Catatan harian yang semakin renta dan tua

Jumat, 24 Februari 2017

[Ebook Review] Tea for Two By Clara Ng

Judul Buku: Tea for Two
Penulis: Clara Ng
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2009
Editor: Hetih Rusli
Foto Sampul: Lise Metzger/Riser/Getty Images
Tebal Buku: 312 hlmn, 20 cm
ISBN-10: 979-22-4332-1
ISBN-13: 978-979-22-4332-1
Rating: 4/5

Tea for Two adalah perusahaan mak comblang milik Sassy. Baginya, tak ada tanggung jawab dan kebahagiaan yang lebih besar daripada mempertemukan dua orang yang awalnya saling tak mengenal kemudian mengantarkan mereka pada kehidupan yang diidam-idamkan. PERNIKAHAN!

Hidup berbahagia selama-lamanya.
Begitula moto Tea for Two yang terdengar manis.

Tapi... eits, tunggu dulu!

Apakah benar pernikahan adalah satu-satunya jalan terindah bertabur bunga yang diimpikan dan dicita-citakan semua orang? Ternyata tidak semua orang menyikapi hal itu dengan kata setuju. Celakanya, pernikahan Sassy sendiri mengandung serangkaian rahasia kecil yang berbuntut menjadi kebohongan besar-besaran. KDRT. Kekerasan dalam Rumah Tangga. Semuanya diawali dengan romantisme yang menggebu dan berakhir dengan kekejaman tiada banding.

It could happen to you. It could happen to anybody.

Inilah kisah yang menelanjangi sisi buruk pernikahan. Para lajang, gemetarlah, karena lelaki yang kaupikir Mr. Right bisa berubah menjadi Mr. Totally Wrong.

****

Lebam biru di leher?
Tentu kamu bisa menebak.
Itu adalah bekas cekikan Alan.
Tiga hari yang lalu.
Ketika dia marah karena masakan saya katanya keasinan.

Selain bergerak di bidang percomblangan perusahaan Sassy juga berperan sebagai wedding organizer. Tak sedikit klien-kilennya yang dulu ia pertemukan memintanya untuk mengurus pernikahan mereka. Pertemuan Sassy dan Alan pun terjadi lewat salah satu kliennya yang membawa keponakannya, Alan saat konsultasi tetek bengek acara pernikahan mereka. 

Sebagai pria tampan, Alan dengan mudah sudah menarik perhatian Sassy. Walau hal itu diagendai dengan kejadian memalukan karena Sassy yang salah mengambil kesimpulan, keduanya pun menjadi dekat. Sebagai pria, Alan teramat manis dan romantis. Bahkan sebelum mereka resmi berpacaran, Sassy sudah sering dihujani berbagai perhatian dan kejutan. Kiriman bunga bahkan telepon mesra yang sering pria itu lakukan.

Hal ini membuat Sassy tak menolak saat Alan memintanya menjadi pacarnya. Hubungan keduanya terjalin dengan sangat indah. Semakin hari semakin banyak saja kejutan yang Alan berikan. Mulai dari kesempatan mempertemukan Sassy dengan klien incarannya hingga liburan ke Paris berdua.

Hanya saja, di balik sikap manisnya Alan menyimpan sisi egois yang tak Sassy sadari, atau mungkin ia sadari tapi selalu berusaha mengerti. Di balik sikapnya dalam hati Sassy selalu percaya bahwa Alan hanya sedang mengusahakan yang terbaik baginya. 

Beberapa kali bahkan seringnya Sassy harus merelakan dan mengutamakan keinginan Alan di atas profesionlismenya bahkan di atas keinginannya sendiri. Tapi, bagi Sassy, hal itu bukan masalah. Lagi-lagi logikanya ditutupi oleh bisikan hati bahwa Alan hanya mencoba memberikan yang terbaik baginya.

Alan semakin hari semakin menjadi, tapi Sassy pun selalu mengerti. Lalu sifat sesungguhnya Alan terkuak saat di hari kedua bulan madu mereka Alan menampar Sassy dengan tuduhan main mata dengan lelaki lain. 

