Catatan harian yang semakin renta dan tua

Minggu, 13 November 2016

[Review] Dilatasi Waktu By Rachmah Wahyu

Judul Buku: Dilatasi Waktu
Penulis: Rachmah Wahyu
Penerbit: Rafferty Publishing House
Editor: Ananda Nizma
Layout: Sari Maryandesti
Cover: MangaFox, Google
Genre: Novel Remaja, Detektif
ISBN: 978-602-74908-02
Rating: 3/5

BLURB

Saat masih SMP Shinta pernah kabur dari rumah karena sedih dan marah saat kedua orangtuanya bercerai. Karena kesulitan uang Shinta terpaksa melakukan tindak kejahatan seperti mencuri dan menipu. Saat itulah dia bertemu dengan seorang polisi yang menyadarkannya sehingga Shinta kembali berjalan di jalan yang benar. Shinta selalu berharap suatu saat bisa bertemu lagi dengan polisi itu lagi. Namun pertemuan mereka setelah empat tahun berlalu ternyata tidak sesuai dengan harapan Shinta.

ULASAN

Shinta, Ema, Gion dan Farel dikenal sebagai geng geblek untuk mata pelajaran Fisika. Mereka berempat sangat tidak menyukai Fisika, kalau kata Shinta belajar Fisika itu kurang kerjaan. Untuk apa menghitung energi dan kecepatan pergeseran suatu benda, tidak ada manfaatnya. Oleh karena itu, meski hari Minggu keempat murid SMA ini tetap harus ke sekolah untuk mengikuti pelajaran tambahan Fisika. Siapa sangka, penuturan Pak Beni, guru Fisika mereka yang baik hati justru mengubah pendapat keempat murid ini terhadap Fisika. Manfaat Fisika yang disampaikan Pak Beni membuat mereka kagum dan secara cepat suka dengan mata pelajaran sulit itu. Buat saya pribadi, Fisika juga sulit. Sama sulitnya dengan berharap cowok yang kita taksir peka terhadap perasaan kita :uhuk =))

Akan tetapi, tidak ada yang menyangka bahwa proses belajar mengajar yang berlangsung menyenangkan itu harus ditutup dengan adegan pembunuhan. Istri Pak Beni, Ibu Anissa ditemukan tewas di kamarnya saat keempat murid itu berniat melanjutkan belajar mereka di rumah Pak Beni karena merasa waktu yang mereka gunakan hari itu tak cukup panjang. Kematian Ibu Anissa itu pun segera ditindaklanjuti oleh polisi dan detektif yang bertugas. Meski sedih atas peristiwa yang menimpa Pak Beni dan istrinya, diam-diam Shinta bersyukur karena bertemu kembali dengan Iptu Raka, polisi baik hati yang pernah menolongnya saat ia kesusahan waktu mencoba kabur dari rumah orangtuanya empat tahun lalu. Bersama sang polisi, Shinta yang menyukai kisah detektif pun berusaha untuk menguak pembunuh Ibu Anissa dan menjebloskannya ke penjara.

Pertama-tama saya ingin menyampaikan apresiasi saya yang sangat besar terhadap penulis buku ini. Menurut saya pribadi, novel bergenre misteri atau detektif di Indonesia masih kurang digemari dan masih kalah dengan serial detektif apalagi yang berasal dari Jepang, Detektif Conan dan tentu saja kalah jauh dengan seri Sherlock Holmes. Penulisnya yang masih kurang dan pembaca yang cenderung melirik tulisan berbau detektif dan pembunuhan yang diterbitkan dari negeri seberang mungkin juga faktor tulisan bertema detektif di Indoesia tidak banyak yang beredar (atau mungkin saya yang kurang update juga).

