Catatan harian yang semakin renta dan tua

Rabu, 22 Juni 2016

,
Judul Buku: Celia dan Gelas-gelas di Kepalanya
Penulis: Lugina W.G. dkk
Penerbit: Divapress
Tahun Terbit: 2016
Penyunting: Addin, Muhajjah, Misni
Peyelaras Akhir: RN
Ilustrator: Ferdika
Tata Sampul: Zizi
Tata Isi: Violetta
Pracetak: Antini, Dwi, Wardi
Tebal Buku: 256 hlmn; 14 x 20 cm
ISBN: 978-602-391-147-9



Celia tak pernah mengerti, mengapa Puffin tak bisa berhati-hati.
Ia menyenggol perabotan ke mana pun ia pergi; gelas beradu menyentuh lantai.... Prang!
Seingat Celia, dulu Puffin tak pernah bertingkah nakal.
Ia manis dan begitu lembut.

Namun, Celia kini terpaksa memarahi Puffin. Celia benci melihat pecahan gelas berhamburan. Ia sungguh benci terbangun di malam hari karena bunyi gelas-gelas bertumbukan.
Bermalam-malam ia dihantui mimpi pecahan kaca yang mengejarnya seperti gerombolan lebah.
Menyengat dan menancap di kepalanya seperti mahkota.
Celia dan Gelas-gelas di Kepalanya
(Lugina W.G)

Berisi cerita-cerita pendek pilihan dari para alumni yang diberi tajuk #KampusFiksiEmas2016 dalam rangka ulang tahun yang ketiga Kampus Fiksi pada tanggal 26 April 2016, mengusung tema tentang musik, film dan parfum, Celia dan Gelas-gelas di Kepalanya menghadirkan musik yang merdu, film yang menegangkan dan parfum yang sejenak memabukkan. Sebelum kita masuk pada isi buku, terlebih dulu kita simak apa itu Kampus Fiksi.

"Kampus Fiksi adalah pelatihan menulis fiksi (novel) yang diadakan sebulan sekali (2 hari) per angkatan di Yogyakarta. Seluruh peserta terpilih hanya perlu datang ke Jogja untuk pelatihan, semua biaya akomodasi (sudah termasuk jalan-jalan) kecuali tiket pesawat akan ditanggung oleh pihak penerbit dalam hal ini Divapress. Selain itu, peserta akan mendapatkan bingkisan, sertifikat dan prioritas penerbitan."


Keren, kan? Minat? Sama saya juga mauuuuuuu..... :'). Okay, kembali ke laptop.
Terdapat tiga belas cerita pendek pilihan dalam buku ini dan berhasil mencengangkan saya ketika membacanya. 

Wajah-wajah dalam Kaset Pita (Gin Teguh)
Tentang pengidap Prosophenosia atau Prosopagnosia yang menggunakan musik sebagai pengingat wajah-wajah orang-orang yang dicintainya. Adalah kisah hidup yang pahit namun dengan kisah cinta yang manis. Cerita ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga dan mengasihi orang-orang terdekat, keluarga apa pun kondisinya, bagaimana pun 'berbedanya' mereka dengan kita. Akan tetapi, saya kurang bisa menikmati ceritanya dikarenakan terdapat halaman kosong (cacat buku) pada halaman tiga puluh empat.

Fatwa Soal Lelaki dan Perempuan (Amaliah Black)
Mengandung pesan moral tentang bagaimana musik seharusnya digunakan, dinikmati serta bahwa batas antara laki-laki dan perempuan teramat jelas. Ditutup dengan ending yang berhasil membuat saya menjerit saking kagetnya. Cerita ini juga mengandung pesan bahwa Ibu - sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, terlebih bagi anak perempuan haruslah menjadi contoh yang baik dalam bersikap, bertutur dan berperilaku.

Lelaki yang Menyatakan Cinta dengan Menjadi Bayangan (Evi Sri Rezeki)
Bercerita tentang lelaki beraroma kayu gaharu yang mati-matian mencintai wanita beraroma mawar. Cintanya dibalas namun dilandasi kebohongan dan ambisi yang besar, serta pemanfaatan kualitas diri belaka. Cerpen yang berhasil membuat saya merinding.

Black Butterfly (Sugianto)
Bercerita tentang Danur yang begitu mengidolakan Charlotte Odengard, penyanyi dari negeri seberang. Ayah Danur yang tergabung dalam organisasi keagamaan menentang hal itu karena beranggapan bahwa musik yang disajikan oleh Odengard berpotensi besar membawa kita pada kesesatan. Pesan moral yang terkandung dalam cerita ini adalah bahwa musik tak selamanya hanya berjalan pada koridor menghibur atau pembawa pesan kebaikan dengan instrumen akan tetapi ia juga bisa menjerumuskan kita pada hal-hal yang tidak baik.

Celia dan Gelas-gelas di Kepalanya (Lugina W.G.)
Cerpen utama dalam buku ini dan juga merupaka favorit saya. Tentang Celia, gadis kecil yang belum mengerti apa-apa, yang karena kebohongan dan kesalahan orang tuanya berubah menjadi gadis yang menyedihkan cenderung penyiksa. Mengandung pesan bahwa sebagai orang tua, tak hanya menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya namun juga harus bisa menjaga mereka baik secara fisik maupun mental.

Dokumenter tentang Lelaki yang Menyekap "Seandainya" di Mulutnya (Eva Sri Rahayu)
Bahwa rasa marah yang dipendam dan menimbulkan dendam di dalam hati adalah penyakit yang mematikan.

Le Nozza di Figaro (Sayfullan)
Pertunjukan Opera yang mengingatkan seseorang akan peristiwa menyakitkan dan mengecewakan yang pernah ia alami dalam hidupnya, berlatar zaman Belanda cerita ini membuat saya membayangkan penampilan bak putri perempuan-perempuan bangsawan Indonesia zama dulu yang tentu saja berkebangsaan Belanda. Tentang kelicikan dan bagaimana politik digunakan dalam cinta demi keinginan untuk berkuasa.

Goodbye (Ghyna Amanda)
Perjalanan si tokoh utama dalam menelusuri masa lalu Sang Paman yang begitu mencinti musik rock semasa hidupnya. Sedikit mengandung hal mistis tapi saya menyukainya. Nggak seseram Conjuring 2 kok :))

Sepasang Mata Terakhir di Negeri Ini (Frida Kurniawan)
Cerpen favorit. Mengangkat tema tentang betapa kebobrokan bangsa sudah mendarah daging dan membuat siapa saja rela mencongkel matanya sendiri agar tidak perlu repot-repot lagi menutup mata apabila melihat ketidakadilan terjadi. Cerpen yang memotivasi akan kejujuran dan mencubit hati saya di saat yang bersamaan.

Cintalah yang Membuat Diri Betah untuk Sesekali Bertahan20 (Puput Palipuring Tyas)
Murni tentang cinta kalau menurut saya. Mengandung pesan bahwa apapun dalam hidup keputusan yang kita ambil harus dipertimbangkan sebaik mungkin apalagi tentang cinta. Bagi saya, sosok Day yang hadir bukanlah manusia nyata melainkan logika tokoh utama yang membantu membuatnya tetap sadar dan rasional menghadapi kemelut perasaannya.

Psikadelia (Farrahnanda)
Saya sempat mencari informasi tentang Psikadelia ini. Sekilas terdengar seperti nama bunga namun sama sekali bukan.Sama seperti psikotropika yang diakibatkan oleh zat-zat adiktif, psikadelik juga demikian. Zat Psikadelik termasuk bagian dari obat-obatan  yang lebih dikenal sebagai halusinogen, cenderung membelokkan dan memutar pikiran dengan cara-cara yang menghasilkan pengalaman yang secara kualitatif berbeda dengan kesadaran biasa (Kondisinya seperti orang melakukan meditasi atau bermimpi).

Jadi, Psikadelia adalah jenis musik yang dapat membuat kita berhalusinasi. Mungkin cerpen ini kurang lebih sama dengan cerepn Black Butterfly di atas, sama-sama membuat yang mendengarnya berhalusinasi akan tetapi pada Black Butterfly, musik yang ada juga berakibat pada tindakan tidak wajar bagi si pendengar.

Saya bertanya-tanya, apa ada musik yang seperti ini? Seolah mantra? Dan ternyata Led Zeppelin (saya tidak tahu musiknya tapi saya memiliki seorang teman yang merupakan penggemar Led Zeppelin - adalah salah satu band yang pada awal kemunculannya pada pada tahun 1968 mengusung musik Psikadelik (Sumber:  Apa Sih Musik Psikadelik?).

Meski memberikan efek yang sama seperti pada Cannabis, musik psikadelik adalah jenis musik yang ditujukan sebagai bentuk kebebasan berimajinasi.

Yang Menunggu di Dalam Cermin (Erin Cipta)
Cerpen favorit yang membuat saya menduga-duga siapa sebenarnya sosok penunggu yang dimaksud. Awalnya, saya pikir ini tentang seorang istri yang tidak disukai Ibu mertuanya, lalu tentang laki-laki yang depresi karena ditinggal mati lalu berhalusinasi bahwa perempuan yang ia cintai masih hidup. Tapi ternyata dugaan saya meleset. Ini adalah tentang pergeseran pikiran dalam hal gender.

Kisah yang Tak Perlu Dipercaya (Reni FZ)
Penutup yang memukau, berlatar Eropa dan mengingatkan saya akan salah satu Film yang diadaptasi dari novel Karya Stephaine Meyer, Twilight. Saya sangat menikmati ceritanya, seolah menonton di bioskop dengan lampu-lampu pada bersama Popcorn dan Soda Biru. Dan, meski tidak seperti yang saya duga (bahwa ini cerita Edward Cullen mini), ending-nya sangat saya sukai. Seperti judulnya, kisah ini memang tak perlu dipercaya.

Secara keseluruhan saya kagum dengan para alumni Kampus Fiksi yang bisa merangkum bagian-bagian kecil dalam hidup, masalah-masalah yang sering dipandang sepele ke dalam suatu cerita pendek yang sangat keren. Buku ini tak hanya memberikan pandangan baru tentang cara memaknai sesuatu tapi juga membuat saya termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas tulisan saya dalam cerita pendek.

Terima kasih kepada Divapress untuk kiriman bukunya (lagi-lagi saya dapat secara gratis, seperti novel-novel yang sudah saya review sebelumnya), btwm jangan ngiri yaa :p

I rate 4/5 for this book

Selasa, 21 Juni 2016

,
Sumber Gambar
“Senja selalu indah. Aku suka warna dan kehangatannya,” dalam remang cahaya purnama, aku berbisik di telingamu. Meski bukan pengangumnya, kau mengangguk setuju. 

“Suatu saat nanti, maukah kau menikmatinya bersamaku?” Di sela-sela kecupan bibir kita, aku bertanya.

“Tentu saja aku mau.” Jawabmu. “Kupastikan, itu akan menjadi sore terbaik yang pernah kau alami.”

****

Matahari nyaris menenggelamkan wajahnya. Kau, berbalut merah muda, berjalan dengan binar bahagia, tersenyum merekah bagai bunga, ke arahku. Kubalas senyumanmu tanpa enggan. Rasanya seperti sudah lama sekali kita tak bertemu. Jantungku pun berdebar-debar seolah ini kali pertama kita bertatap muka dan saling jatuh cinta.

Langkahmu kian dekat. Dua langkah lagi jarak, tubuhmu bisa kudekap. Aku sudah tak sabar. Rindu yang kusimpan sudah menumpuk dan menggunung. 

“Selamat datang, sayang. Aku rindu,” kau berujar mesra.

Lelaki yang kau sambut dengan mesra itu, yang mengenakan dasi meski bukan kupu-kupu, menyambut wajahmu dengan rengkuhan tangannya, mengecup ujung hidung dan bibirmu kemudian membalas “Aku juga merindukanmu, istirku.”

Setelahnya, kalian berlalu seraya berpesan “Jangan lupa parkir mobilnya, Mus.”

****

Sore itu, langit begitu merah. Senja membungkusnya dengan begitu bergairah. Jeritan terdengar di mana-mana. Sementara Mus, memandang hampa pada api yang kini melahap dan memanggang tubuh kekasihnya.


Sabtu, 18 Juni 2016

,
Gastrea menyerang bumi. Makhluk itu membawa racun yang berbahaya bagi keberlangsungan umat manusia. Siapa yang terkena virus Gastrea akan terinfeksi dan berubah wujud menjadi organisme baru. Untuk itu, Initiator hadir sebagai penyelamat. ‘Anak terkutuk’ yang terlahir untuk melawan Gastrea, didampingi Promoter untuk mengawasi agar tidak kehilangan kendali. Mereka disebut sebagai Harapan Terakhir Umat Manusia. Tergabung dalam Badan Keamanan Sipil Tendo, Satomi Rentaro berperan sebagai Promoter mendampingi Initiator Aihara Enju.  

Black Bullet adalah anime yang diadaptasi dari novel ringan karya Shiden Kanzaki dan diterbitkan oleh ASCII Media Works’s Dengeki Bunko Imprint, bergenre Action, Mystery, Sci-fi dan Seinen, diproduseri oleh Kinema Citrus, NBCUniversal Entertainment, Orange.

Menceritakan tentang bumi di masa depan yang diserang oleh monster, Black Bullet menyajikan adegan-adegan pertempuran yang dilengkapi dengan sejata-senjata modern

Kemunculan pria bertopeng misterius pada episode pertama membuat saya menduga bahwa ‘laki-laki itu akan menjadi musuh utama dalam anime ini’.  Akan tetapi, ketika pada episode kedua ia kembali muncul dan berujung pada pertempuran besar membuat saya kembali berpikir bahwa Black Bullet tidak hanya tentang bagaimana kita melawan kejahatan dan mempertahankan hak kehidupan yang kita miliki. Pertarungan tersebut adalah awal dari perjalanan yang sebenarnya.

Dan ternyata memang benar demikian. Black Bullet sesungguhnya bercerita tentang bagaimana kemunculan Gastrea di muka bumi telah membuat segala persoalan menjadi semakin rumit. Para Initiator yang disebut-sebut sebagai Harapan Terakhir Umat Manusia ternyata tidak diperlakukan sebagai penyelamat tapi justru diperalat untuk kepentingan lain yang dibumbui oleh hal-hal berbau politik dan keinginan untuk berkuasa.

Secara seni, grafis dan animasinya saya tidak pandai menilai, tapi saya suka dengan desain karakter yang ada dalam anime ini. Pencahayaannya juga sangat bagus, tidak menyakitkan mata. Sedangkan untuk soundtrack, karena saya adalah tipe orang yang lebih mengutamakan cerita, jujur saja saya tidak terlalu memperhatikan soundtrack-nya.

Seperti pada beberapa anime action yang pernah saya tonton, Black Bullet juga memberikan fan service (khususnya untuk laki-laki). Karakter lolicon dan sedikit nuansa ecchi ada dalam anime ini tapi dengan porsi yang tidak berelebihan sehingga tidak menjadi pedistraksi alur cerita yang menyebabkan Black Bullet berubah menjadi anime harem yang terkadang membosankan (saya memang kurang suka dengan anime harem haha). Untuk chara favorit, pilihan saya jelas jatuh pada pasangan Promoter dan Initiator utama yakni Satomi Rentaro dan Aihara Enju. Kekompakkan keduanya sedikit banyak membuat saya iri. Meskipun sikap Enju cenderung ‘rada-rada’, kedekatannya dengan Rentaro yang bagaikan kakak dan adik kandung membuat saya yang tidak memiliki kakak laki-laki berandai-andai bahwa pasti akan bahagia sekali jika kita memiliki seseorang yang senantiasa sedia melindungi dan berjuang dalam keadaan apa pun.

Secara pribadi, permainan emosi yang ada dalam anime ini sangat saya sukai. Meski alurnya terkesan cepat, saya tetap bisa menikmati dan memahami keseluruhan ceritanya. Akan tetapi, adegan berdarah-darahnya agak sedikit mengganggu. Saya sangat tidak menyarankan menonton Black Bullet sambil makan, karena pasti akan membuat mual.

Pesan moral dari anime ini adalah kita diajak untuk senantiasa menghargai perbedaan dan tidak melakukan diskriminasi terhadap orang-orang yang menurut kita ‘berbeda’.
,

http://www.helpnona.com/kabarnona/writing-contest-helpnona-2016 . - See more at: http://www.helpnona.com/kabarnona/writing-contest-helpnona-2016#sthash.BjgnCH3O.dpuf
Pacaran adalah suatu kesepakatan tak tertulis dari dua orang yang saling mencintai untuk menjalin sebuah hubungan atau ikatan emosional. Dilakukan atas dasar cinta, kasih sayang, keinginan untuk saling menjaga dan menguatkan, melindungi dan melengkapi.. Akan tetapi, dalam perjalanannya, banyak sekali kita temui hubungan yang tidak lagi berjalan dengan dasar yang ada, yakni cinta.

Di zaman yang semakin modern, pacaran sedikit banyak telah mengalami pergeseran makna dan fungsi. Yang tadinya karena cinta, kini berubah menjadi keinginan akan pemenuhan hasrat yang disebut-sebut sebagai kebutuhan dasar dalam mempertahankan kehidupan dan generasi. Hal inilah yang kemudian banyak memicu kekerasan fisik dalam pacaran.

Perempuan, siapa saja dia, bagaimana pun rupa dan tingkah lakunya, tidak ada yang akan rela dijadikan sebagai alat pemuas belaka. Oleh karenanya, ketika suatu hubungan sudah tidak dijalani dengan sehat, pihak perempuan pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan laki-laki yang dicintainya apa pun resikonya, salah satunya dengan tidak keberatan berperan sebagai pihak yang selalu mengalah. Hal inilah yang kemudian dapat memunculkan sikap sewenang-wenang dalam diri laki-laki yakni dengan melakukan Kekerasan Dalam Pacaran.

Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/kekerasan-dalam-pacaran-capai-1045-kasus.html

Sebenarnya, hal ini wajar. Perempuan mana saja pasti akan berbuat demikian. Akan tetapi, keputusan untuk pasrah terhadap apa yang dilakukan oleh pasangan, termasuk tidak keberatan dijadikan objek kekerasan adalah keputusan yang diambil berdasarkan kebutuhan emosional; tidak rela ketika segala yang dimiliki telah diberi lalu hanya untuk ditinggalkan dan keraguan untuk memulai hubungan baru dengan orang lain karena takut dia tak bisa menerima kondisi kita apa adanya. 

Padahal, jika dipikir secara logika, maka kita sebagai pihak yang pasrah akan menjadi yang paling salah dan dirugikan karena memilih untuk bertahan. 

Pertama, sebagai perempuan, kita dituntut untuk senantiasa menjaga diri kita sendiri. Apabila kita terjerumus pada sesuatu yang buruk, maka kita disimpulkan tidak dapat menjaga diri. 

Kedua, perempuan diwajibkan untuk selalu menjaga kehormatan. Jika kita bertahan semetara sadar bahwa telah terjerumus pada sesuatu yang tidak baik, maka kita telah lalai menjaga kehormatan.

Ketiga, perempuan memiliki derajat yang tinggi, oleh karenanya kita harus menjunjungnya. Ketika kita telah lalai menjaga diri dan kehormatan, kemudian kita berpasrah pada keadaan maka itu artinya kita telah merendahkan derajat kita dengan sendirinya.

Perempuan adalah makhluk yang mulia, diciptakan karena cinta dan kehadirannya selalu dirindukan. Menyejukan hati siapa saja dan pemberi kasih terbaik di dunia. Berpasrah dipukuli jelas salah. Apalagi dengan alasan “tak mungkin ia kutinggalkan, segala yang kumiliki telah kuberikan”. Sewajarnya kita menyadari mana yang salah, sewajarnya kita menyesali apa yang telah terjadi dan jalan keluarnya bukan dengan berpasrah dan patuh pada perintah dia yang ingin berkuasa. Sewajarnya kita menyayangi diri sendiri maka apa pun yang telah terjadi di masa lalu atau mungkin masih terus terjadi saat ini, jangan izinkan siapa pun untuk melukai, menyakiti, memukuli, memaki dan merendahkan derajat kita.

Senin, 13 Juni 2016

,

Akhirnya dengan berat hati Vivian rela diantar oleh Rafael ke kantor. Waktu juga sudah menunjukkan jam enam lebih empat puluh lima menit dan Vivian pasti akan terlambat jika menolak tawara Rafael. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara. Vivian bungkam, sedangkan Rafael tidak berani memulai pembicaraan. Sebenarnya, bukan tanpa maksud ia memberikan tawaran tumpangan untuk ke kantor bagi Vivian, jelas dia punya maksud lain. "Iya gue tahu saat ini gue emang sedang memperlakukan Ivy sebagai keset kaki:", tapi Rafael tidak punya pilihan lain. Hanya Vivianlah yang dapat membantunya untuk mendapatkan Nindy kembali.

Jengah dengan kebisuan, akhirnya Rafael membuka suara. "Vy!" Panggilnya.

"Hmmm..." hanya gumaman yang keluar dari bibir Vivian.

"Malem minggu nanti, perusahaan gue ngadain acara. Yah perayaan kecil-kecilan sih, gue menang tender besar. Dan sebagai partner in crime yang baik hati, gue bermaksud mengundang lo untuk hadir di acara itu.... sebagai tamu kehormatan." Akhirnya Rafael menjelaskan maksudnya. Tentu saja dengan berusaha tidak menyelipkan kata 'tolong' ke dalamnya. Rafael tidak pernah membayangkan bagaimana reaksi Vivian jika sampai ia mengucapkan kalimat "Vy, di kantor ada acara. Lo mau nggak nemenin gue hadir?" Mungkin Ivy akan sujud syukur!

Dalam hati Vivian mencibir. Huh! Dasar kucing! Udah gue duga ni anak pasti ada maunya sampe bela-belain mau nganter gue ke kantor segala." Diliriknya Rafael sekilas dan berkata tegas "Sorry, gue nggak tertarik buat jadi tamu kehormatan di perusahaan lo!"

Rafael tidak tersinggung. Ia malah kembali melanjutkan "Eits! Jangan nolak dulu. Ini undangan khusus Vy dan lo sebagai TAMU KEHORMATAN, loakan dapat bonus dijemput oleh Rafael Pradipta yang tampan sejagat raya."

-_______________-

"Plus bebas gandeng tangan gue sepuasnya!" Buru-buru Rafael menambhkan sebelum Vivian kembali menolak. Ia yakin, promosi-nya terhadap dirinya akan sukses. Perempuan mana yang nggak mau sama Rafael Pradipta? Ehm... kecuali kalau saingannya Fay Bara Putra sih, dalam hati Rafael mengutuk fakta itu dan Nindy Paramitha, kekasih for the rest of life-nya dengan apesnya malah termakan jampi-jampi Bara.

Wajah Vivian langsung berubah sumringah. Matanya memancarkan binar kekaguman, tapi secepat kedipan mata Rafael, binar itu segera lenyap, berganti wajah sedih yang diikuti kalimat "mohon maaf yang sebesarnya Pak Rafael, saya nggak mau kena penyakit kusta kalo gandengan sama Bapak."

Sial!

****
Sebuah undangan berwarna silver dengan kesan elegan diterima Nindy dengan wajah heran. Apalagi setelah melihat nama pengirimnya. Dari perusahaan Rafael. Undangan apa? Perlahan ia membuak undanga tersebut, dan selanjutnya, sebuah ide cemerlang langsung menancap di dalam kepalanya. Ini akan jadi kesempatan besar yang menyenangkan!

Segera diambilnya ponselnya dan mengetikkan sebuah nama di kolom phonebook-nya dan menekan gambar telepon berwarna hijau. Panggilannya diangkat pada dering ketiga.

"Hallo... Bara..."

****

"Vy... mama dengar perusahannya Rafael mau ngadain acara ya?" Seperti biasa, setiap weekend Vivian selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Meski sudah bisa membiayai hidup sendiri bahkan memilih untuk tinggal mandiri di apartemen, Vivian sama sekali tidak pernah berpikir untuk lepas dari kedua orangtuanya secara total. Karena bagaimana pun juga, keduanya sudah tidak lagi muda dan hanya Vivian yang mereka miliki. Sebisa mungkin Vivian ingin berusaha ada untuk mama dan papanya, seperti dulu saat mereka selalu menyayangi dan melindunginya. Jika anak adalah harta paling berharga bagi orang tua yang harus selalu dilindungi, maka orangtua adalah harta anak yang harus senantiasa dijaga. Hanya itu yang bisa dilakukan untuk membalas budi mereka, meski itu tidak akan pernah senilai dengan apa yang telah mereka lakukan dan korbankan.

"Iya ma. Ael ngasih tahu aku tadi pagi." Jawab Vivian sambil terus melanjutkan aktivitasnya menonton Spongebob di televisi. Mendengarnya, mama tersenyum.

"Mama senang kamu mau mencoba untuk mengenal Rafael lebih dekat. Mama harap, semuanya dapat berjalan lancar, ya, Nak." Memang, di depan kedua keluarga, Rafael dan Vivian bersikap seolah mereka benar-benar menyetujui rencana perjodohan mereka. Setidaknya untuk sementara hingga Rafael mendapatkan apa yang dia inginkan dan Vivian dapat terbebas dari belenggu laki-laki itu. Mama dan Papa juga pasti akan menolak menikahkan putri kesayangan mereka dengan laki-laki yang jelas-jelas mencintai dan menjalin hubungan dengan wanita lain. Maka dari itu, mau tidak mau Vivian juga harus membantu Ael untuk mendapatkan Nindy kembali. Serasa babu, tapi itu setimpal untuk masa depan cerah yang menantinya.

"Jangan berharap terlalu banyak, Ma. Vivian nggak bisa janji apa-apa." Vivian tidak mau Mamanya berekspektasi terlalu tinggi perihal hubungannya dengan Rafael. Karena bisa dipastikan apa yang mereka harapkan tidak akan mewujud sebagai kenyataan. Perlahan mama mengusap rambut panjang Vivian, memberikan tanda pengertian tanpa disuarakan.

"Kamu diundang, nggak sama Rafael?" Mama bertanya lagi. Vivian rasanya ingin berbohong saja, tapi seperti yang dikatakan Rafael tadi pagi, laki-laki itu akan menjemputnya ba'da maghrib. Jadi, lebih baik dia jujur  meski nanti ia akan tetap menolak undagan itu dan menyuruh Rafael pergi sendirian. Toh dia sudah menolaknya, siapa suruh Ael maksa!

"Iya ma diundang." Jawab Vivian pendek.

"Acaranya jam berapa?"

"Jam tujuh lima belas."

Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul lima sore sementara Vivian sama sekali belum siap-siap. Mama langsung saja heboh. "Kok kamu belum siap-siap? Udah jam lima loh, Vy. Kalau Rafael jemput dan kamu belum ngapa-ngapain kan kasihan nanti telat ke acaranya. Nggak lucu dong tuan rumah malah terlambat bla...bla...bla..."

"Aku nggak ikut ma!"

Cerocosan mama langsung berhenti. "Kenapa?"

"Vivian capek. Mau istirahat aja di rumah."

"Kan tadi kamu udah istirahat. Sabtu nggak masuk kantor. Udah sana cepet siap-siap!"

"Tapi maa....."

"Nggak ada tapi-tapian. Cepet siap-siap!"

****

Pukul 18.15!

Rafael memencet tombol bel di depan pagar rumah Vivian yang segera saja dibukakan oleh pembantu rumah tangga keluarga gadis itu! Ia dipersilakan masuk dan disambut oleh 'calon mertuanya' dengan wajah berseri.

"Langsung ke atas aja Nak Rafa. Vivian ada di atas. Kalau tante yang manggilin bakal lama dia turunnya."

Rafael mengucap terima kasih lalu bergegas ke lantai dua. Diketuknya pintu kamar Vivian...
"Vy... ini gue." Panggilnya.

"Buka aja. Pintunya nggak dikunci." Sekilas Rafael ragu. Ini beneran Vivian nyuruh dia masuk saat lagi ganti baju? Ah bodo amat!

Akan tetapi, apa yang menyambutnya kemudian benar-benar nyaris membuatnya pingsan! VIVIAN MASIH ASYIK BERKUTAT DENGAN HAIRDRYER-NYA!"


Kamis, 09 Juni 2016

,
Selamat menunaikan ibadah puasa semuanyaaa...
Setelah kemarin membuat gebrakan *duileh dengan menulis review buku, kali ini saya juga kembali dirasuki hantu yang suka mengabadikan hobi dalam tulisan. Saya ingin mempersembahkan salah satu Drama Korea (tontonan favorit) yang benar-benar keren, judulnya Signal.


 Drama: Signal
Revised romanization: Sigeuneol
Bahasa Korea: 시그널
Sutradara: Kim Won-Suk
Pemain Utama: Lee Je Hoon, Kim Hye Soo, Jo Jin Woong
Jumlah Episode: 16
Jaringan Broadcast: tvN
Periode Tayang: 22 Januari – 12 Maret 2016
Tayang Setiap Hari Jumat dan Sabtu Pukul 20:30 (KST)

Pemeran Utama
Lee Je Hoon sebagai Park Hae Young
Kim Hye Soo sebagai Cha Soo Hyun
Jo Jin Woong sebagai Lee Jae Han

Menggambarkan tentang kisah detektif sekarang dan detektif masa lalu yang berkomunikasi melalui walkie-talkie untuk memecahkan kasus lama yang belum terpecahkan.


Berawal dari Park Hae Yong yang tiba-tiba saja mendapat transmisi radio aneh, mengabarkan penemuan mayat di belakang Rumah Sakit Jiwa oleh Lee Jae Han, kasus-kasus yang tak terselesaikan atau diselesaikan tidak dengan cara yang semestinya pun kembali dibuka. Kasus-kasus itu dinamai Kasus Dingin. Peristiwa-peristiwa kriminal di masa silam yang telah lama ditutup. Kasus penculikan, perampokan, pembunuh berantai, pemerkosaan hingga pada kasus yang melibatkan pejabat tinggi Negara pun terkuak, muncul kembali ke permukaan dengan fakta-fakta lama yang dulunya ditutupi atau bahkan dimusnahkan demi kepentingan pribadi.

Jika dibaca dari sinopsisnya, drama ini adalah drama yang sedikit banyak sulit diterima oleh logika. Komunikasi detektif masa lalu dan masa sekarang menggunakan walkie talkie. Benar-benar tidak masuk akal. Tapi, Signal adalah salah satu drama misteri terkeren yang pernah saya tonton. Cerita bergenre misteri  yang berkembang dengan sangat baik, tidak monoton atau pun membosankan.

Episode pertama, kita akan disuguhkan dengan kasus krimial yang sudah lumrah dan sering kita temui di maa-mana. Kasus penculikan anak. Sekilas, kasusnya hanya seperti kasus biasa. Penculik yang meminta tebusan agar keselamatan sang anak dapat terjamin. Tapi, Signal memberikan kejutan tentang bagaimana kebutuhan akan uang dapat membuat seseorang berbuat kejam dan menakutkan. Disinilah saya sebagai penonton menemukan sisi menarik dalam drama ini. Ending-nya juga keren, bikin pengen langsung lanjut ke episode dua.

Di episode kedua, semangat saya untuk menonton turun. Awalnya, sempat ada rasa sedikit kecewa, membayangkan bahwa penculik yang sebenarnya tidak akan bisa ditangkap dikarenakan peraturan yang telah lama ditetapkan dan dijadikan acuan oleh pemerintah, tapi ternyata tidak. Ada kejutan tidak terduga yang entah luput dari perhatian saya atau memang disimpan sebagai senjata pamungkas yang membuat rasa kecewa itu seketika terbayar oleh perasaan lega tidak terkira. 

Baru dua episode emosi saya sudah dibuat jungkir balik. Point plus banget, berhasil mengajak perasaan penonton untuk ikut tergabung di dalamnya.

Perkembangan kasus-kasus selanjutnya pun nggak kalah keren. Kasus pertama yang sudah berhasil memukau saya hanyalah bagian kecil Kasus Dingin yang coba untuk kembali diungkap kebenarannya. Sejak awal, saya sudah menduga ujung dari drama ini akan kemana tapi di episode 6-7 kita kembali disuguhkan kejutan besar yang merupakan inti atau penyebab bagaimana bisa peristiwa-peristiwa kejahatan penting yang seharusnya mendapat penyelesaian yang adil, di masa lalu tidak dapat dipecahkan dengan sempurna bahkan berantakan.

Memasuki episode belasan, beberapa hal kecil yang sebenarya besar terkait menumpuknya Kasus Dingin sedikit  demi sedikit sudah mulai terungkap dan ini menjadi bagian yang paling seru. Cerita tidak lagi hanya usaha untuk 'mengungkap' tapi juga semakin berkembang menjadi pengungkapan dan kompetisi untuk memenangkan kebenaran.

Drama ini recommended banget. Meski bergenre misteri, selipan komedi untuk mencaarikan suasana dan kisah cinta untuk mempermanis cerita tidak dilupakan, yang kesemuanya sama sekali tidak mengganggu inti cerita yang sebenarnya. Dan, selain diajak berteka-teki menggunakan logika dan emosi, kita juga diberi kesempatan untuk meresapi berbagai macam hal dalam hidup. Ada banyak sekali pesan-pesan tersirat yang dibawa. Tentag arti kejujuran, keluarga, sahabat, cinta, kasih sayang, bagaimana memaknai kebersamaan, waktu hidup yang hanya sebentar....

I rate 5/5 for this drama :D


Rabu, 08 Juni 2016

,
Judul Buku: The Chemistery of Marriage
Ditulis Oleh: Asri Tahir
Penyunting: Lia Linawati
Ilustrasi, Perancang sampul dan isi: L.L
Penerbit: CV. Prima Anugerah Abadi
Tahun Terbit: 2016
Tebal Buku: 13 cm x 19 cm, 352 Halaman
ISBN: 987-602-70121-2-7

****

Gadisa Elora

"Dia seperti bintang di langit: indah dilihat tapi tidak untuk dimiliki."
Aku selalu berpikir seperti itu tentang Rangga.
Dalam diam, aku mengaguminya.
Cukup aku yang tahu...karena hanya menunggu waktu.
Mungkin sebentar lagi, aku jatuh dalam pesonanya.

Rangga Abimanyu

"Wanita mana pun boleh, tapi yang bekerja di GreenLine terlarang."
Sejak pertama kali saya bertemu Gadisa, dia mencuri perhatian saya dengan sikap yang apa adanya. Demi dia, saya melanggar prinsip yang saya buat. Tapi Gadisa dengan keras kepalanya menampik baik perasaan saya ataupun yang dia rasa. Butuh kesabaran juga waktu, agar Gadisa menerima sayalah pria di hatinya.
Untuk dia, saya akan terus menunggu.

Mereka dua orang yang terikat pernikahan, yang mana saing meragu atas perasaan juga arti kebersamaan mereka. Namun, waktu memberikan mereka kesempatan untuk meyakinakan bahwa yang mereka rasa adalah nyata.

****

Review ketiga!!!
Alhamdulillah tahun 2016 benar-benar berkah. Semakin hari saya semakin memiliki banyak bahan bacaan. Kali ini saya akan me-rivew salah satu novel romance yang dalam sejarah perjalannya merupakan salah satu novel yang menyabet gelar famous di Wattpad; The Chemistery of Marriage.

Awalnya, keinginan Rangga untuk menikahi Gadisa hanya didasarkan pada bentuk tanggung jawab yang dirasa perlu dilakukan untuk menyelamatkan martabat dan harga diri Gadisa, namun penolakan yang berkali-kali Gadisa lakukan - karena menganggap hal itu tidak perlu, juga perasaan sedikit tidak rela jika tidak dinikahi atas dasar cinta membuat Rangga Abimanyu mati-matian mengejar gadis itu, hingga melanggar prinsip sendiri untuk tidak menikahi karyawan GreenLine, prinsip yang telah lama ia pegang.

Usaha itu membuahkan hasil. Akad pun dilangsungkan tanpa ada unsur paksaan di dalamnya. Gadisa akhirnya menerima lamaran Rangga dan mereka pun resmi menjadi suami istri yang sah. Akan tetapi, perjalanan rumah tangga mereka berdua tidak semulus yang dibayangkan. Berbagai cobaan datang menimpa yang hampir saja menggoyahkan biduk rumah tangga keduanya.

Pernikahan bukanlah hal yang main-main. Ini adalah salah satu dari sekian banyak pelajaran penting yang saya peroleh dari membaca buku ini. Keputusan untuk memulai kehidupan yang baru dengan status suami/istri orang adalah merupakan bentuk tanggung jawab terhadap diri juga keluarga. Oleh karenanya, buru-buru menikah sebaiknya dihindari. Perjalanan rumah tangga Rangga Gadisa adalah salah satu bentuk pelajaran dan nasihat perkawinan yang dikemas dalam bentuk kisah cinta yang manis. Penulis telah berhasil mnyampaikan pesan-pesan tentang pernikahan dengan  cara yang tidak membosankan.

Jujur saja, awalnya saya bertanya-tanya bagaimana cerita ini akan berujung pada pernikahan kedua tokoh utama, karena hingga pada halaman ke 100, belum ada tanda-tanda bahwa alur cerita akan mengarah kesana, dan ini adalah salah satu bagian yang saya suka. Meski cerita tentang pernikahan keduanya adalah bagian utama yang penting dan paling ditunggu-tunggu, tidak banyak cerita tentang pernikahan yang prosesnya mengalir. Kebanyakan, novel yang mengangkat tema tentang pernikahan selalu membawa ide tentang perjodohan atau kesepakatan kedua belah pihak hanya karena ingin mengambil keuntungan satu sama lain atau tidak ingin dirugikan apabila keduanya tidak menikah. Dalam novel ini, saya bersyukur karena mereka menikah bukan karena keterpaksaan seperti demikian. Pernikahan tidak main-main!

Akan tetapi, yang sangat disayangkan adalah masih terdapat banyak kesalahan kecil yang bagi saya fatal karena untuk pembaca yang teliti, kesalahan-kesalahan tersebut sedikit banyak telah mengurangi keindahan dari cerita ini. Banyaknya typo atau kesalahan penulisan dan juga tanda baca yang tidak tepat tidak seharusnya terjadi pada novel yang telah diterbitkan dan dipasarkan. Bisa dibilang typo-nya bertaburan. Kesalahan tersebut saya temukan antara halaman 28 - 331 dari ketebalan buku yang berjumlah 352 halaman.

Meskipun demikian, esensi dari cerita ini tidak berubah. Novel ini tetap memberikan pesan-pesan berharga; tentang rasa percaya, tanggung jawab, kesabaran, keikhlasan, penerimaan, keterbukaan, memaafkan dan kasih sayang. Berikut bebrapa kutipan favorit saya dalam buku ini:
  • Tidak ada yang lebih menyakitkan hati seorang Ayah ketika anak perempuan yang djaga dan dicintainya, dianggap remeh oleh orang lain - hlmn 156
  • Kadang dalam hidup, sekali-sekali manusia memang harus mengambil keputusan random. Keputusan yang terlihat gila tapi justru sebenarnya mempertaruhkan banyak hal dalam hidupnya - hlmn 185/186.
  • Kalau jodoh, pasti akan menemukan dan ditemukan! Sudah ada jalur khususnya - hlmn 267
  • Suami istri itu harus tetap bersama apa pun yang terjadi - hlmn 293
  • Kesabaran itu akan semakin bertambah seiring cinta yang tumbuh - hlmn 299
Saya beri 3 bintang dari 5 ***/*****