Sassy tak percaya Alan tega melakulannya, tapi lagi-lagi Sassy terlalu buta untuk menyadarinya hingga akhirnya di hari-hari berikutnya pernikahan mereka, Alan jadi semakin menyiksanya.

****

Kisahnya membuat saya terluka. Sebagai seorang perempuan, dikasari adalah yang paling tidak saya inginkan. Baik secara fisk, verbal maupun mental. Apalagi jika hal tersebut dilakukan oleh orang yang dicintai dan paling dipercayai, suami sendiri.

Untuk kasus Sassy, sejak membaca kisah masa pacarannya dengan Alan saya sudah dapat menangkap ada yang tidak beres dengan sikap dan sifat laki-laki itu. Jujur sebagian hati saya merasa kesal sekali dengan tokoh Sassy yang tak dapat menyadari hal tersebut, selebihnya saya kasihan dengannya. Mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang luar biasa hebatnya.


Dikomentari, dicaci maki, dihina bahkan direndahkan harga dirinya hingga dipukul tanpa perasaan. Bisa dibilang saya mencak-mencak banget baca buku ini. Apalagi kekasaran tokoh Alan amatlah keterlaluan. Tidak memandang kondisi dan keadaan, entah istrinya benar salah atau tidak, sehat atau sedang kesakitan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kekerasan dalam rumah tangga sudah banyak diberitakan dan menjadi kasus yang ditangani pihak kepolisian maupun perlindungan perempuan. Kengerian tentu saja membayangi diri saya kala mendengarnya atau menontonnya di televisi, tapi rasa ngeri yang sebenarnya baru benar-benar saya rasakan dalam buku ini.

Sedikit banyak saya jadi mempertanyakan kehadiran beberapa laki-laki dalam hidup saya dan meragukan kebaikan hati mereka. Jadi parno istilahnya. Meski belum menikah saya paham sekali bahwa menjalani biduk rumah tangga bukanlah hal yang mudah.

Buku ini sama sekali tidak bermaksud menakut-nakuti walau saya akui saya jadi sedikit takut juga, tapi merupakan nasehat tersirat yang ditujukan kepada kaum perempuan bahwa kita benar-benar harus mempertimbangkan secara matang apabila nanti memutuskan untuk membagi hidup kita bersama seseorang yang disebut suami dan pemimpin dalam keluarga. Selain itu, buku ini juga dapat dijadikan motivasi bagi perempuan mana saja yang apabila sedang mengalami kejadian yang sama seperti yang Sassy alami, bagaimana seharusnya bersikap dan bertindak.

Beberapa kutipan yang saya ambil dari buku ini:

1. Memang sejak zaman purba, perempuan selalu dianggap sebagai pusat malapetaka. Perempuan merupakan sumber mata air kesalahan dari dosa utama di muka bumi ini. Yup, memang sangat mudah meletakkan kesalahan di bahu perempuan. Sangat otomatis menjadikan perempuan sebagai kambing hitam, seotomatis mencari toilet sambil berlari sekencang-kencangnya ketika terserang diare - hlmn 18

2. Beberapa luka tidak pernah sembuh oleh waktu - hlmn 212

3. Kita harus memberi kesempatan kedua dan mengampuni yang salah. Tapi ada saatnya juga kita harus mengentikan kesempatan itu - hlmn 216

4. Cinta tidak menggunakan tamparan untuk membuktikan keberadaannya - hlmn 217

5. Jika kamu mengalami KDRT, kamu harus menempelkan dirimu seerat-eratnya dengan orang-orang lain di luar pasanganmu yang sungguh-sungguh mencintaimu tanpa pamrih - hlmn 283-284

6. Seperti cinta, mungkin jodoh juga mempunyai tanggal kadaluwarsa. Itulah yang menyebabkan jodoh harus berganti atau didaur ulang - hlmn 309

7. Karena pernikahan seperti pertaruhan. Kamu tidak pernah tahu kamu akan mendapatkan kartu bagus atau kartu buruk - hlmn 309

2 komentar:

  1. Saya suka kutipan ini, "Cinta tidak menggunakan tamparan untuk membuktikan keberadaannya," jleb banget di hati ane.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mbak. Swear bacanya Mewek. Kekerasa verbal yg dialami Sassy ngiris2 hati

      Hapus