Catatan harian yang semakin renta dan tua

Kamis, 29 Desember 2016

,
Judul: The Girl Who Can See Smells
Judul Awal: Sensory Couple
Genre: Fantasy, Romance, Comedy
Episode: 16
Stasiun TV: SBS
Tayang: 1 April 2015 s/d 4Juni 2015
Pemain:
Park Yoo-chun as Choi Moo Gak
Shin Se Kyung as Oh Cho Rim


Nam Goong Min as Kwon Jae Hee

Yoon Jin Seo as Yeon Mi

Drama ini bercerita pada waktu yang lalu tepatnya tiga yang tahun lalu, Choi Moo Gak kehilangan adiknya dalam sebuah peristiwa "Barcode Khusus Pembunuhan"... Sejak itu ia menjadi orang yang dingin dan sering pingsan... Sementara itu, Oh Cho Rim, secara ajaib selamat dalam insiden yang sama... Sejak itu dia memiliki amnesia, tetapi dia juga mendapa kemampuan untuk melihat bau...

****

Cha Eun Seol adalah seorang gadis periang dan sangat dekat dengan orangtuanya. Sebuah tragedi mengerikan tak pernah diduga harus menimpa keluarga kecil mereka dan menewaskan Ayah dan Ibunya. Pembunuhan Barcode!! Pembunuhan yang akan meninggalkan barcode yang terukir pada lengan korban-korbannya. Sebagai satu-satunya saksi yang masih hidup, Eun Seol pun diburu oleh sang pembunuh. Naas, sebuah kecelakaan terjadi. Gadis malang itu tertabrak mobil dan harus menderita amnesia. Kecelakaan yang dapat dikatakan sedikit banyak menyelamatkannya dari kejaran pembunuh, akan tetapi setelah terbangun dari komanya gadis itu mendapati hal aneh di mata kirinya. Warnanya berubah dan seketika ia jadi bisa melihat berbagai macam jenis bau.

Choi Moo Gak bekerja sebagai penjaga akuarium di Pulau Jeju. Hidupnya amat bahagia bersama satu-satunya adik yang ia cintai, Cha Eun Seol. Sebuah kecelakaan bis membuat adik kecilnya harus dirawat di rumah sakit. Untungnya, gadis itu tidak mengalami luka serius, namun Moo Gak tak pernah menyangka bahwa ia akan menemuka Eun Seol tewas di UGD.

Selama tiga tahun Moo Gak berduka, berusaha menjadi polisi dan detektif agar bisa mencari dan menangkap pembunuh sang adik secara langsung. Sementara itu, Cha Eun Seol yang kehilangan memorinya kembali berusaha hidup dengan nama Oh Cho Rim. Sebuah kejadian tak terduga membuatnya dan Moo Gak bertemu dan menjalani investigasi bersama. Moo Gak dibantu untuk menangkap penjahat agar bisa segera menjadi detektif dan Cho Rim yang bercita-cita menjadi pelawak harus didampingi Moo Gak dalam setiap aksi panggungnya. 

Secara perlahan, hubungan keduanya berkembang menjadi sesuatu yang berbeda, istimewa, namun dalam perjalanannya mengiring mereka pada pembunuh berantai yang sebenarnya.

****

Kalau baru mulai menonton dramanya, konsep mata yang bisa melihat bau terbilang aneh dan unik, namun ketika kita benar-benar memahami plot yang ada, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa drama ini mengusung cerita yang cerdas. Fakta bahwa drama ini juga diadopsi dari salah satu Manhwa juga secara telak semakin mengangkat citra dunia perkomikan Korea Selatan. Bergenre comedy thriller, dramanya sangat asyik untuk diikuti. Di balik kengerian yang terjadi dalam peristiwa pembunuhan yang benr-benar digambarkan dilakukan oleh psikopat berdarah dingin, unsur komedi seolah penyegaran di tengah rumit dan peliknya kasus-kasus yang terjadi.

Saya sangat mengapresiasi akting Shin Se Kyung, berperan sebagai Oh Cho Rim yang ceria, sang aktris benar-benar menyatu dengan perannya. Begitu pula dengan akting Park Yoo-chun, berdiri sebagai deretan aktor drama papan atas, Yoo-chun menampilkan image bahwa memang dialah orang yang paling cocok untuk berperan sebagai Choi Moo Gak. Akan tetapi, dari semua tokoh yang ada satu poin yang kurang, saya kok merasa kalau make up Kwon Jae Hee ketebalan, ya? :D

Plot twist yang dibangun juga sangat menarik. Tidak tertebak bahwa akan dengan cepat penyelidikan pihak kepolisian mengarahkan kecurigaan mereka terhadap siapa pelaku pembunuhan yang sebenarnya, membuat saya gregetan dengan perasaan yang berbeda. Bukan karena teka-tekinya yang rumit tapi tentang bagaimana memecahkan misteri di balik fakta yang sudah tampak namun tak terjamah. Kekurangan pada alurnya adalah tidak dijelaskan bagaimana sang psikopat membangun alibi yang begitu sempurna saat pembunuhan orangtua Cho Rim? Poin tersebut menurut saya adalah kunci penjelasan masuk akal atas setiap kesuksesannya membunuh tanpa ketahuan. Juga, walau memang sudah disadari bahwa pembunuh adalah seseorang yang memiliki gangguan psikis, tidak ada penjelasan akan pemicunya. Walau pada dasarnya memang ada orang yang akan memperoleh kesenangan dalam membunuh, dalam kasus ini si pembunuh berperan sebagai pengoleksi kehidupan para korbannya untuk kemudian dinikmatinya sebagai hidupnya. Dari sini, saya berpikir bahwa seharusnya ada penjelasan masuk akal atas sifat, sikap dan kondisi psikologis yang membentuk dirinya.

Minggu, 25 Desember 2016

,
Sumber Gambar
Judul: Nigeru wa Haji da ga Yaku ni Tatsu/We Married as Job
Director: Fuminori Kaneko
Writer: Tsunami Umino (manga), Akiko Nogi
Network: TBS
Rilis: 11 Oktober 2016
Cast:

Yui Aragaki as Moriyama Mikuri

Gen Hoshino as Tsuzaki Hiramasi

Ryohei Otani as Kazami

Yuriko Ishida as Yuri-chan

Mikuri adalah lulusan sarjana psikologi yang menyadari bahwa jurusan yang dipilihnya tidak laku di perusahaan-perusahaan. Di usianya yang menginjak 25 tahun, Mikuri hanya bekerja sebagai pekerja kontrak yang posisinya tidak jelas. Namun demikian Mikuri tetap bersemangat dalam bekerja daripada harus menganggur dan kembali menjadi 'pecari kerja'. Suatu saat hal yang paling ditakuti oleh Mikuri pun terjadi. Dia dipecat oleh perusahaan dengan alasan pengurangan karyawan kontrak. Mikuri pun resmi menjadi pengangguran.

****

Seperti yang sudah disebutkan di sinopsis, Moriyama Mikuri adalah lulusan magister psikologi yang sulit sekali mendapatkan pekerjaan. Kepandaiannya nggak cukup untuk memberikan rasa tertarik bagi pihak perusahaan merekrutnya sebagai salah satu pegawai/karyawan. Orangtua Mikuri adalah Ayah dan Ibu yang teramat pengertian, tidak mempermasalahkan status pengangguran Mikuri, hanya saja ketika ada salah satu kenalan sang Ayah yang mengatakan bahwa ia butuh tenaga pekerja, tanpa pikir panjang sang Ayah langsung menawarkan putrinya. Pengangguran yang sudah lama mencari kerja sih pasti senang namun yang jadi masalah adalah pekerjaan ini bukan pekerjaan biasa. Pekerjaan spesial yang dalam kehidupan sehari-hari, para pekerjanya tidak digaji. Mikuri tentu digaji tapi seorang magister psikologi bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan tukang bersih-bersih, apa nggak berlebihan dalam memperlakukan gelarnya?

Tsuzaki Harimasi adalah salah satu Insinyur di perusahaa swasta. Tinggal di apartemen sendiri, jauh dari orangtua dan kesibukannya di kantor yang sangat menyita waktu membuat ia membutuhkan tukang bersih-bersih di apartemennya. Hanya saja, selama ini belum ada yang cocok atau sesuai dengan standar kepuasannya. Mikuri, yang ditawarkan Ayahnya sebagai tukang bersih-bersih pun datang dan tak disangka Tsuzaki suka dengan cara kerja Mikuri. 

Tidak ada masalah yang terjadi dalam masa kerja Mikuri, gaji dan tugasnya dijelaskan serinci mungkin oleh Tsuzaki sehingga ia tak harus kebingungan apalagi melakukan kesalahan. Yang jadi masalah adalah saat ornagtua Mikuri memikirkan untuk pindah ke daerah pedesaan yang tenang di Tateyama, menikmati masa tua. Mikuri mau tak mau harus ikut pindah, tapi konsekuensinya ia akan kehilangan pekerjaan. Lalu ide brilian itu datang. Mikuri akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga tetap dan inap di apartemen Tsuzaki, agar tidak mengundang kasak-kusuk tentang wanita yang tinggal di rumah pria lajang, Mikuri pun menawarkan dirinya untuk menikah dengan Tsuzaki. Menikah kontrak dengan ketentuan Mikuri akan digaji selama menjalankan tugasnya sebagai istri.

****

Kembali saya mencoba menikmati dorama Jepang setelah berhenti di Itazura Na Kiss dan mendapati bahwa memang drama bergenre komedi romantis adalah salah satu hal yang saya sukai dari produk Jepang. Tentu saja untuk filmnya saya akan memilih komedi romantis Thailand yang sangat terkenal itu. Setelah menonton drama ini kesimpulan yang saya dapatkan adalah dramanya menggemaskan. Dengan sosok Mikuri yang begitu kawaii dan Hiramasi yang kaku dan kikuk dramanya mengalir lucu dan mengudang tawa. Di saat-saat tertentu kadang saya sebal juga sebenarnya karena sikap Hiramasi yang entah polos, bodoh atau memang tidak punya cita rasa kepekaan. 

Namun demikian drama ini sangat cocok untuk mengisi hari libur agar tidak terasa membosankan. Apalagi dengan kodisi kos-kosan yang sudah sepi karena teman-teman pada pulang. Dramanya berjalan agak lambat, kemajuan hubunga keduanya yang dibatasi kontrak kerja sumi-istri dan sifat Hiramasi mungkin jadi faktornya juga tapi saya suka dengan penyelesaiannya. Terkesan buru-buru tapi sebenarnya tidak, kekauan Hiramasi-lah yang membuatnya terasa demikian karena perasaannya yang samar dan disamarkan oleh self-esteem tokoh yang nyaris menyentuh titik akut. Jumlah episode yang nggak banyak juga bisa membuat kita menyelesaikan drama ini dalam waktu tiga hari kalau nggak ada kerjaan lain. Suka deh pokoknya.

Walaupun Himarasi adalah sosok pria yang kurang tampan, ketulusan dan kacamatanya sukses membuat saya jatuh hati padanya ☺


Jumat, 23 Desember 2016

,
Hai.. haii.... cukup lama nggak posting dengan label ini. Setelah sekian lama gue kepikiran untuk kembali berbagi sejumput kecil cerita hidup gue, yang pastinya selalu lucu dan mengundang tawa. Menebar kesedihan itu nggak baik *duh jadi bijak.

Oke, nggak ada yang kangen tentunya tapi dari beberapa sumber yang cukup terpercaya, pengunjung blog ini juga ada yang suka dengan postingan random dan nggak jelas yang kadang-kadang nemplok di otak gue. Buat yang pernah baca blog ini pada masa bertumbuhnya ia sampai menjadi review-er buku seperti sekarang, pasti ingat dengan kisah adik kecil satu-satunya gue yang memiliki jarak tempuh usia hingga empat belas tahun dari gue. Cukup panjang juga perjalanannya supaya bisa menginjak bumi. Walau tak mendaki gunung dan lewati lembah seperti Ninja Hattori, adik gue itu cukup perkasa di usianya yang sudah memasuki anka tujuh tahun.

Seinget gue dulu sering posting tentang dia saat dedek masih unyu unyu dan tidak sebesar dan segendut ini...




Ini foto tahun lalu sih saat masih enam tahun, tapi percayalah dia kini sudah lebih besar. Gue jarang pulang sih jadi nggak punya update-an foto-foto terbaru si Vika.

Jadi ceritanya kemari si Vika baru aja terima rapot semester satu. Doi sudah kelas II SD pemirsaah... sudah besar dan pintar pula, tambah bawel dan menggemaskan. Udah bisa main smartphone, baca tulis bahkan ngetik SMS ke gue yang isinya cuma nanyain lagi apa dan kapan pulang. Sabar ya dek kakak akan pulang kalau sudah jadi orang kaya *kedengeran kayak janji picisan pemuda yang pamit merantau ke gadis desa nggak, sih? ✌✌✌✌❤

Ngomong-ngomong soal orang kaya, semalem sebelum jam 12 malam dan paketan bokap habis, Vika nelfon gue. Buat ngabarin kalau dia dapat peringkat III di kelas. Penurunan banget setelah sebelumnya dapat peringkat I lalu II. Sepertinya kata-katanya menjadi boomerang buat dirinya. Dulu waktu dapat peringkat II katanya wajar karena dia naik kelas II jadi peringkat II -_-
Dia nelfon bukan tanpa tujuan juga sih. Demi merayakan peringkat III-nya ini, dia minta dibeliin Pizza sama Burger. Begitulah orang gendut, apa-apa selalu makanan bahkan di momen sebenarnya dia bisa nguras kantong gue dengan brutal di saat seperti ini, Vika cuma kepikiran makanan dan hobi makannya. Buat Vika makan itu emang bukan sekedar kebutuhan tapi juga hobi yang sulit ditanggalkan.

Kebawelannya semalam dimulai dari dia nanya cita-cita gue apa. Sebagai kakak yang humoris dan suka membuat adik penasaran dengan dunia luar yang belum dikenalnya, gue menjawb dengan bijak:

"Kakak mu jadi orang kaya."

Dan beginilah tanggapannya "kalau kakak mau jadi orang kaya, seharusnya kakak ikut take me out." Buset dah! Gue jadi kepikiran ini adik gue korban variety show salah kaprah kali ya.

Pas gue tanya balik Vika cita-citanya mau jadi apa, katanya "mau jadi wasit sepak bola". God! Ini sih ketahuan korban Indonesia vs Vietnam kemarin haha. Bokap gue yang dengerin percakapan gue sama dia bilang kalau Vika cocoknya jadi polisi dan jawaban adik gue ini adalah "Vika nggak mau jadi polisi. Takut ketemu penjahat."

Badan adik gue ini emang besar dan menggemaskan, cubitable deh tapi ya itu apa-apa takut. Bebek takut, ayam takut bahkan penjahat 


Selasa, 13 Desember 2016

,
Judul Buku: Inferno
Penulis: Dan Brown
Penerbit: Doubleday, New York
Hak Terjemahan Indonesia: PT. Bentang Pustaka
Cetakan Pertama: September 2013
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpeono dan Berliani Mantili Nugrahani
Penyunting: Tim Redaksi
Book Design: Maria Carella
Pemeriksa Aksara: Eti Rohaeti dan Oclivia Dwiyanti P.
Penata Aksara: Cahyono
Digitalisasi: Tim Konversi Mizan Publishing House
Kategori: Fiksi Inggris (Bahasa Indonesia)
ISBN: 978-602-7888-55-5
Rating: 5/5

Tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis moral
Tengah malam, Robert Langdon terbangun di rumah sakit dan syok saat mendapati dirinya ada di Florence, Italia. Padahal, ingatan terakhirnya adalah berjalan pulang setelah memberi kuliah di Harvard. Belum sempat Langdon memahami keganjilan ini, dunianya meledak dalam kekacauan. Di depan mata, dokter yang merawatnya ditembak mati. Langdon berhasil lolos atas bantuan Sienna Brooks, seorang dokter muda yang penuh rahasia.

Dalam pelarian, Langdon menyadari bahwa dia memiliki sebuah stempel kuno berisi kode-kode rahasia ciptaan ilmuwan fanatik yang terobsesi pada kehancuran dunia berdasarkan mahakarya terhebat yang pernah ditulis - Inferno karya Dante. Ciptaan genetis ilmuwan tersebut mengancam kelangsungan umat manusia, Langdon harus berpacu dengan waktu memecahkan teka-teki yang berkelindan dalam puisi-puisi gelap Dante Alighieri. Belum lagi, dia harus menghindari sepasukan tentara berseragam hitam yang bertekad menangkapnya.

Sang master, Dan Brown, sekali lagi menunjukkan kejeniusannya mengolah sejarah, seni, kode, dan simbol dalam sebuah kisah yang tak terlupakan. Setelah Da Vinci Code, Angels & Demons, dan The Lost Symbol, Inferno kembali menegaskan kejayaan Dan Brown sebagai perajut kisah luar biasa.  

****

Buku berjudul Neraka ini sudah menularkan rasa ngeri bahkan sebelum saya membacanya. Berhubungan dengan neraka bukan hal main-main. Seperti petualangan yang dialami Robert Langdon dalam buku ini. Terbangun dalam kondisi hilang ingatan membuat sang tokoh harus berusaha keras mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya, sehingga diburu layaknya teroris. Saya juga demikian, kesulitan dalam memahami cerita karena tokoh utamanya juga tidak tahu apa-apa. Berbeda dengan hilang ingatan yang sering kita temui di sinetron, Robert Langdon tidak paham apa yang terjadi padanya, begitu pun orang-orang di sekitarnya. Kisah Robert selalu beriring teka-teki, namun dalam Inferno ini pemecahan ini harus dilakukan bahkan sejak di awal cerita nyaris tanpa refernsi apa-apa.

Namun, bukan berarti dalam perjalanannya buku ini tidak menguak misteri yang sesungguhnya. Berjalan agak lambat karena faktor amnesia Langdon namun dengan cara yang elegan dan mempesona. Pada pertengahan cerita saya memang agak sebal karena buku ini terasa seperti gerbang yang kunci gemboknya sudah dibuang, tetapi pada akhirnya saya harus berdecak kagum pada kecemerlangan Dan Brown dalam menuliskan kisah fiksi yang cerdas dan sarat akan pesan.

Plot twist yang dibangun berhasil membuat saya menjerit saking tidak percayanya. Berbagai dugaan yang akhirnya meleset, entah itu dugaan saya atau pun dugaan para tokoh yang memerankan karakter di dalamnya membuat saya kagum setengah mati pada kepiawayan Dan Brown. Tidak terbantahkan bahwa Dan Brown tidak menulis buku-bukunya secara asal-asalan namun menurut saya buku ini adalah yang terbaik dari semua seri Robert Langdon yang sudah saya baca.

Jika sebelumnya selalu berkaitan dengan simbol dan didominasi oleh kepentingan individu, buku ini berbeda. Simbol yang menjadi keahlian Langdon tetap ada meski tidak terlalu banyak namun yang lebih dominan adalah sisi edukasinya. Isu over populasi yang diangkat dalam buku ini adalah bagian paling menariknya. Sejak dulu, saya selalu bertanya-tanya tentang fungsi berbagai macam alat kontrasepsi dan juga kondom yang ternyata mengalami miskonsepsi dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat bahkan dalam pandangan beberapa pemuka agama yang saya kenal.

Secara umum, kondom diartikan sebagai suatu bentuk perusakan moral generasi penerus, salah satu agenda penghalalan free sex. Namun buku ini menghadirkan pemahaman baru, over populasi manusia yang secara cepat menggerogoti bumi dan sumber dayanya membuat WHO (World Health Organization) memikirkan suatu cara untuk menanggulanginya yakni dengan cara menekan pertumbuhan dan angka kelahiran. Beberapa orang mungkin tidak akan setuju dan bahkan asumsi pencitraan bisa saja timbul, tapi kalau bagi saya pribadi misi WHO ini dapat dikondisikan. Menekan angka kelahiran pada daerah dengan kepadatan tertentu dan meningkatkannya pada belahan bumi dengan jumlah penduduk nyaris menyentuh minus. Just express my opinion hehe....

Bukunya sangat saya rekomendasikan bagi pencinta fiksi berbalut edukasi. Percaya deh bukunya keren, dilengkapi dengan data yang akurat serta eksplorasi peninggalan sejarah pada negara yang disebut sebagai perbatasan antara Eropa dan Asia, bukunya akan benar-benar memberikan pengalaman membaca yang tidak biasa.

Sabtu, 10 Desember 2016

,
Judul: Akagami no Shirayuki Hime
Judul Lain: Snow White with The Red Hair
Sutradara: Masahiro Ando
Penulis: Deko Akao
Penggubah: Michiru Oshima
Produser: Bones, FUNimation Entertainment
Genre: Drama, Fantasy,Historical, Romance, Shoujou
Durasi: 23 menit per Episode
Episode: 12
Rating: 7.88

Shirayuki terlahir dengan keunikan yang tidak dimiliki orang lain. Rambutnya yang indah dan cantik berwarna merah, sewarna apel. Hal yang membuatnya kerap menjadi perhatian, hal ini ternyata juga berlaku pada Raj, pangeran dari Tanbarun, negeri tempat Shirayuki tinggal. Ia mengiginkan Shirayuki sebagai selirnya, tentu saja bukan karena cinta melainkan terpikat pada rambutnya. Shirayuki yang tahu sepak terjang Pangeran Raj pun menolak. Ia meninggalkan Tanbarun bersama potongan rambut panjangnya untuk Sang Pangeran. Penghinaan ini membuat Raj berang lalu berusaha menemukan Shirayuki kembali. Dengan tipu muslihat, ia berniat meracuni Shirayuki dengan apel yang sialnya salah sasaran. Apel itu justru dimakan oleh Zen, pangeran kedua dari Clarines, negeri seberang.

Malu dengan tindakannya dan takut pada ancaman Zen, Raj akhirnya merelakan Shirayuki ikut rombongan pangeran itu pindah ke Clarines. Kedatangan Shirayuki tentu disambut baik dan fakta bahwa Clarines adalah negeri yang penuh dengan obat-obatan herbal membuat Shirayuki gembira. Ia bisa mewujudkan mimpinya menjadi apoteker disana. Dengan kecerdasan dan kemampuan yang dimilikinya, akhirnya Shirayuki mampu menjadi anggota herbalis kastil dan tetap menjalin pertemanan yang erat dengan Zen. Hanya saja, kehidupan kastil dan istana yang besar dan megah memang selalu memilih keramahannya apalagi terhadap orang biasa. Dikenal sebagai pelarian dari Tanbarun, pangeran Izana ternyata tidak menyukai Shirayuki.

****

Anime ini menurut saya pribadi terinspirasi dari salah satu dongeng terkenal dan sudah akrab di telinga banyak orang. Keberadaan Shiryuki dengan rambut merahnya dan apel yang diracuni sudah sedikit banyak mewakili cerita Snow White. Namun memang, berbeda dengan si Putri Salju yang terkna racun apel sang penyihir, justru Zenlah yang menjadi korban.

Mengambil setting kerajaan, Akagami no Shirayuki Hime tidak begitu banyak dipenuhi adegan action. Hanya sebagian kecil saja, sebagian besar justru dipenuhi oleh kisah bagaimana Shirayuki memperjuangkan mimpinya sebagai apoteker. Namun, dalam perjalanannya, anime ini juga menghadirkan tokoh utama baru, Zen. Pangeran kedua yang tampak tak begitu disegani ini juga secara perlahan menjadi karakter utama yang membuat anime ini berjalan tidak begitu membosankan. Saya pribadi kurang begitu menikmati ceritanya karena terasa lamban, per episode memang selalu menghadirkan cerita dan pengalaman baru yang melibatkan Shirayuki dan Zen namun saya mendapatinya kurang seru dan greget.

Secara perlahan pula, anime ini berkembang menjadi anime roman yang manis. Meski tak secara gamblang, tingkah laku para tokoh sudah dapat menggambarkan kisah cinta yang porsinya tidak terlalu banyak. Menjelang epsiode terkahir syukurlah saya bisa cukup menikmati karena konflik yang muncul sudah lebih kentara walau memang mengarah pada konflik romansa. Saya rasa saya sudah bisa menebak apa yang akan disuguhkan season kedua dari anime ini dan berekspektasi bahwa yang kedua bisa lebih seru daripada yang pertama ini.

Untuk art, bagus banget. Saya suka sekali dengan penampakan karakternya, terkadang ada fan service juga, khusus buat fangirl tentu saja namun buat saya pribadi karakter memikat dalam anime ini bukan Zen melainkan Obi, pengawal pribadi yang ditugaskan untuk melindugi Shirayuki. Karismanya lebih bisa terpancar. Kemudian unsur komedi yang ada sedikit banyak menyelamatkan rasa jenuh saya yang bisa saja tiba-tiba datang. Anime ini bergenre drama namun tidak terlalu terasa, walau begiti terima kasih untuk episode penutupnya yang membuat saya pasti akan menonton Akagami no Shirayuko Hime 2.

Soundtrack-nya saya tidak begitu memperhatikan namun buat saya lagu-lagunya lumayan enak dan asyik untuk didengar di kala santai.

Senin, 05 Desember 2016

,
Judul Buku: Solely You
Penulis: Guntur Alam
Penerbit: PT. Elexmedia Komputindo
Editor: Ratna Kusumastuti
Versi: Ebook
Kategori: Novel Remaja
ISBN: 978-602-02-0785-8
Rating: 4/5

Apa kamu pernah merasa begitu bersalah?
Perasaan bersalah yang mengejar hingga kamu merasa tak akan pernah bisa memaafkan dirimu sendiri.
Tapi cinta tidak begitu, kata orang-orang terdekatmu, juga kata sahabat terbaikmu.
Sayangnya, semua sudah terlambat bagiku...

Sebuah kecelakaan membuat seorang pemuda dan gadis tersohor yang sedang naik daun koma selama berbulan-bulan. Mereka tidak saling mengenal, namun entah apa yang direncanakan semesta, saat sang pemuda siuman tubuhnya ternyata tertukar dengan tubuh sang gadis. Keduanya pun tak bisa menuntaskan misi, demi mengungkapkan rasa sayang mereka pada orang yang terkasih...

Dan adakah yang tahu cara meredam rindu?
Hingga rindu itu bisa tersimpan demikian rapi, tidak mengejarmu, tidak pula mengaduk-aduk isi hatimu?
Andai ada yang tahu caranya, aku ingin sekali orang itu mengajariku....


****
Cinta selalu memberi ruang maaf yang luas bagi segala kesalahan

Tio kecewa sekali dengan Via dan Dika. Ia marah, tak menyangka gadis yang dicintainya menduakannya dengan sahabatnya sendiri. Tapi, kata Rafael - sahabat dekat Tio juga, semua itu hanya salah paham. Dika dan Via sebenarnya sedang mempersiapkan ulang tahun Tio, jadi janjian jalan berdua. Sengaja supaya Tio nggak tahu, sedangkan Rafael, ia jalan bareng sahabat mereka lainnya. Menyadari kesilapannya, Tio pun berusaha mengejar Via yang hendak bertolak ke Palembang untuk libur semester sekaligus menenangkan diri. Naas, kecepatan motor Tio yang sudah melampaui batas membuatnya tak bisa menghindari kecelakaan itu terjadi. Ia menabrak motor pink dan seorang cewek yang mengendarainya kemudian menghantam sebuah truk.

Tio nggak menyangka ia masih bisa sadar dan melihat dunia sekaligus terkejut ketika yang menyambutnya bukan orangtua, sahabat-sahabatnya dan Via. Justru wanita tak dikenal yang mengaku sebagai mama dan papanya, serta suster yang memanggilnya dengan panggilan Mbak!

Dari sekian banyak hal impossible di dunia, Tio nggak menyangka bahwa jiwanya akan bertukar dengan jiwa gadis yang ditabraknya. Fanny Marissa, seorang aktris sinetron terkenal. Tio bangun sebagai seorang perempuan!

****

Waktu lihat sinopsis dan penulisnya, langsung aja saya pinjam di Ipusnas. Sinopsisnya memang mengundang rasa penasaran saya tentu aja dengan bagaimana cara Tio kembali pada tubuh dan kehidupan aslinya. Selain itu, meski baru sekali membaca karya Guntur Alam, saya suka dengan cerpen horror yang ditulisnya bersama beberapa penulis lainnya dalam sebuah antologi. Cerita ini mengusung tema cerita remaja yang cocok dibaca saat santai. Kita nggak perlu banyak memikirkan ketidakwajaran ide yang diangkat. Jiwa yang bertukar? Dari sisi manapun ini adalah ide yang 'tidak waras'. Namun buat saya pribadi, cerita dengan tema seperti ini adalah yang paling saya sukai, karena selain mengajak kita menelusuri cerita di luar nalar, pasti banyak sekali pesan moral yang akan kita dapatkan.

Dalam buku ini, pesan itu tersampaikan lewat tokoh-tokoh dan kehidupannya, Tio terutama serta bagaimana penyelesaian konflik dalam buku ini. Dengan konflik yang cukup rumit, buku ini diselesaikan dengan cara yang sederhana, sesederhana cinta :)).

Walau demikian, saya terlanjut dibuat penasaran dengan kehidupan seorang Fanny Marissa setelahnya. Meski nggak banyak mengambil peran, tubuh Fanny adalah tokoh yang hidup dalam buku ini, jadi merasa agak kurang puas dengan tidak adanya sedikit saja cerita tentang Fanny setelah ia sadar dari komanya.

