Catatan harian yang semakin renta dan tua

Sabtu, 18 Juni 2016

HelpNona Writing Contest: Jaga Diri dan Kehormatan untuk Derajat Mulia Sebagai Perempuan


http://www.helpnona.com/kabarnona/writing-contest-helpnona-2016 . - See more at: http://www.helpnona.com/kabarnona/writing-contest-helpnona-2016#sthash.BjgnCH3O.dpuf
Pacaran adalah suatu kesepakatan tak tertulis dari dua orang yang saling mencintai untuk menjalin sebuah hubungan atau ikatan emosional. Dilakukan atas dasar cinta, kasih sayang, keinginan untuk saling menjaga dan menguatkan, melindungi dan melengkapi.. Akan tetapi, dalam perjalanannya, banyak sekali kita temui hubungan yang tidak lagi berjalan dengan dasar yang ada, yakni cinta.

Di zaman yang semakin modern, pacaran sedikit banyak telah mengalami pergeseran makna dan fungsi. Yang tadinya karena cinta, kini berubah menjadi keinginan akan pemenuhan hasrat yang disebut-sebut sebagai kebutuhan dasar dalam mempertahankan kehidupan dan generasi. Hal inilah yang kemudian banyak memicu kekerasan fisik dalam pacaran.

Perempuan, siapa saja dia, bagaimana pun rupa dan tingkah lakunya, tidak ada yang akan rela dijadikan sebagai alat pemuas belaka. Oleh karenanya, ketika suatu hubungan sudah tidak dijalani dengan sehat, pihak perempuan pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan laki-laki yang dicintainya apa pun resikonya, salah satunya dengan tidak keberatan berperan sebagai pihak yang selalu mengalah. Hal inilah yang kemudian dapat memunculkan sikap sewenang-wenang dalam diri laki-laki yakni dengan melakukan Kekerasan Dalam Pacaran.

Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/kekerasan-dalam-pacaran-capai-1045-kasus.html

Sebenarnya, hal ini wajar. Perempuan mana saja pasti akan berbuat demikian. Akan tetapi, keputusan untuk pasrah terhadap apa yang dilakukan oleh pasangan, termasuk tidak keberatan dijadikan objek kekerasan adalah keputusan yang diambil berdasarkan kebutuhan emosional; tidak rela ketika segala yang dimiliki telah diberi lalu hanya untuk ditinggalkan dan keraguan untuk memulai hubungan baru dengan orang lain karena takut dia tak bisa menerima kondisi kita apa adanya. 

Padahal, jika dipikir secara logika, maka kita sebagai pihak yang pasrah akan menjadi yang paling salah dan dirugikan karena memilih untuk bertahan. 

Pertama, sebagai perempuan, kita dituntut untuk senantiasa menjaga diri kita sendiri. Apabila kita terjerumus pada sesuatu yang buruk, maka kita disimpulkan tidak dapat menjaga diri. 

Kedua, perempuan diwajibkan untuk selalu menjaga kehormatan. Jika kita bertahan semetara sadar bahwa telah terjerumus pada sesuatu yang tidak baik, maka kita telah lalai menjaga kehormatan.

Ketiga, perempuan memiliki derajat yang tinggi, oleh karenanya kita harus menjunjungnya. Ketika kita telah lalai menjaga diri dan kehormatan, kemudian kita berpasrah pada keadaan maka itu artinya kita telah merendahkan derajat kita dengan sendirinya.

Perempuan adalah makhluk yang mulia, diciptakan karena cinta dan kehadirannya selalu dirindukan. Menyejukan hati siapa saja dan pemberi kasih terbaik di dunia. Berpasrah dipukuli jelas salah. Apalagi dengan alasan “tak mungkin ia kutinggalkan, segala yang kumiliki telah kuberikan”. Sewajarnya kita menyadari mana yang salah, sewajarnya kita menyesali apa yang telah terjadi dan jalan keluarnya bukan dengan berpasrah dan patuh pada perintah dia yang ingin berkuasa. Sewajarnya kita menyayangi diri sendiri maka apa pun yang telah terjadi di masa lalu atau mungkin masih terus terjadi saat ini, jangan izinkan siapa pun untuk melukai, menyakiti, memukuli, memaki dan merendahkan derajat kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar