencari nafkah. Ada yang asyik main game, nggak peduli bus udah nyampe mana. Ada yang memasang ekspresi khawatir, saya menebak khawatir terlambat masuk kerja. Dan, ada yang seperti saya yang menikmati 'momen keberasamaan' itu sebagai hiburan dan penyegaran :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar