Catatan harian yang semakin renta dan tua

Minggu, 23 Oktober 2016

[Review] WANDER WOMAN

Judul Buku: Wander Woman
Penulis: Fina Thorpe-Willet, Nina Addison, Irene Dyah, Silvia Iskandar
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Desain Sampul: Orkha Creative
Ilustrasi Isi: Ella Elviana
Kategori Buku: Metropop
Tebal Buku: 360 hlmn; 20 cm
ISBN: 978-602-03-3375-5

BLURB

Tolkien mengatakan, "Not all those who wander are lost."
Tidak semua orang yang berkelana kehilangan arah.
Tanyakan saja pada Arumi, Cilla, Sabai dan Sofia - empat sahabat yang terpencar di berbagai negara. Dalam cerita mereka yang terinspirasi dari kisah nyata ini, "tersesat" punya makna berbeda.
For them, home is never a place, but people - and sometimes even suitcases.

REVIEW


Cilla, Sabai, Sofia dan Arumi adalah empat sahabat yang karena pekerjaan sang suami harus rela berpindah-pindah dari satu negara ke negara lainnya dan terpencar di beberapa benua. Kehidupan di luar negeri yang 'kelihatannya' serba mewah dan mengesankan ternyata adalah sesuatu yang tidak mudah untuk dijalani. Selain berperan sebagai istri, keempatnya juga punya tanggung jawab sebagai Ibu dimana harus siap sedia mengurus segala kebutuhan buah hati.

Keempat sahabat ini ternyata menghadapi masalah yang kurang lebih tidak jauh berbeda satu sama lain. Seperti yang terjadi pada Cilla dan Arumi. Badai Ike Hurricane yang menimpa Houston pada bulan September sedikit banyak membuat Cilla ketakutan. Gimana nggak takut kalo berdasarkan informasi yang didapatnya dari internet badai itu berpotensi menhancurkan rumah hingga berantakan. Sementara Arumi, terbiasa dengan iklim tropis yang ramah di Indonesia membuatnya mengalami kesulitan ketika pindah ke Jepang saat musim dingin. Setiap kegiatan yang dilakukan terasa berat dan menyebalkan.

Kesamaan masalah juga dilami Sabai dan Cilla. Setelah pindah dari Inggris yang memberi Sofia pengalaman berburu coat Burberry, di Korea ia harus mendapati jalanan yang kurang lebih menyeramkan. Kalau Cilla kesulitan karena driving license test di UK sangatlah sulit, di Korea Sabai berhadapan dengan sopir ugal-ugalan dan anak orang kaya yang mentang-mentang punya mobil keren jadi seenak nenek moyangnya di jalanan. Benar-benar ujian yang melatih kesabaran. Belum lagi karena kebiasaaan parkir sembarangan di Korea (karena keterbatasan lahan parkir) justru mendatangkan masalah bagi Sabai.

Selain dengan Sabai dan Arumi, Cilla juga memiliki kesamaan masalah kalau bisa dibilang begitu sih dengan Sofia. Hanya saja ini bukan tentang perubahan iklim atau jalanan yang ugal-ugalan, tapi dengan satu nama: Mita. Mita adalah teman Sabai di Australia yang dikenalkan pada Cilla saat ia menetap di UK. Hanya saja memang mereka memiliki cerita yang berbeda. Kalau Sofia bermasalah dengan sifat dan sikap Mita, Cilla bermasalah dan merasa tidak bisa cocok dengan cara teman barunya itu bergaul.

Tapi bukan hanya kesulitan saja yang mereka hadapi di negeri orang. Ada juga hal-hal menyenangkan seperti berjalan-jalan ketika musim gugur dan menghirup aroma dedaunan, dan ikut serta dalam peryaan Bangkok Shutdown seperti yang dialami Arumi di Thailand. Bangkok Shutdown adalah demo di Thailand yang lebih mirip persta rakyat. Ramai, meriah seperti konser akbar dan dapat didatangi siapa saja termasuk para turis. Gara-gara cerita ini saya jadi kepengen lihat Bangkok Shutdown juga.

Buku ini mengandung empat kisah dari semua tokoh yang ada dan setiap kali berpindah cerita dan negara selalu saja ada hal-hal menarik yang dibagi keempat tokoh tersebut. Selain itu, kita juga dapat merasakan gaya penulisan dan cara bercerita yang berbeda, benar-benar menggambarkan kalau buku ini juga ditulis oleh empat penulis berbeda pula. Tiap tokoh juga memiliki karakter masing-masing yang kuat.

Kesan menarik juga sudah terpancar dari sampulnya yang lucu dan eye catching. Landmark beberapa negara sejak awal sudah bikin saya penasaran untuk baca dan gambar-gambar kecil seperti tas, high heels, wajan, garpu, sendok dan lain-lainnya sangat menggambarkan bahwa buku ini akan bercerita tentang perempuan yang juga sebagai istri dan ibu bagi putra-putri dan keluarganya.

Dilengkapi dengan Fun Fact, buku ini sangat bermanfaat. Selain berfungsi sebagai bahan bacaan yang menghibur dan berisi pengalaman mengesankan, fun fact buat saya memang sangat dibutuhkan bagi novel-novel yang bersetting luar negeri. Beberapa buku yang pernah saya temui memang menggunakan catatan kaki, tapi penjelasan yang terdapat pada fun fact terasa lebih lengkap. Selain menambah wawasan dan pengetahuan juga dapat bermanfaat sebagai guide kita kalau suatu saat nanti berkunjung ke Skotlandia, Inggris, Korea, Thailand dan Australia.

Wander Woman mengajarkan banyak hal di antaranya adalah yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari: adaptasi. Adaptasi bukan berarti kita merubah diri kita menjadi orang lain, tapi bagaimana kita tetap menjadi kita dan tak kehilangan jati diri meski di tempat yang berbeda. Banyak sekali kita lihat di luar sana orang-orang yang berubah setelah tinggal di luar negeri mulai dari budaya bahkan gaya hidupnya, tapi keempat tokoh dalam buku ini membuktikan bahwa meski tanpa harus ikut-ikutan tren, mode, ikut-ikutan gaul ala Barat, mereka tetap bisa bertahan di negeri orang dan tidak dikucilkan dari lingkungan sosial dan pergaulan. Selain adaptasi, bersyukut juga adalah kunci kita dapat melewati hari-hari berat apalagi saat sedang berjauhan dengan keluarga.

Menurut saya "don't judge the book by it's cover" membuktikan kebenarannya lewat buku ini. Jangan menilai buku dari sampulnya. Jangan menilai sesuatu dari luarnya saja. Jangan menilai suatu negara dari image yang kadang digembar-gemborkan media. Buktinya, Korea Selatan yang terkenal sebagai salah satu negara tujuan wisata zaman sekarang, tidak hanya karena keberadaan industri musik dan eksistensi Drama Korea yang dielukan dimana saja, tapi juga karena kesan glamour yang terpancar ketika mendengar nama negara itu, juga memiliki kekurangannya di antaranya dalam hal parkir memarkir kendaraan. Begitu pula dengan Thailand. Demo besar-besaran yang dilakukan masyarakatnya, yang menurut media adalah hal paling menakutkan ternyata bisa menjadi momen tak terlupakan, momen jalan-jalan dan menikmati demo yang aman sambil jajan yang menyenangkan.

Meski ada beberapa hal yang saya harapkan dapat disajikan dalam buku ini namun tidak saya temukan (ini karena selera saja atau mungkin ekspektasi akan sesuatu jadi penilaiannya subjektif) buku ini sangat bermanfaat. Jadi saya kasih 4 bintang **** :)).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar