Catatan harian yang semakin renta dan tua

Minggu, 19 Februari 2017

[Ebook Review] Makhluk Tuhan Paling Katrok! By Netty Virgiantini

Judul Buku: Makhluk Tuhan Paling Katrok!
Penulis: Netty Virgiantini
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2011
ISBN: 978-602-00-0406-8
Rating: 4/5

Gara-gara AC, Neyla dapat julukan baru di sekolah sebagai makhluk Tuhan paling katrok! Sebuah gelar yang telah membuat Neyla jadi mendadak ngetop di seantero sekolah beberapa waktu terakhir ini, nggak kalah dengan kepopuleran lagu Mulan Jameela. Julukan itu diberikan teman-temannya, karena Neyla dianggap jadi orang paling katrok di sekolah setelah seluruh ruang kelas dipasang AC baru.

Kalau yang lain menyambut dengan gegap gempita penuh sukacita bebas dari rasa gerah dan panas, Neyla yang berasal dari keluarga penggemar silat dan sakit-sakitan sejak kecil, justru harus bergulat dengan segala keruwetan karena tubuhnya tidak mampu menahan serangan hawa dingin AC yang diyakininya sebagai jelmaan Dewa Angin yang punya dendam di masa lalu.

Serangan itu menimbulkan efek samping, mulai dari mual muntah yang membuatnya sempat disangka tengah hamil di luar nikah, juga harus sering terserang masuk angin. Seluruh penghuni rumahnya yang disebut Padepokan Kancil 09, telah berusaha keras memberikan jurus-jurus ampuh penangkalnya. Lumayan berhasil, tapi masih menyisakan satu efek yang cukup menyiksa, yaitu beser alias bolak-balik pipis. Yang membuatnya harus mondar-mandir seperti angkor ngejar setoran mengunjungi toilet, satu bangunan yang tidak saja bau tapi jorok.

Efek paling parah dari AC saat Neyla yang keseringan mengunjungi toilet harus berurusan dengan polisi ketika dia menemukan sesosok tubuh bersimbah darah yang sekarat di toilet cowok. Penderitaannya semakin bertambah parah saat sosok bersimbah darah yang ditemukannya di toilet itu jadi sering mengikutinya. Seperti hantu yang membayang-bayangi dan bisa saja muncul tanpa diduga. Neyla berusaha keras dengan secala cara untuk menghindar dan membuat sosok itu mau meninggalkannya, tapi hasilnya nihil.

Akhirnya dengan sangat terpaksa Neyla harus menerima kehadirannya. Namun, ketika akhirnya sosok misterius itu pergi meninggalkannya, terungkaplah siapa sebenarnya sosok itu dan alasan mengapa ia sering membuntutinya. Sepeninggalnya, Neyla bukan saja merasa kehilanga sosok bayangan yang telah menjadi bagian hari-harinya selama ini, tapi juga merasakan rasa nyeri yang menyesakkan dada.

****

Bukunya lucuuuuk! Pas baca sinopsisnya di Ipusnas, saya nggak berekspektasi lebih, apalagi lihat bintangnya yang cuma dapat tiga. Tapi saat saya baca, bahkan baru halaman pertama, saya langsung sukses jatuh cinta. Menikmati banget baca buku ini. Humornya asyik dan bikin ngakaknya juga lebih asyik. Kekatrok-an Neyla sang tokoh utama benar-benar dapet. Mulai dari nggak bisa kena AC dikit karena pasti mual atau pipis-pipis sampai julukan Dewa Angin yang ia berikan pada benda persegi panjang itu.

Kecintaan Neyla dan keluarganya pada seni bela diri asli milik Indonesia, silat, bisa dibilang adalah penyebab ia menjadi terlihat katrok atau terdengar katrok saat bicara, tapi itulah yang bikin tambah lucu. Salah satu bagian yang saya suka adalah saat musyawarah antar anggota Padepokan Kancil 09 dilakukan demi memecahkan masalah yang dialami Neyla, menurut saya itu adalah salah satu contoh bentuk pemecahan masalah yang patut dicontoh. Membantu anak-anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya adalah tugas orang tua dan sikap kedua orangtua Neyla yang tak masa bodoh walau yang Neyla alami hanyalah masuk angin benar-benar bikin saya kagum. Belum lagi bentuk-bentuk pemecahannya yang memang dirembukkan bersama dan melibatkan pendapat seluruh angggota keluarga. Jurus-jurus yang digunakan juga sangat lucu-lucu namanya.

Walau sepenuhnya membahas kekatrokan Neyla, namanya cerita remaja ya pasti ada bumbu cinta-cintanya. Dalam buku ini, kisah romansa yang ada sama sekali nggak membuat karakter Neyla bergeser atau berubah. Meski sempat didera galau, katroknya tetap terasa. Tetap bertahan dan menjadi ciri khasnya.

Buku ini menurut saya adalah buku komedi yang walau memuat konflik sederhana remaja, sangat memberikan pesan yang bermakna. Kecintaan keluarga Neyla terhadap silat contohnya. Memang, nggak harus seakut mereka dengan selalu menggunakan istilah dunia persilatan dalam setiap kesempatan. Tapi, kita sebagai orang Indonesia, termasuk saya sendiri, secara halus telah diajak untuk menengok kembali seni bela diri negeri sendiri yang mungkin saja sudah tergerus seni bela diri negeri tetangga. Selain itu, kekatrokan Neyla juga memberikan pesan yang amat sederhana. Seperti pada salah satu kutipan yang ambil dari buku ini:
"Justru orang-orang ndeso itu identik dengan filosofi hidup rukun, ayem, gotong-royong, apa adanya, sederhana dan nggak neko-neko. Bandingkan dengan orang-orang kota yang sudah demikian akrab dengan tipu daya, egois, hidup seolah berkejar-kejaran hanya untuk menumpuk harta - hlmn 50"
"... nggak ada alasan untuk malu. Mau dibilang katrok, ndeso, ndesit atau kampungan sekalipun, dengerin saja. Nggak masalah. Daripada dibilang koruptor kan malah malu-maluin. Sebutan itu lebih hina karena ngembat uang negara dan merugikan masyarakat" - hlmn 51 
Kutipan di atas nggak bermaksud meremehkan orang-orang yang tinggal di kota besar, hanya saja memang demikianlah fakta yang sering kita dapati. Buat saya pribadi, kalimat ini adalah suatu bentuk ajakan positif tentang bagaiaman kita bisa tetap saling menjaga kesantunan, kerukunan dan hal-hal baik dalam kehidupan bermasyarakat walau kita tinggal di kota besar dan modern.

Walau demikian, kekatrokan Neyla juga ada sisi negatif yang membuat kita harus berpikir untuk senantiasa meng-update pengetahuann dan wawasan kita.
"Sekarang ini sudah zaman IT, Nak. Zaman Teknologi Informasi. Dan, jurus pasling jitu adalah dengan menguasai teknologi informasi sebaik-baiknya.  Siapa yang menggenggam teknologi dan informasi. bisa dibilang dia telah menggenggam separuh dunia - hlmn 8

3 komentar: