Catatan harian yang semakin renta dan tua

Senin, 28 November 2016

[Ebook Review] Best of The Best By Luna Torashyngu

Judul Buku: Best of The Best
Penulis: Luna Torashyngu
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Desain dan Ilustrasi Sampul: Yustisea Satyalim
Terbit: 2009
Kategori: Teenlit
Versi: Ebook
ISBN: 978-979-22-4250-8
Rating: 3/5

Gara-gara dikerjain kakak kelasnya yang anggota cheerleaders saat OSPEK, Reina jadi benci pada semua anggota cheers. Menurutnya, anggota cheers cuma pintar dandan dan otaknya nggak ada isinya. Anggapan ini makin diperkuat perseteruannya dengan Tasha dan gengnya yang memang anggota cheers.

Tapi kemunculan Muri, anak baru yang model dan langsung bergabung dengan ekskul cheers, meruntuhkan anggapan Reina itu. Muri sangat ramah dan bersahabat dengannya, Muri juga menengahi perseteruan Reina dan Tasha. Tapi sepertinya Muri diam-diam menyembuntikan sesuatu....

Sementara itu di mana-mana di Indonesia perusahaan dan instansi negara heboh karena sistem komputer mereka kacau balau dihajar hacker. Apakah kekacauan ini ada hubungannya dengan sesuatu yang ditutup-tutupi Muri itu?

****

Pertemuan Reina dan Muri bermula saat tim eksul Ekskursi berencana megadakan camping di lereng gunung Papandayan. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, mereka tentu saja harus mengajukan proposal untuk perizinan dan juga untuk memeroleh dana kegiatan. Di samping ekskul Elskursi, anak-anak cheers ternyata juga berencana mengadakan gathering di Lembang. Mereka juga harus mengajukan proposal. Dan atas informasi Agung, ketua OSIS yang naksir salah satu anak cheers, mereka mendapat persetujuan. Anak-anak ekskursi juga sebenarnya dapat persetujuan, hanya saja perlakuan terhadap proposal mereka yang lebih mengarah pada edukasi dibanding anak-anak cheers yang kebanyakan cuma buat liburan sambil nongkrong nggak sama. Mereka cuma dapat dana kurang dari dua juta rupiah, sementara tim cheers dapat dana sepuluh juta.

Reina sempat protes pada Agung, tapi nggak bisa berbuat apa-apa. Sudah untung proposalnya lolos. Tapi ternyata, Muri salah satu anak baru yang populer dan juga anggota cheers bersedia membantu Reina. Tempat gathering tum cheers diusahakannya untuk dipindahkan ke gunung Papandayan digabung dengan anak-anak ekskursi sehingga biaya pengeluaran mereka bisa lebih ditekan.

Bantuan yang Muri berikan itu secara perlahan membentuk hubungan pertemanan antara Reina dan Muri. Sebenarnya Reina nggak menganggap begitu, tapi Muri sangat baik kepadanya. Dia juga nggak segan membantu Reina kalau digencet Tasha, salah satu kandidat kapten cheers yang sombong dan sayangnya kini kalah pamor dari Muri yang berwajah indo. Tapi pertemanan Muri dan Reina tidak dilandasi kejujuran. Ada hal yang Muri tutupi dan sembunyikan selama ini.

ULASAN

I can't belive this! Saya baca teenlit lagi setelah sekian lama, penulisnya Luna Torashyngu pula!  Yah walaupun sudah bukan remaja lagi, nggak apa-apa dong baca kisah mereka buat nostalgia kalau pernah muda juga hihi. Seperti khasnya Luna, beliau memang selalu menghadirkan kisah remaja yang tidak biasa. Kalau selama ini baca teenlit nyaris selalu identik dengan kisah cinta yang berbunga-bunga merah muda, Luna Torashyngu adalah penulis teenlit yang sangat irit kalau sudah berhubungan dengan adegan cinta. Bahkan di buku ini hampir nggak ada. Saya sudah baca semua seri Lovasket dan D'Angel dan terbukti kisah cinta di dalamnya sangat sedikit. Tapi tetap saya baper baper manja bacanya haha

Dalam buku ini, sejak awal saya sudah bisa sedikit menebak siapa pelaku hacker yang dimaksud dalam blurb, namun di awal-awal cerita, saya kembali meragukan tebakan saya. Pasalnya, ada adegan yang saya pikir akan mampu membuat seseorang yang cerdas melakukan sesuatu yang salah termasuk membobol jaringan suatu perusahaan demi mendapatkan uang. Pada akhirnya keraguan saya itu terpatahkan dan teori saya terbukti masih benar-benar hasil analisis amatiran. Jalannya nggak seperti itu, sama sekali berbeda.

Jujur saja, saya kurang bisa dapat feel saat baca buku ini. Berbeda dengan saat saya baca D'Angel dan Lovasket. Mungkin karena energi ketegangan yang disalurkan buku ini terasa kurang dibanding seri buku Luna yang saya baca sebelumnya, terutama D'Angel. Dan agak bingung juga karena nggak tahu urutan seri Beauty and The Beast yang ini. Selain baru tahu bahwa Golden Birds adalah kelanjutan dari buku ini, saya nggak tahu Best of The Best seri yang keberapa. Pertama atau bukan. Kalau bukan berarti sudah jelas jawaban kebingungan saya, karena nggak baca secara urut. Apalagi mengingat Luna Torashyngu hampir selalu menulis cerita remaja berseri. Lovasket saja ada tujuh seri kalau nggak salah ingat.

Yah pada akhirnya walaupun termasuk kurang greget saat bacanya, ada banyak pertanyaan tentang tokoh-tokoh dalam buku ini yang becokol di kepala saya, membuat saya harus bersabar menunggu antrian baca Golden Birds yang masih berjumlah sepuluh orang, saya orang kesebelas. Sepuluh dikali dua, berarti saya masih harus menunggu dua puluh hari lagi untuk bisa membaca kelanjutan buku ini. FYI, saya baca bukunya menggunakan aplikasi perpustakaan nasional atau Ipusnas yang bisa diunduh lewat playstore. Benar-benar langkah cerdas untuk membudayakan baca bagi masyarakat yang sebagian besar kini berkawan sejati dengan gadget-nya. 

Ada kekurangan dalam buku ini yang saya temukan. Penggunaan kata ganti penyebutan diri sendiri yang seringkali berubah terkadang terasa mengganggu. Misal Veni teman sekelas Reina yang biasa berbicara pakai gue-elo tiba-tiba jadi pakai aku-kamu dan lanjut gue-elo lagi. Muri juga begitu. Kemudian pada halaman 152, headline mading tentang kabar penangkapan Tasha karena diduga terlibat narkoba juga ada kesalahan. Disitu tertulis bahwa Tasha adalah Kapten Cheers SMA 76 padahal sudah jelas bahwa yang terpilih adalah Muri, bukan Tasha.

Lalu pada halaman 170 saat Muri bercerita tentang Dian, saat masih di pemakaman, Muri menyebutkan bahwa Dian lima tahun lebih tua darinya, namun saat melanjutkan cerita utuhnya pada Reina, ia menyebut bahwa Dian empat tahun lebih tua darinya. Dan terakhir pada halaman 190, babak final cerdas cermat antara SMA 76 dan SMA 3. Saat juri memberikan instruksi:

Jadi silakan setiap tim membuat soal mata pelajaran apa saja, yang dianggap paling rumit dan ngejelimet dalam waktu lima belas menit.....
Saya rasa penggunaan kata ngejelimet disini kurang pas. Karena ini adalah acara formal, lomba cerdas cermat jadi meski novel remaja, bahasanya nggak harus terlalu diremajakan kalau adegannya formal dan membutuhkan pembicaraan atau pengumuman secara formal pula.

Dari setiap kekurangan yang ada, bukan berarti buku ini nggak memberikan pesan-pesannya. Secara tersirat dan tersurat ada pesan yang disampaikan buku ini. Beberapa bagian yang saya sukai adalah

Inti dari sebuah hubungan adalah kejujura. Tanpa kejujuran, percuma kita berteman. 
Reina nggak percaya ada cewek yang sempurna. Cantik kayak bidadari, berbadan ideal kayak model, tapi berotak secemerlang Einstein, atau minimal mirip Habibi lah... Paling nggak dia belum menemukan cewek kayak gitu seumur hidupnya kecuali di film-fim.

Nyatanya teori Reina di atas bisa dipatahkan dan hal ini membuktikan bahwa ada hal-hal yang dianggap nggak mungkin atau nggak wajar bisa menjadi sangat waras. Mengajarkan untuk nggak menilai sesroang dari penampilannya. Bahwa penampilan nggak bisa dijadikan patokan untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang.

Saya masih penasara dengan kelanjutan buku ini, karena masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Tokoh utama dan kehadirannya terlalu misterius untuk diabaikan :)) 

4 komentar:

  1. Terimakasih untuk reviewnya, bikin saya jadi ingin membaca buku karangan Luna. Selama ini saya lebih suka baca teenlit yang ditulis Ken Terate :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak sudah baca reviewnya hehe. Bukunya Luna memang bagus-bagus dan punya ide cerita yang nggak mainstream. Aku rekomen banget Lovasket sama D'Angel :))

      Hapus
    2. Saya cuma pernah baca buku Ken Terate yang judulnya Join The Gang dan serius suka banget sama buku itu :))

      Hapus
  2. makasih kak review nya sgt membantu untuk membuat saya penasaran isi bukunya

    BalasHapus