Catatan harian yang semakin renta dan tua

Kamis, 16 Februari 2017

[Ebook Review] BELLAMORE: A Beautiful Love to Remember By Karla M. Nashar

Judul Buku: BELLAMORE: A Beautiful Love to Remember
Penulis: Karla M. Nashar
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2007
Desain dan Ilustrasi Sampul: Martin Dima
Tebal Buku: 264 hlmn; 20 cm
ISBN-10: 979-22-2974-4
ISBN-13: 978-979-22-2974-5
Rating: 3/5

"But what do you do if you get horny?"
Demi Zeus dan para dewa Yunani lainnya!!! What is it with this man?
Pria di hadapanku ini, yang kukenal belum sebulan, bukan pacarku, bukan sahabatku, tidak juga punya hubungan darah pun denganku, hanya rekan bisnis, tapi ingin tahu apa yang kulakukan jika libidoku sedang naik ?!?!?!
He's got to be kidding me!!!!

Awalnya nama Fabian Ferdinandi bagiku sama artinya dengan kejengkelan tak berujung. Pria Italia itu sangat tahu bagaimana membuat seluruh sarafku menegang cepat dan membuat percakapan kami berakhir dengan kemarahan di pihakku. Namun yang paling menyebalkan adalah, Fabian sangat tahu bagaimana membuatku tampak seperti alien karena di usiaku yang sudah 27 tahun ini, aku memutuskan untuk tetap mempertahankan virginity-ku. Sesuatu yang menurutnya sangat absurd untuk wanita seperti aku.

Setidaknya begitulah. Sampai akhirnya waktu memisahkan dan mempertemukan kami lagi pada suatu pagi yang beku di Time Square. Namun seiring waktu berganti di New York, aku pun harus menghadapi kenyataan mengejutkan tentang Fabian. Dan perasaanku sendiri terhadapnya.

****

Fabian Ferdinandi seorang pria tampan asal Italia dipasangkan dengan Lanavera dalam sebuah proyek penting perusahaan. Fisik Fabian yang memang di atas rata-rata membuatnya langsung jadi pria favorit di kantor, namun kesialan bagi Lana, ia juga akhirnya jadi ikut-ikutan digosipi. Belum lagi pandangan Fabian padanya yang selalu penuh birahi.

Lana tahu, ia dibilang konservatif dan sok suci karena masih mempertahankan keperawanannya di zaman yang sudah semakin maju dan modern, tapi ia tidak peduli. Setidaknya sampai Fabian, si Italiano yang bukan siapa-siapa mulai mengorek-ngorek kehidupan peribadinya dan merasa heran dengan prinsip yang Lana pegang.

Perbedaan budaya memang dapat dimaklumi, tapi kalau sudah menyangkut urusan pribadi, Lana menolak diam. Alhasil, hampir setiap hari adu argumen antara mereka selalu terjadi - dengan Lana yang menjadi korban sakit hati. Humor Fabian terkadang berlebihan dan membuat Lana merasa dilecehkan.

Hingga suatu hari, peristiwa buruk terjadi. Yang Lana tidak mengerti, Fabian yang entah kenapa marah sekali padanya dan bahkan secara tiba-tiba ditarik kembali untuk bekerja di Roma. Bukan hanya pindah tugas, sikap Fabian juga jadi berubah kepadanya. Cuek dan menjaga jarak, padahal Fabian tidak tahu bahwa secara perlahan namun pasti, kejengkelan Lana terhadapnya telah berubah menjadi perasaan yang berbeda.

****

Sebenarnya saya tertarik baca buku ini karena sudah dipastikan akan ada banyak adu mulut antara dua toko yang pasti lucu untuk disimak. Akan tetapi, walau benar demikian, ketimbang lucu, setiap argumen yang terlontar antara Fabian dan Lana yang benar-benar teguh pada prinsipnya justru memberikan saya pemahaman baru tentang bagaimana menjaga prinsip hidup dengan benar. Seperti yang Lana lakukan. 

Disadari atau tidak, sekarang ini, kehidupan seks sudah bukan hal yang tabu lagi untuk diperbincangkan. Bahkan banyak sekali yang kita temui orang-orang yang tidak keberatan membicarakan hal tersebut dengan amat gamblang di hadapan siapa saja. Tema yang diangkat inilah yang membuat saya merasa bahwa buku ini jadi semakin menarik.

Namun, ternyata hanya setengah dari buku ini saja yang membahas hal tersebut. Bisa dibilang saya salah berekspektasi. Awalnya saya berpikir akan ada tendangan lebih karena mengingat konflik yang ditawarkan di awal bukanlah konflik biasa, prinsip hidup bukan hal yang bisa diremehkan, kan? Pergeseran konflik yang terjadi secara drastis membuat saya sedikit kaget dan agak kurang sreg. Walau memang dari judul saja sudah bisa ditebak bahwa buku ini murni kisah romance.

Selain itu, penurunan tingkat keceriaan (?) dan ketangguhan karakter Lana di pertengahan cerita bikin saya rasanya jadi kurang semangat membacanya.

Entah kenapa, setelah bab farewall tanpa kata cinta di Bandara, Lanavera jadi berubah menye-menye dan sering galau. Karakter Danny juga saya kurang suka, mungkin seperti Lana juga, saya sudah terhipnotis pada sifat humoris dan jahil Fabian yang kadang selalu bikin otak mendidih kepanasan.

Walau demikian, banyak sekali pesan yang dapat kita petik dari membaca buku ini, terutama dalam menghadapi derasnya arus pergaulan yang terkadang terasa menjadi menakutkan. Ada beberapa kutipan menarik yang saya ambil dari buku ini, yakni;

1. Memang benar putus cinta itu sangat menyebalkan. Namun lebih menyebalkan lagi kalau harus mengorbankan perinsipku semata-mata demi mengharapkan cinta dari seorang pria - hlmn 14

2. Tidak bolehkah seorang wanita memilih sampai menikah nanti hanya karena ia mau? Apa susahnya sih menerima itu? Sebegitu tabukah keputusan itu untuk seseorang di usiaku, sehingga Fabian seakan menatapku bak alien? - hlmn 47

3. Sulit memang dengan kondisi pergaulan saat ini untuk bisa teguh mempertahankan apa yang kita anggap benar. Beda sedikit langsung dianggap nggak gaul - hlmn 51

4. Kenapa sih sulit banget percaya bahwa pacaran bukan melulu soal seks? Haruskah hubungan asmara selalu dibarengi pemenuhan kebutuhan seksual? - hlmn 54

5. Memang nggak akan semudah itu membuat generalisasi dalam soal cinta. Tapi yang pasti, aku tidak terlalu setuju jika ada orang yang terlalu mengagung-agungkan cintanya yang telah tiada sehingga membuat dirinya terisolasi dari cinta lain yang mungkin akan datang dalam hidupnya nanti - hlmn 235

6. Kita bisa saja memberi tanpa harus mencintai seseorang, namun tidak mungkin kita bisa mencintai seseorang tanpa memberinya apapun - hlmn 250

3 komentar:

  1. trimakasi , alangkah baiknya template blog di ganti hehehhe, salam dari www.baruketik.com www.portal-islami.com

    BalasHapus