Catatan harian yang semakin renta dan tua

Selasa, 06 Juni 2017

[Ebook Review] Malam Terakhir By Leila S. Chudori

Judul Buku: Malam Terakhir
Penulis: Leila S. Chudori
Diterbitkan Pertama Kali: Pustaka Utama Grafiti tahun 1989
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) 2009
Cetakan Pertama: November 2009
Cetakan Kedua: Desember 2012
Perancang Sampul: Fernandus Antonius
Ilustrator Sampul: Jim Bary Aditya
Penata Letak: Bernadetta Esti W.U
Tebal Buku: xviii + 117 hlmn.; 13,5 cm x 20 cm
ISBN: 978-979-91-0521-9
Rating: 4/5




"Leila bercerita tentang kejujuran, keyakinan, tekad, prinsip, dan pengorbanan.... Banyak idiom dan metafor baru di samping pandangan falsafi yang terasa baru karena pengungkapan yang baru. Sekalipun bermain dalam khayalan, lukisan-lukisannya sangat kasat mata."

H.B. Jassin, pengantar Malam Terakhir edisi pertama


"Dalam cerpen 'Air Suci Sita', ditulis di Jakarta 1987, Leila memulai cerita dengan kalimat: 'Tiba-tiba saja malam menabraknya.' Sebuah kalimat padat yang sugestif dan kental.... Dengan teknik bercerita yang menarik, Leila berhasil mengangkat gugatan kenapa hanya kesetiaan wanit yang dipersoalkan, bagaimana dengan kesucian para pria?


Putu Wijaya, Tempo, Februari 1990


****


Nama Leila S. Chudori sudah tidak asing lagi bagi saya. Sejak membaca karya Pulang miliknya, saya sudah langsung jatuh cinta dengan penulisnya. Walau baru buku itu saja yang saya lahap karena memang nama Leila S. Chudori, meski sudah lama menulis, baru-baru ini mulai mengisi deret buku-buku bacaan saya.

Kumpulan cerpen edisi kali ini adalah kumcer pilihan dari Malam Terakhir edisi pertama. Lewat kata pengantarnya, Leila bercerita bahwa ia sengaja menjatuhkan pilihan pada cerpen-cerpen yang dimuat dalam buku ini dengan pertimbangan penyesuaiannya pada zaman dan kebutuhan sekarang ini. Ada total 9 cerpen yang dimuat dalam buku ini yakni:


1. Paris 1988
Mengisahkan seorang gadis yang berkelana di Paris, Perancis, kota yang banyak dipuja, penuh dengan keindahan juga selalu mampu menarik hati banyak orang untuk mengunjunginya. Namun, berbeda dengan apa yang ia alami, ia justru menemukan sudut kpta Paris yang kacau, jauh dari keramahan dan aneh. Ia menginap di penginapan kecil dan dijaga oleh wanita tua yang doyan marah-marah dan meludah, juga memelihara sepasang tikus besar. Ia pun bertemu dengan Marc, laki-laki tampan yang terobsesi melukis alat kelamin, melakukan grasak-grusuk di kamarnya yang selalu penuh dengan suara perempuan. Awalnya, ia hendak memanggil polisi karena khawatir dengan jerit pilu kesakitan yang sering ia dengar dari kamar Marc, tapi kemudian tak perlu waktu lama untuk ia menyadari bahwa ia harus cepat-cepat pindah dari sana jika ingin terlepas dari kegilaan yang Marc alami.

2. Air Suci Sita
Agak klepek-klepek bacanya karena ada nama sendiri dalam bubuhan judul, tapi setelah baca ceritanya justru miris. Karena apa yang digugat dalam cerpen ini sangatlah nyata. Menurut hemat saya, cerpen ini tidak hanya terinspirasi dari kisah Rama dan Sita. Disini, penulis mencoba menggugat pria, seperti Rama yang dengan tega meragukan kesucian sang istri hingga Sita harus terjun ke dalam kobaran api demi membuktikan kesuciannya, juga menggugat masyarakat yang hingga kini masih memiliki cara pandang yang memihak tentang kesucian perempuan. Kaum wanita selalu dipersalahkan dan kurang diterima jika ia sudah tak lagi perawan tapi kaum pria yang sejatinya akan bertanggung jawab terhadap hidup anak orang lain dan anaknya sendiri, kesuciannya tak pernah dipermasalahkan apalagi dipertanyakan. Konsep 'tidak membekas' masih terlalu mengekang pola pikir mereka.

3. Sehelai Pakaian Hitam
Dalam cerpen ini, penulis beralih menggugat para munafikun atau orang-orang bermuka dua lewat Hamdani. Digambarkan bahwa Hamdani adalah pria terhormat, terpandang dan amat disegani karena 'pakaian putih' yang selalu ia kenakan di manapun ia berada di depan para pengikutnya, di depan masyarakat yang memuja dan mengelukannya. Sementara, di kala malam dan pengikutnya tidur, 'pakaian hitam' yang seharusnya membuat 'pakaian abu-abu'nya tersingkap ia kenakan seolah lupa bahwa di siang hari ia dikenal sebagai Si Putih. Cerpen ini adalah sodokan bagi kejujuran yang sudah sejak lama kehilangan kesejatiannya.

4. Adila
Kasus dalan Adila lebih pada kesalahan parenting. Adila diceritakan sebagai sosok gadis belia yang mengalami tekanan batin dan mental yang amat berat oleh orangtuanya, dalam hal ini lebih khusus ibunya. Sang Ayah juga tidak membantu dengan senantiasa membuat Adila terbiasa sembunyi-sembunyi melakukan kesalahan atau menyembunyikan kesalahannya. Cerpen ini adalah teguran dan peringatan karena ending Adila sama sekali tidak mengenakan hati.

5. Untuk Bapak
Dalam cerpen kelima ini yang saya tangkap adalah kisah saling mengasihi dengan tulus antara seorang anak dan Bapaknya. Walau pada akhirnya mereka dipisahkan oleh takdir, sang anak tetap memandang Bapaknya sebagai laki-laki paling tegar yang pernah ia miliki.

6. Keats
Isu rasisme dan perbenturan kebudayaan adalah hal yang diangkat dalam buku ini. Juga bakti anak pada orangtua yang mengikat, yang membuat orangtua jadi terasa memenjarakan sang anak dalam sel keinginannya untuk selalu dipatuhi salah satunya dalam urusan memilih pendamping hidup.

7. Ilona
Isu perselingkuhan yang masih sering terjadi sampai sekarang diangkat dan ditelanjangi dalam buku ini. Ketika si anak ternyata dengan transparan tahu apa yang terjadi antara kedua orangtuanya, yang kemudian membentuknya menjadi wanita yang tidak percaya ikayan suci pernikahan dan tidak mau membaginya dengan orang lain.
"Rasa sepi itu selalu menyerang setiap orang yang menikah maupun yang tidak menikah. Barangkali, rasa sepi akan terasa lebih perih bagi mereka yang mengalami kegagalan dalam perkawinan. Mereka terbiasa berbagi, lalu mereka terpaksa menjadi sendiri."

8. Sepasang Mata Menatap Rain
 Selain mencibiri isu parenting, tentang orangtua yang lebih sibuk mengurusi tanaman dan hobinya ketimbang memberi perhatian pada anaknya, atau yang berliburdi hari minggu tapi tetap tidak bisa melepas majalah Times dari genggamannya, buku ini juga menyindir isu kesenjangan dan kepedulian sosial yang menitikberatkan pada kelaparan yang terjadi dimana-mana. Penulis menggugat kita, yang lebih sibuk memperhatikan kelaparan di negara lain tapi tidak tersentuh melihat kelaparan di negeri sendiri. Anak-anak jalanan yang katanya dipelihara oleh negara, bahkan tak mendapat perhatian dari saudara sebangsanya.

9. Malam Terakhir
Sekaligus cerpen terakhir yang menjadi penutup buku ini. Cerita yang membuat saya bergidik ngeri dan membuat nyali saya ciut dan menyusut. Cerpen ini adalah bentuk rasa miris bahwa oleh kekuatan rezim bahkan ayah pun bisa menggantung anak sendiri.

2 komentar:

  1. dulu lagi masih banyak baca buku aku penggemanr leila, tp gak ngikutin setelah aku punya anak. makasih ya infonya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Mbak 😇
      Semoga jadi punya waktu luang lagi untuk baca buku

      Hapus