Ada beberapa quote favorit saya dalam buku ini di antaranya:
1. Tiap orang punya batas kesabaran. Tiap orang punya batas kemampaun untuk terus mengalah, untuk terus bersikap dewasa - hlmn 2
2. Hal yang paling menyakitkan, adalah ketika kita kehilangan kepercayaan dari orang yang kita sayangi. Bahkan orang yang kita sayangi itu, justru termakan fitnah yang ada - hlmn 3
3. Cinta sejati akan menerima lo apa adanya, akan menerima kesalahan yang pernah lo lakuin. Dia akan terbuka dan selalu memberi kesempatan supaya lo memperbaiki diri - Rafael, hlmn 10
4. Dan kenangan selalu saja memberi ruang yang sangat lebar untuk sebuah kerinduan - hlmn 27
5. Seperti halnya manusia yang terlahir ke muka bumi ini. Ada batas waktu dan pada akhirnya semua akan menemukan titik batas itu. Apakah cinta juga seperti itu? Apa cinta memiliki limit? Seberapa jauhkah jarak yang harus terbentang sebelum menemukan titik batasnya itu? - hlmn 83-84
5. Ada kalanya kita nggak bisa masuk dalam urusan pribadi seseorang, Io. Walaupun orang itu saudara kita sendiri. Mereka tetap butuh ruang privasi, kita hanya boleh berkunjung, ketika si empu ruang membukakan pintu pada kita - Rafael, hlmn 100
6. Cinta itu seperti eskrim, akan selalu manis mau beku ataupun cair - hlm 211

Minggu, 04 Desember 2016

,
Judul Buku: Jodoh Untuk Naina
Penulis: Nima Mumtaz
Penerbit. PT. Elex Media Komputindo
Terbit: 2015
Kategori: Novel
Versi: Ebook
ISBN: 978-60202-6384-9
Rating: 5/5

Jodoh untuk Naina, Abah yang pilih. Naina ikhlas. 
Tapi, kenapa Abah pilih dia?
Dia yang punya masa lalu kelam.
Dia yang pernah diarak keliling kampung karena berzina.
Dia yang tidak sempurna.
Mengaba Abah begitu yakin dia mampu menjadi imam Naina?
Bagaimana Naina harus menjalani kehidupan rumah tangga bersama pria yang tidak dia sukai, bahkan sebelum akad nikah?
Apaka dia adalah jodoh untuk Naina?

****

Tak ada waktu yang terlalu cepat atau terlalu lambat untuk masalah jodoh. Dia akan datang kapan pun dia mau - Abah
Naina dijodohkan! Ide yang sudah lumrah namun tetap saja sedikit mengejutkan Naina. Pasalnya, ia masih merasa dirinya terlalu muda untuk rumah tangga dan pernikahan, Naina baru berusia 22 tahun. Umur yang tak lagi bisa dibilang remaja tapi tak juga menambah tuntutan untuk segera menikah. Sayangnya, Abah berpendapat lain. Saat ada anak temannya yang meminta dijodohkan, tanpa pikir panjang Abah langsung menyetujuinya, tentu saja dengan meminta pertimbangan Naina terlebih dulu. Meski tak memaksa, Naina tak bisa berbohong bahwa ada gurat harapan yang terpancar dari wajah Abah.

Meski sedikit terpaksa, dengan niat berbakti pada orangtua satu-satunya yang ia miliki, Naina pun menyetujui permintaan Abah. Ia rela dijodohkan, asal bisa melihat Abah bahagia. Tak perlu menunggu waktu, acara lamaran pun segera dilangsungkan. Naina akan bertemu dengan calon imamnya untuk pertama kalinya. Naina memang belum bertemu sekali pun dengan laki-laki itu, karena baginya tak ada bedanya. Bertemu lebih dulu atau pun tidak, mereka akan tetap menikah. Namun, kepasrahan Naina diuji saat acara lamaran dilangsugkan. Untuk pertama kalinya Naina melihat sosok yang hendak dijodohkan dengannya, laki-laki tampan dan dewasa namun sayang ia adalah seorang Rizal Ayyashi, seorang pria yang sepuluh tahun lalu telah menggores luka dan malu pada wajah keluarganya. Rizal diarak keliling kampung atas tuduhan berzina dengan perempuan bersuami!

Peristiwa memalukan itu akhirnya memaksa keluarga Rizal untuk pindah dari kampung. Kini, sepuluh tahun berlalu, mereka kembali dan hendak mempersunting Naina. Bukan, bukan hendak lagi tapi Naina memang telah dilamar untuk menjadi istri Rizal. Dan pernikahan mereka akan dilangsungkan sebulan setelah acara lamaran. Sejumput keraguan menghinggapi hati Naina. Rizal adalah laki-laki yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Satu-satunya hal yang membekas dalam kepalanya tentang laki-laki itu adalah peristiwa sepuluh tahun lalu. Lantas bagaimana bisa Naina berbakti sebagai seorang istri pada laki-laki yang keraguan bahkan sudah terpancang untuknya sebelum pernikahan mereka dilangsungkan?

ULASAN

Bukunya manis dengan romansa yang kental dengan nuansa yang sangat islami. Mulai dari acara perjodohan, lamaran dan perkenalan antara Naina dan Rizal sama sekali tidak mengandung unsur pacaran di dalamnya. Dengan konflik yang sederhana, novel ini berhasil menghadirkan kisah cinta yang berbeda. Dua orang asing yang bahkan bertegur sapa pun tidak disatukan dalam ikatan pernikahan tentu akan menghasilkan rumah tangga yang awkward. Walaupun konsep dalam Islam memang seperti itu dan pelakunya pasti sadar akan hak dan kewajiban masing-masing, untuk kasus Naina, masa lalu Rizal menjadi pemicu konflik utama dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya sebagai istri.

Saya suka dengan gaya bercerita menggunakan sudut pandang orang pertama. Naina sebagai pencerita membuat pembaca benar-benar bisa ikut dalam masalah yang ia hadapi dan seolah merasakan juga kegalauan yang ia rasakan. Keragu-raguannya terhadap suaminya juga perasaan belum ikhlasnya menjadi istri Rizal perlahan namun pasti memberikan pelajaran terutama tentang cara bersikap sebagai istri yang baik dan disayangi.

Saya baca cerita ini saat masih dalam bentuk project di Wattpad dan baru bisa menyelesaikannya sekarang lewat ebook-nya. Saya suka konfliknya yang lebih pada perang batin dibanding adu fisik, cara Naina berututur dan bercerita juga semakin memperkuat karakternya dan juga konflik dalam buku ini. Senang juga ada POV khusus untuk Rizal meski tidak banyak, setidaknya kita bisa memandang cerita ini tidak hanya dari satu sisi saja. Rizal dan Naina sama-sama asing saat bertemu dan saya rasa ide untuk menghadirkan isi kepala Rizal tentang istrinya adalah ide yang sangat bagus. Rizal memegang peranan penting dalam membentuk cerita dalam buku ini. 

Pesan moral yang dapat kita petik dalam buku ini adalah tentang bagaimana membangun sebuah hubungan atas dasar keyakinan dan Islam, bakti pada orang tua juga makna ikhlas pada apa yang sudah digariskan Tuhan. Selain itu, buku ini juga secara tersirat mengajak kita untuk tidak memandang seseorang dan menarik batas penilaian pada dirinya berdasar pada masa lalunya saja, karena yang terpenting adalah masa yang dijalani saat ini dan perubahan yang sudah ia coba lakukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya.

Ada banyak kutipan yang saya ambil dari buku ini, yakni:
1. Aku memang selalu punya pilihan, tapi aku juga memilih untuk membahagiakan Abah apa pun yan terjadi - Naina, hlmn 22
2. Naina, tobat itu adalah urusan manusia dengan Tuhan. Allah akan menerima tobat setiap manusia, siapa pun dia, asalkan itu dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Taubatannasuha.  Bersungguh-sungguh menyesali apa yang telah diperbuat dan tidak akan mengulanginya sama sekali. Nah, bagaimana sikap kita sebagai sesama muslim? Tentu saja mendukung, menerima dan membantu - Abah, hlmn 79
3. Naina, alangkah sombongnya kita sebagai manusia jika tidak mau menerima manusia lain yang ingin berubah. Sedangkan, Allah saja menerima setiap pertobatan. Tuhan tidak pernah membeda-bedakan siapa pun yang ingin kembali pada-Nya. Masa kita sebagai manusia malah menyalahi kehendak-Nya? Tidak ada yang terlalu kotor ataupun terlalu bersih di mata-Nya. - Abah, hlmn 80
4. Aku ingin menikmati saat ii, meyakinkan diri bahwa kau benar-benar di sini - Rizal, hlmn 234
5. Tolong jangan ucapkan kata-kata mengerikan seperti talak atau perpisahan. Lebih baik kamu marahi aku berkali-kali tapi tolong jangan minta itu dariku - Rizal, hlmn 240
6. Naina, aku tak bisa menjanjikan hidup yang sempurna. Aku juga tak bisa menjanjikan semua isi dunia. Yang bisa kujanjikan hanyalah aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu, untuk anak kita. Keluarga kita - Rizal

Jumat, 02 Desember 2016

,
Judul Buku: Katarsis
Penulis: Anastasia Aemilia
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Editor: Hetih Rusli
Desain dan Ilustrasi Cover: Staven Andersen
Terbit: 2013
Tebal Buku: 264 hlmn; 20 cm
Kategori: Novel Psychothriller
ISBN: 978-979-22-9466-8
Rating: 4/5

Tara Johandi, gadis berusia delapan belas tahun, menjadi satu-satunya saksi dalam perampokan tragis di rumah pamannya di Bandung. Ketika ditemukan dia disekap dalam kotak perkakas kayu dalam kondisi syok berat. Polisi menduga pelakunya sepasang perampok yang sudah lama menjadi buronan. Tapi selama penyelidikan, satu demi satu petunjuk mulai menunjukkan keganjilan.
Sebagai psikiater, Alfons berusaha membantu Tara lepas dari traumanya. Meski dia tahu itu tidak mudah. Ada sesuatu dalam masa lalu Tara yang disembunyikan gadis itu dengan sangat rapat. Namun, sebelum hal itu terpecahkan, muncul Ello, pria teman masa kecil Tara yang mengusik usaha Alfons.
Dan bersamaan dengan kemunculan Ello, polisi dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yang melibatkan kotak perkakas kayu seperti yang dipakai untuk menyekap Tara. Apakah Tara sesungguhnya hanya korban atau dia menyembunyikan jejak masa lalu yang kelam? 

ULASAN

"Aku mohon, jangan panggil aku Tara... Jangan..."

Tara adalah anak yang 'berbeda'. Sejak kecil, ia tidak menyukai nama pemberian orangtuanya. Hal yang aneh mengingat tidak pernah ada sejarah bayi tidak suka dengan nama pemberian kedua orangtuanya kecuali saat mereka sudah bertumbuh besar dan berniat mengganti nama. Tapi Tara berbeda. Fakta bahwa namanya terbentuk dari nama Ayah dan Ibunya, Bara dan Tari membuatnya benci. Selain itu, ia juga suka dengan hal-hal ganjil, termasuk bau darah. Ia suka bau anyir yang ditimbulkan oleh darah dan sangat menikmatinya. Hingga suatu hari Ibunya meninggal dan Bara, sang Ayah memutuskan untuk menitipkannya pada Paman dan Bibinya.

Meski tidak suka dengan namanya, Tara tak bisa berbuat apa-apa ketika Paman dan Bibinya juga memanggilnya dengan nama yang diberikan orangtuanya. Namun mereka cukup baik, memberi Tara perhatian dan kasih sayang, tidak seperti Bara yang suka memakinya dan kerjanya marah-marah saja. Paman dan Bibinya punya anak laki-laki, Moses namanya.

Moses nakal, fakta yang tak diketahui kedua orangtuanya. Ia kerap mengganggu Tara bahkan membuat gadis itu terjatuh dari sepeda. Tapi hal itu justru mempertemukannya dengan anak laki-laki yang memberinya koin lima rupiah. Ia berkata bahwa koin itu bisa mengurangi rasa sakit Tara. Sejak saat itu, jika Tara cemas, ketakutan atau kesakitan, ia akan menggenggam koin itu erat-erat. Seolah seluruh hidupnya bergantung pada koin itu. Ketergantungan Tara akan koin itu membuat Paman dan Bibinya khawatir, ditambah sifat Tara yang sangat pendiam. Akhirnya mereka memutuskan untuk membawa Tara ke psikiater. Seorang psikiater muda dari Jakarta pun merawat Tara dan berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis itu. Namun sayang, sebelum pengobatannya selesai, sebelum keanehan Tara ditemukan jawabannya, sebuah pembantaian menimpa keluarga gadis itu. Paman dan Bibinya ditemukan bersimbah darah di rumah mereka, berikut Ayah kandung Tara, Bara. Sementara Tara ditemuka di dalam kotak perkakas berbentuk persegi di dalam gudang, dengan tubuh yang ditekuk sedemikian rupa agar tubuhnya muat disana. Ayah dan Bibinya tewas, Pamannya kritis dan Tara mengalami syok berat.

****

Ngeri adalah perasaan pertama yang menhinggapi hati saya ketika membaca novel ini. Dibuka dengan pemandangan Tara yang disekap dalam kotak perkakas, ditambah gaya bercerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama dalam hal ini Tara membuat saya sedikit banyak bisa merasakan ngilu dan kengerian yang harus Tara alami selama mendekam di dalam kotak sempit berhari-hari. Kelegaan luar biasa juga saya rasakan saat Tara ditemukan dalam kondisi masih bernyawa.

Saya sempat mengira bahwa buku ini bercerita tentang detektif dan penyelidikan. Sudah sempat menduga pula bahwa buku ini berkaitan dengan sesuatu yang bersifat atau mendekati teori mental illness. Dugaan saya tidak sepenuhnya salah namun tidak sepenuhnya benar. Buku ini menyajikan kisah yang berbalut darah dan kengerian. Bab-bab pertama saya sempat kebingungan dan sedikit kesusahan untuk memahami isi buku ini. Alurnya yang maju mundur membuat saya harus menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi namun sayang tidak mendapat jawaban pasti. Kepastian yang saya dapatkan hanyalah kengerian disana-sini, pada setiap sudut cerita yang coba dipaparkan oleh Tara sebagai pencerita dalam buku ini.

Ketika sudah bisa memahami dan masuk ke dalam alur cerita, saya kemudian didera rasa penasaran yang tentu saja masih berbalut kengerian, terkadang merasa deg-degan juga mual di saat bersamaan. Seketika pula saya dapat menyimpulkan bahwa buku ini bergenre psychothriller. Percayalah tidak ada yang lebih menyeramkan dibanding orang yang jiwanya terguncang lalu kemudian merasakan kesenangan untuk melakukan hal-hal yang dapat membuat orang lain juga ikut terguncang. Oh dan ya saya juga sangat suka tata bahasanya, puitis namun mengerikkan di saat bersamaan. Perpaduannya cantik dan memesona.

Meski memang ada beberapa bagian yang menurut saya bolong. Seperti pada kasus Tara, hingga akhir cerita saya tidak menemukan hal apa yang cocok untuk mendeskripsikan tingkah laku, sifat dan latar belakang yang membentuk pemikirannya menjadi begitu aneh dan terstruktur. Tara adalah sosok yang senantiasa melakukan hal-hal yang menurutnya bisa diterima orang lain atau minimal dipandang wajar oleh orang lain. Saat jatuh dan terluka ia merasa harus menangis meski pada kenyataannya ia tidak ingin menangis. Ia hanya ingin hal itu terlihat majar di mata orang lain, air matanya tentu akan dinilai sebagai kewarasan dibanding ia tertawa atau bahkan mematung setelah terjatuh dari sepeda. Dengan usianya yang masih terbilang sangat muda, darimana ia mendapatkan pola pikir seperti itu? Penjelasan itu yang tak bisa saya peroleh dari buku ini. Memang ada bagian saat ia mencoba menguraikan dirinya di depan Alfons, psikiaternya, namun hanya pemicu atau salah satu kejadian saja yang ia sebutkan dan bagi saya itu hampir tidak menjelaskan apa-apa. Akan lebih mudah jika setidaknya ada penyebutan satu saja nama jenis penyakit mental seperti congenital insensitivity to pain yang bisa dialami manusia.

Kemudian sikap Bara yang begitu membenci Tara. Saya paham bahwa dimana-mana suami pasti akan berusaha melindungi istrinya, tapi membenci anak sendiri yang baru berusia kisaran tujuh tahun hingga memaki dan menganggapnya benalu di tengah keluarga yang sangat berkecukupan saya rasa kurang wajar. Tidak saya temukan penjelasan pasti mengenai hal ini, yang saya tahu hanyalah Bara membenci Tara dan kebenciannya semakin meningkat saat kematian istrinya.

Buku ini membuat saya kagum pada psikiater dan bahkan mungkin kepada seluruh dokter yang menangani masalah kejiwaan. Pada titik ini, saya berpikir bahwa mungkin hanya psikiater dan dokter di rumah sakit jiwalah orang-orang yang paling bisa berempati dan dapat memahami orang lain. Buat yang suka genre psychothriller buku ini sangat cocok untuk dibaca. Ada beberapa kutipan yang saya ambil dari buku ini, yakni:

Kewarasan divonis tanpa menggunakan stetoskop, termometer, atau rontgen. Buatku itu sama sekali tidak masuk akal - hlmn 51
Bunyi hantaman yang meremukkan tengkoraknya seperti timpani dalam orkestra besar yang membawakan simfoni di telingaku - hlmn 57
Teman. Rasanya itu juga tidak ada dalam kosakataku. Aku tak pernah punya teman. Tak seorang pun cukup layak menjadi temanku - hlmn 61