Catatan harian yang semakin renta dan tua

Jumat, 23 Desember 2016

Vika Nggak Mau Jadi Polisi

Hai.. haii.... cukup lama nggak posting dengan label ini. Setelah sekian lama gue kepikiran untuk kembali berbagi sejumput kecil cerita hidup gue, yang pastinya selalu lucu dan mengundang tawa. Menebar kesedihan itu nggak baik *duh jadi bijak.

Oke, nggak ada yang kangen tentunya tapi dari beberapa sumber yang cukup terpercaya, pengunjung blog ini juga ada yang suka dengan postingan random dan nggak jelas yang kadang-kadang nemplok di otak gue. Buat yang pernah baca blog ini pada masa bertumbuhnya ia sampai menjadi review-er buku seperti sekarang, pasti ingat dengan kisah adik kecil satu-satunya gue yang memiliki jarak tempuh usia hingga empat belas tahun dari gue. Cukup panjang juga perjalanannya supaya bisa menginjak bumi. Walau tak mendaki gunung dan lewati lembah seperti Ninja Hattori, adik gue itu cukup perkasa di usianya yang sudah memasuki anka tujuh tahun.

Seinget gue dulu sering posting tentang dia saat dedek masih unyu unyu dan tidak sebesar dan segendut ini...




Ini foto tahun lalu sih saat masih enam tahun, tapi percayalah dia kini sudah lebih besar. Gue jarang pulang sih jadi nggak punya update-an foto-foto terbaru si Vika.

Jadi ceritanya kemari si Vika baru aja terima rapot semester satu. Doi sudah kelas II SD pemirsaah... sudah besar dan pintar pula, tambah bawel dan menggemaskan. Udah bisa main smartphone, baca tulis bahkan ngetik SMS ke gue yang isinya cuma nanyain lagi apa dan kapan pulang. Sabar ya dek kakak akan pulang kalau sudah jadi orang kaya *kedengeran kayak janji picisan pemuda yang pamit merantau ke gadis desa nggak, sih? ✌✌✌✌❤

Ngomong-ngomong soal orang kaya, semalem sebelum jam 12 malam dan paketan bokap habis, Vika nelfon gue. Buat ngabarin kalau dia dapat peringkat III di kelas. Penurunan banget setelah sebelumnya dapat peringkat I lalu II. Sepertinya kata-katanya menjadi boomerang buat dirinya. Dulu waktu dapat peringkat II katanya wajar karena dia naik kelas II jadi peringkat II -_-
Dia nelfon bukan tanpa tujuan juga sih. Demi merayakan peringkat III-nya ini, dia minta dibeliin Pizza sama Burger. Begitulah orang gendut, apa-apa selalu makanan bahkan di momen sebenarnya dia bisa nguras kantong gue dengan brutal di saat seperti ini, Vika cuma kepikiran makanan dan hobi makannya. Buat Vika makan itu emang bukan sekedar kebutuhan tapi juga hobi yang sulit ditanggalkan.

Kebawelannya semalam dimulai dari dia nanya cita-cita gue apa. Sebagai kakak yang humoris dan suka membuat adik penasaran dengan dunia luar yang belum dikenalnya, gue menjawb dengan bijak:

"Kakak mu jadi orang kaya."

Dan beginilah tanggapannya "kalau kakak mau jadi orang kaya, seharusnya kakak ikut take me out." Buset dah! Gue jadi kepikiran ini adik gue korban variety show salah kaprah kali ya.

Pas gue tanya balik Vika cita-citanya mau jadi apa, katanya "mau jadi wasit sepak bola". God! Ini sih ketahuan korban Indonesia vs Vietnam kemarin haha. Bokap gue yang dengerin percakapan gue sama dia bilang kalau Vika cocoknya jadi polisi dan jawaban adik gue ini adalah "Vika nggak mau jadi polisi. Takut ketemu penjahat."

Badan adik gue ini emang besar dan menggemaskan, cubitable deh tapi ya itu apa-apa takut. Bebek takut, ayam takut bahkan penjahat 


2 komentar:

  1. sampe sekarang gue juga engga mau jadi polisi... takut diserang teroris ������

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha polisi emang harus berdiri di garda paling depan kalau udah soal teror meneror

      Hapus