Catatan harian yang semakin renta dan tua

Sabtu, 22 Oktober 2016

[Review ] Nyawa - Sebuah Novel Psychothriller

Judul: Nyawa
Penulis: Vinca Callista
Penerbit: Penerbit Bentang Belia (PT. Bentang Pustaka)
Tahun Terbit: 2015
Penyunting: Starin Sani, Dila Maretihaqsari
Pemeriksa Aksara: Yohana Shera
Penata Aksara: tsbb
Tebal Buku: iv + 296 hlmn; 20,8 cm
Kategori: Novel Remaja
ISBN: 978-602-1383-46-9

BLURB

Gadis itu memandangi cermin. Di sana ada bekas telapak tangan yang memerah di sekeliling lehernya. Dia tertegun, mengingat kembali peristiwa semalam. Tangan-tangan dingi itu datang lagi, mencekiknya tanpa ampun.

Tak hanya itu peristiwa mengerikan yang terjadi di Rumah Mangga, kos misterius yang ia tinggali belum lama ini. Sepasang kakek nenek sering datang membawa sekeranjang bunga kematian. Suara rintihan kesakitan, tulisan teror di tembok, hingga jerit kemarahan anak kecil yang terdengar setiap malam, menghantui para penghuni Rumah Mangga.

Sampai akhirnya mereka menemukan, ada seseorang di antara mereka yang sangat mencintai kematian, dan melakukan apa pun demi itu.

REVIEW

Di halaman pertama cerita, saya sudah dibuat tercengang oleh adegan yang nggak pernah terduga akan langsung saya temukan sebagai pembuka cerita. Seorang aktris teater mati dengan sangat mengenaskan di akhir pertunjukannya. Pada telapak kakinya ditemukan banyak sekali peniti, di lidahnya pun begitu. Kematian itu begitu mencengangkan dan membuat bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, cerita apa yang akan disuguhkan oleh buku ini.

Meski memiliki cukup banyak tokoh, buku ini sama sekali tidak menyajikan cerita yang acak adut atau kehilangan arah dalam menyelesaikan konflik yang ada. Setiap tokoh memiliki perannya masing-masing dalam membentuk cerita meski denga karakter mereka yang berbeda-beda. Tentu saja ada tokoh yang sangat menonjol dan menarik perhatian saya. Lian dan Rory! Dua cewek ini ditambah satu tokoh bernama Kaatje dan laki-laki yang berasal dari Padepokan Seni Pijar bernama Isvara.

Semua misteri dimulai dari kepindahan Rory, Lian, Mara, Danu, Gandes, Cangi, Arya dan Sandre dari Pondok Pak Kumis ke Rumah Mangga. Kepindahan mereka sebenarnya biasa saja, tidak ada masalah berarti kecuali pertukaran kamar penuh drama yang dilakukan Mara dan Gandes. Memang Mara sudah terkenal sebagai cewek tukang atur dan sangat berisik apalagi terkait hubungannya dan Danu. Mara dan Danu berpacaran. Selain itu, tidak ada sama sekali kecuali kemunculan tokoh sisipan bernama Aku yang begitu menyimpan misteri.

Mara adalah tipe cewek manja yang sangat overprotective terhadap pacaranya, sementara Danu adalah cowok yang mengandlakan hidupnya dari upah hasil menjadi penerjemah untuk para penembak beasiswa luar negeri. Cangi dan Gandes adalah dua sejoli yang selalu seiya sekata dalam hal membicarakan orang sementara Sandre adalah mahasiswa angkatan tua yang terkenal Playboy. Arya masuk tipe "Prince Next Door" yang akan sangat sulit dijangkau keberadaannya oleh perempuan mana pun kecuali Rory. Rory dan Arya sangat dekat sebagaimana Rory juga dekat pada Sandre dan Isvara. Rory memang dekat dan hampir semua pria, menyebabkan ia menjadi primadona kampus maupun Rumah Mangga. Sementara Lian adalah anak baru yang cenderung pendiam dan tidak terlalu aktif dalam bicara bahkan makan bersama.

Akan tetapi, Lian adalah tokoh yang paling aneh di antara semuanya. Awal membaca saya tidak menaruh ekspektasi apa-apa terhadapnya. Saya hanya berpikir bahwa Lian adalah anak kos baru yang memang sudah sewajarnya canggung berada di tengah-tengah senior kosnya. Namun, sikapnya yang berubah 180 derajat terhadap Cangi saat Cangi menanyakan perihal tanah yang berhamburan di tangga menuju lantai dua kosan langsung mengundang curiga.

Buku ini sedikit banyak lebih diwarnai kisah cinta di antara para penghuninya akan tetapi dari kisah-kisah mereka inilah sebuah kenyataan akan misteri dan kejadian horror yang sering mereka alami terungkap. Bisa dibilang buku ini adalah buku yang cocok di waktu santai. Kita tidak perlu buru-buru membacanya karena kita akan diajak untuk mengungkap teka-teki yang ada di dalamnya bersama para tokoh-tokoh yang ada. Saya merasa jadi seperti anggota Rumah Mangga namun tak kasat mata. Hanya mengawasi, menjadi saksi dan rasa-rasanya ingin memberi clue atau bantuan supaya delapan anak kos itu juga berhasil menemukan jawaban terhadap berbagai pertanyaan. Yah walaupun ngeri juga sih kalau harus bertemu dengan Kaatje.

Kaatje adalah tokoh yang tidak banyak muncul, tidak berinteraksi secara langsung dengan sebagian besar penghuni Rumah Mangga namun dialah titik utama yang menjadi masalah sekaligus menjadi kunci pembuka teka-tekinya. Kalau baca soal Kaatje saya jadi lebih banyak merinding. Kaatje juga menjelma menjadi tokoh yang sangat tidak saya sukai karena hampir setiap kengerian selalu menyertai tentangnya.

Novel nyawa adalah salah satu novel remaja yang cocok untuk dijadikan bahan bacaan yang menghibur serta menambah wawasan mengenai masalah psikologi. Kesuraman dan kengerian yang terjadi dalam buku ini buat saya pribadi lebih mengarah pada ganggun psikis dan hal-hal berbau psikologi yang sangat bagus untuk dipahami. Tidak lebih menakutkan dari hantu tapi lebih edukatif dari cerita kehadiran hantu yang tanpa sebab, Bukan berarti saya nggak suka cerita horror berkarakter hantu-hantu dari orang yang telah tiada. Novel nyawa tetap menyajikan kisah horror namun dengan cara dan media yang berbeda.

Perasaan tegang selalu menyelimuti hati saya setiap kali membaca lembar demi lembar buku ini. Meski pada beberapa bagian ada juga hal lucu atau bapering moment yang bikin nyengir sendirian. Tapi memang aura misteri sangat melingkupi setiap perjalanan para tokohnya. Yang paling menjadi pertanyaan adalah: Nasib apa yang menanti para penghuni Rumah Mangga di akhir lembaran buku ini?

Endingnya sedikit mengejutkan dan buat saya pribadi sedikit terdtaramtisir. Tapi itu semua sudah pas. Nggak kebayang kalau endingnya menjatuhkan lebih banyak lagi korban yang tidak memiliki relate apa-apa dengan si tokoh Aku maupun tokoh-tokoh yang memang dalam buku ini sedang mencari sesuatu atau berusaha mendapatkan sesuatu. Meski saya tidak pernah berharap akan adanya kematian namun pertolongan dalam bentuk apapun yang bisa sangat membantu, endingnya tidaklah mengecewakan.

Rating: 4/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar