Catatan harian yang semakin renta dan tua

Selasa, 21 Maret 2017

My Best Friend and Motivation

Berbicara  soal cinta, kasih-mengasihi dan sayang menyayangi, semua orang pasti memiliki perasaan ini bahkan anak kecil yang belum mengerti maknanya. Setiap orang tanpa kecuali tentu saja memiliki perasaan sayang yang tersimpan dalam hatinya bagi orang-orang terdekatnya. Orangtua, kakak dan adik tercinta, kekasih pujaan hati, sahabat terbaik yang selalu berusaha mendampingi dalam berbagai keadaan, siapa saja. Untuk saya sendiri tentu saja orangtua selalu masuk dalam daftar teratas dua orang yang amat penting dalam hidup saya, namun Vika Anindya Mokodompit, satu-satunya adik yang saya miliki, yang usianya terpaut empat belas tahun dari saya, yang kehadirannya tidak diduga-duga – bahkan mungkin hampir tidak diharapkan karena berpikir bahwa Mama saya tidak akan punya anak lagi, adalah adik yang teramat saya sayangi.


Ia lahir tanggal 16 April 2009 saat saya duduk di bangku kelas XII SMK dan tinggal jauh dari orangtua. Jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh membuat saya harus tinggal dan menetap di asrama sekolah selama kurang lebih tiga tahun lamanya, hanya bisa pulang saat libur semester. Kini ia sudah duduk di bangku kelas II SD, sebentar lagi genap berusia delapan tahun dengan bobot pipi yang terlalu chubby dan berat badan yang agak mengkhawatirkan, empat puluh enam kilogram dan tinggi mencapai 140 cm! Terlalu sehat untuk anak seusia dia, tapi melihat kelincahannya dalam mengikuti berbagai kegiatan olahraga membuat kami sekeluarga tidak terlalu khawatir lagi. Beberapa kali sudah sempat konsultasi ke dokter juga dan pihak dokter mengatakan bahwa ia masih dalam masa pertumbuhan, kelak berat badannya akan turun dan normal, meski saya  yakin bahwa nanti ia akan setinggi galah, mengalahkan tinggi badan saya.

Awal-awal tahu kalau mama saya hamil, saya dilanda dilema anak tunggal gagal. Di satu sisi saya senang karena akhirnya akan ada bayi di rumah tapi di sisi lain saya merasa tidak rela. Bayangan akan kasih sayang yang akan terbagi dan perhatian yang akan tercuri menghantui benak saya, membuat saya terkadang iri dengan kelucuan dan kecerdasannya yang memang sudah terlihat sejak kecil. Orangtua saya pasti akan lebih sayang padanya dibanding saya!

Namun ternyata pikiran negatif saya itu tidak terbukti. Mama dan papa memang jauh lebih memperhatikan Vika karena usianya yang masih kecil dan memang lebih butuh perhatian namun sama sekali tidak mengurangi kadar dan porsi perhatian mereka terhadap saya. Secara perlahan namun pasti, saya pun merasa bahwa rasa sayang saya terhadap Vika pun bertambah dan menumpuk setiap harinya.

Adik Kecil yang Besar

Karena porsi makan yang tidak sedikit sejak bayi, Vika tumbuh menjadi anak yang ‘besar’. Gendut adalah kata yang pas bersanding dengannya tapi karena ia tak suka dipanggil demikian maka saya akan menggantinya dengan kata chubby. Melihat perkembangan tubuhnya yang begitu sehat saya selalu merasa gemas dan terhibur kapan pun melihatnya. Polahnya yang lucu, pipinya yang gembil dengan mata sipit dan hidung agak pesek, celana pendeknya yang muat di pinggang saya, keusilannya membongkar perelngkapan make up saya membuat saya sering dibuat tertawa dan merindukannya.

Sahabat yang Mengasyikkan untuk Bertukar Cerita

Selain chubby, Vika adalah anak kecil yang cerewet dan selalu punya banyak cerita. Seperti kebiasaan yang Ayah saya berikan terhadap saya – membacakan dongeng menjelang tidur, Vika juga mendapat perlakuan yang sama. Dan ketika saya pulang, dongeng-dongeng tersebut akan kembali ia ceritakan dengan berbagai ekspresi menggemaskan. Ia pun selalu punya banyak cerita seru tentang sekolah, teman-teman dan aktivitas hariannya, hingga keusilannya pada Papa dan nenek saya. Saya yang jauh di perantauan pun menjadi sangat terhibur ketika bertukar cerita lewat telepon dengannya. Rasa sepi karena hidup sendiri pun terobati, terasa seperti pulang walau sebenarnya cuma ngadem di kos-kosan.

Selalu Meneladani Hal-hal Positif yang Saya Lakukan

Terlahir sebagai adik yang punya jarak usia cukup jauh dari kakaknya, Vika – tanpa diminta, selalu menjadikan saya sebagai kiblat dalam melakukan sesuatu. Tentu saja ia tetap menjadi dirinya dengan segala keunikannya, dengan kesukaannya pada kucing, pada ayam goreng dan citta-citanya menjadi perawat. Namun, kala melihat riwayat pendidikan saya, ia pun ingin melakukan hal yang sama. Menjadi juara kelas, ikut berbagai kegiatan sekolah yang menyenangkan, mendapat gelar sarjana di usia muda, hingga  menjadi kutu buku seperti kakaknya. Hal ini membuat saya makin sayang. bangga terhadapnya, juga berterima kasih karena telah menjadikan saya role model-nya.

Motivator Paling Berpengaruh dalam Hidup Saya

Bagaimana caranya meniru hal-hal yang saya lakukan, karena Vika, saya mendapati diri saya jadi semakin bersemangat menjalani hari-hari saya dan berusaha sebaik mungkin memberikan terbaik untuknya dan keluarga. Keinginan saya untuk menuai prestasi tidak lagi hanya dipicu oleh ambisi pribadi tapi juga keinginan membuat adik saya bangga, sehingga ia pun akan melakukan hal yang sama. Ia tak harus dan tentu tak boleh meniru apa yang saya miliki dan apa yang saya capai, tapi mendapati dirinya begitu bersemangat menempuh pendidikan, begitu berani berkompetisi, menuai prestasi (karena melihat kakaknya) membuat saya jadi semakin termotivasi untuk terus menjadi lebih baik lagi.

Mencurahkan kasih sayang kita harus melakukannya dengan cara yang benar juga pada orang yang tepat. Orangtua tentu saja menyayangi anak-anaknya, seorang kakak sudah pasti sayang terhadap adiknya, suami wajiblah menyayangi istrinya, tapi bagi saya, menyayangi Vika sudah menjadi salah satu hal terbaik dalam hidup saya. Memilikinya sebagai adik saya adalah suatu anugerah dan menyayanginya juga diganjar dengan perasaan yang sama, augerah pula.

Karena usianya yang masih dalam tahap pertumbuhan dan menyerap ilmu pengetahuan maka hadiah yang paling cocok untuknya adalah BUKU. Buku adalah jendela ilmu dan memberi peran yang amat besar dan penting bagi anak-anak dan generasi penerus bangsa. Dengan buku, kecerdasannya bisa semakin terasah, kegiatan belajarnya juga bisa semakin tertunjang dan tentu saja wawasannya akan semakin bertambah.

8 komentar:

  1. Senangnya bisa sahabatan sama adik sendiri, apalagi sama-sama perempuan ya. Nanti pasti bisa diajakin sharing banyak, tuh :)

    Anyway itu umur segitu badannya hampir segede aku. Atau akunya yang kecil ya :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mbak. Bersyukur banget dia lahir, selain bisa nemenin saya yang sejak kecil lebih sering main sama tetangga atau sendirian di rumah, dia juga bisa nemenin mama saya karena saya jarang pulang.

      Haha saya juga. Malah lebih berat dia dibanding saya. Beda 6 kg 😂

      Hapus
  2. Aku juga punya adik yang Chubby mbak, wkwk asikk dan lucu... tapi mudah-mudaahan gedenya gak gitu teruss.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha iya mas. Kasian kalo sampe gede tetep gendut. Ntar diledekkin temen2nya dan susah cari baju

      Hapus
  3. Lucu adenya, namanya juga hampir sama kaya aku wkwkw
    Btw,badannya gedean dia dibanding aku yg udh kelas 3 sma:(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe makasiih.
      sama dek, saya juga kurus dibanding dia wkwk

      Hapus
    2. Hehe makasiih.
      sama dek, saya juga kurus dibanding dia wkwk

      Hapus