Dilatasi Waktu adalah salah satu buku yang tergolong cerdas menurut saya pribadi dan menunjukkan kecintaan penulisnya terhadap cerita yang bergenre misteri. Menggunakan teori relativitas sebagai pengecoh dalam buku ini sangatlah menarik. Bagaimana pembunuh melakukan bagiannya sehingga alibinya memasuki kategori sempurna juga sangat saya sukai. Memang, cerita ini bisa dibilang menggunakan alur dan metode yang sedikit banyak mirip denga serial manga Detective Conan tapi penulis tetap memiliki ciri khas tersendiri. Di antaranya oleh beberapa penjelasan terkait hal-hal yang dianggap tidak masuk akal menggunakan penjelasan logis dari teori relativitas. Buku ini tidak hanya menitikberatkan pada cerita pembunuhan dan penguakkan tentang pembunuhnya tetapi juga mengangkat derajat mata pelajaran Fisika. Bukan berarti selama ini Fisika tidak keren hanya saja kebanyakan orang termasuk saya pun berpikir bahwa Fisika dalah ilmu yang melelahkan. Dari buku inilah saya pahami bahwa Fisika telah memberi banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian, penyisipan unsur roman dalam buku ini juga pas. Tidak merusak alur bahwa Dilatasi Waktu menitikberatkan pada pencarian siapa pembunuhnya bukan pada kisah cinta yang dilatarbelakangi kisah masa lalu. Pertemuan Shinta dan Iptu Raka saat Shinta masih sebagai pelarian menurut saya pribadi adalah bumbu yang mempebuat kisah cinta dalam buku ini terdengar logis dan masuk akal dan tidak menabrak jenis cinta pada pandangan pertama namun yang terjadi pada TKP (Tempat Kejadian Pembunuhan).

Mengapa saya mengatakan bahwa buku ini sedikit banyak mirip dengan alur Detective Conan, alasannya terletak pada begitu mudahnya Shinta memasuki area tempat kejadian perkara dan tidak adanya cegata dari pihak yang berwenang. Meskipun berstatus penulis kisah detektif terkenal tetap saja tidak aka semudah itu turut campur dalam kasus pembunhan apalagi masih berada di bawah umur dan pengawasan orangtua.

Bagian favorit saya dalam buku ini adalah penjelasan Dilatasi Waktu tentang cerita Ashabul Kahfi dan isra Mi'raj Nabi Muhammad. Saya tentu saja percaya kisah ini tapi teori relativitas yang menjelaskan kelogisan perjalanan dalam satu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu naik ke Sidratul Muntaha membuat rasa percaya saya bertambah kuat. Selnajutnya, tentu saja cara pembunuhan yang dilakukan si pembunuh. Cerdas dan menunjukkan betapa pembunuhnya sangat paham dengan apa yang dilakukannya. Bukan termasuk pembunuh abal-abal atau amatiran. Sepanjang membaca, saya juga ikut menebak-nebak siapa tersangka utama pembunuhan Ibu Anissa. Beberapa kejanggalan yang saya temukan dalam gerak-gerik tokoh yang ada juga membuat agenda membaca saya bertambah asyik. Saya jadi ikut-ikutan merasa menjadi detektif apalalgi saya berhasil menebak siapa pembubuh yang sebenarrnya meski tidak memiliki penjelasan yang lebih terdengar logis untuk bisa menjebloskannya ke penjara. Satu hal yang menjadi catatan kejanggalan yakni Jaket APALO 36 menurut saya pribadi kurang sreg. Sebenarnya untuk kelogisannya pas tapi agenda membuat jaket dengan logo yang sama tidak terpikir dalam kepala saya alagi jaket itu sudah sangat buluk dan hanya ada satu plus hampir tidak pernah dilepaskan pemiliknya.

Kekurangan lain yang saya temukan dalam buku ini adalah masih terdapat beberapa kesalahan penulisan dan sungguh sangat disayangkan terdapat halaman kosong pada halaman 76 :( dan penjelasan Bu Khus yang melihat Pak Doni mengetuk pintu rumah Pak Beni yang berubah menjadi Pak Doni mengetuk/masuk ke kamar Pak Beni. Selebihnya, saya suka dengan ceritanya dan menantikan cerita seru lainnya dari penulis dengan kasus yang mungkin bisa lebih banyak dan beragam :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar