Catatan harian yang semakin renta dan tua

Jumat, 16 Juni 2017

[Ebook Review] Corat-coret di Toilet By Eka Kurniawan

Judul Buku: Corat-coret Di Toilet
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Desain Sampul: Eka Kurniawan
Setter Isi: Fitri Yuniar
ISBN: 978-602-03-0396-4
Rating: 2/5

"Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan. Aku lebih percaya kepada dinding-dinding toilet."


"Nada komedi satirnya cukup kuat dalam Corat-coret di Toilet. Cerdas juga usahanya mengangkat hal kecil yang remeh-temeh menjadi problem kemanusiaan."

_Maman S. Mahayana, Media Indonesia

"I decided to translate Coret-coret di Toilet not because it is one of Eka's best-known short stories, but because it is very blackly funny. It catches perfectly the atmosphere of student life in Indonsleia, at the start of new century, as the brief promise of Reformasi was being estenguished by gangstersim, cynicism, greed, corruption, stupidity, and mediocrity. It also mirrors beautidully the bizarre lingo shared ex-radicals, sexual opportunists, young inheritors of the debased culture of the New-Order era, and anarchists avant la lettre. Finally it shows Eka's gift for startling imagery, sharp and unexpected changes of tone, and his 'extra-dry' sympathy for the fellow members of his late-Suharto generation."
_Beneddict R. O'G. Anderson, Indonesia


2 stars for Eka Kurniawan's book? Mungkin buat yang kenal siapa Eka akan bertanya-tanya tapi ini adalah rating paling jujur saya tentang buku ini. Kumpulan cerpen yang berisi cerpen baru maupun cerpen-cerpen yang sudah pernah diterbitkan sebelumnya menarik minat saya karena judulnya. Saya sudah yakin dan percaya bahwa buku ini akan menyinggung beberapa hal tentang rezim yang pernah menguasai Indonesia selama 32 tahun itu. Dugaan itu benar, but I just can't got into them. Entah apa karena gaya penceritaan atau cerpennya yang nggak masuk jajaran my cup of tea atau memang karena cerpen di dalamnya berasa kurang greget dan tidak Eka - saya baru baca Lelaki Harimau sih tapi demi apapun suka banget sama buku itu. Tapi buku ini justru nggak dan kalau kasih 3 bintang berasa bohong banget ratingnya kalau menggunakan kacamata dan penilaian saya.


Buku ini memuat 12 cerpen, di antaranya:

  1. Peter Pan
  2. Dongeng Sebelum Bercinta
  3. Teman Kencan
  4. Rayuan Dusta Untuk Marietje
  5. Hikayat Si Orang Gila
  6. Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam
  7. Siapa Kirim Aku Bunga
  8. Tertangkapnya si Bandit Kecil Pencuri Roti
  9. Kisah dari Seorang Kawan
  10. Dewi Amor
  11. Corat-Coret di Toilet
  12. Kandang Babi
Sebenarnya, kalau dilamai dengan lebih serius, materi yang disinggung buku ini punya makna yang dalam. Seperti dalam Peter Pan, Eka mengajak kita semua untuk tidak menyia-nyiakan reformasi yang kita peroleh karena sejatinya ia didapat dengan susah dan mengorbankan banyak hal, Rayuan Dusta Untuk Marietje memberi tamparan pada kita bahwa negeri kita yang "kaya ini sebenarnya miskin", Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Rumah sedikit menyinggung cara parenting yang masih terlalu mengekang anak, Siapa Kirim Aku Bunga mengingatkan kita untuk tidak seenaknya dalam bertindak, Kisah dari Seorang Kawan menyindir hal yang berkaitan dengan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat menengah ke bawah khususunya pedagang kecil, dan Corat-coret di Toilet adalah sebuah sindiran telak bahwa pada zaman itu, anak muda Indonesia amatlah skeptis terhadap cara kerja pemerintah. 

Belum lagi, cerita-cerita ini menceritakan pada kita kerasnya hidup akademisi/mahasiswa zsman Orde Baru - bahkan tinggal di gudang kampus pun yang mirip kandang babi, digusur. Tapi tetap, saya nggak bisa menikmati. Ending-ending cerpen yang saya temui nggak nendang dan jujur saja mengkhianati ekspektasi saya akan kepuasan yang akan didapat jika telah selesai baca bukunya. Tapi ini hanya pendapat pribadi, buat yang penasaran dengan bukunya bisa coba baca dan beri penilaian versi sendiri. Sejujurnya, nggak rela banget ngasih 2 bintang, tapi apalah daya perasaanku tak sampai padanya. Eh tapi, really aku suka cerpen utamanya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar